STRUKTUR ATOM
OLEH
KELOMPOK 3
M111 13 051 Khaerum Nisa
M111 13 053 Chindy Gloria Saranga
M111 13 061 Muh. Fikri Rum
M111 13 078 Muh. Fadly Alamsyah
M111 13 082 Sri Arfiani Rahim Sila
M111 13 084 Lela Satriani Candra
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis
ilmiah dengan judul STRUKTUR ATOM. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliahan Kimia.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya
tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam
menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah
ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Makassar, 28 Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1. Perkembangan Teori Atom 3
2. Bilangan Kuantum 13
3. Bentuk dan Orientasi Orbital 15
4. Konfigurasi Elektron 17
5. Lambang Unsur 19
6. Isotop, Isobar, dan Isoton Suatu Unsur 21
BAB III PENUTUP 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel dalam
penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam menyusun
dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel yang berukuran mikro.
Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan tersusun atas partikel yang lebih kecil
lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel itulah yang disebut dengan
atom.
Konsep atom pertama kali dikemukakan oleh Democritus. Atom berasal dari
kata atomos (dalam bahasa Yunani a = tidak, tomos = dibagi), jadi atom merupakan
partikel yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut Dalton konsep atom Democritus ini
tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Kekekalan Energi,
sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang salah satunya adalah materi tersusun
atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat dibagi lagi.
Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada masa itu.
Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam atom menyebabkan
timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom Thomson, Rutherford, Bohr, dan
Mekanika Kuantum.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah perkembangan teori atom ?
2. Bagaimanakah deskripsi struktur atom?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Kimia.
2. Menambah wawasan tentang struktur atom.
3. Mengetahui perkembangan teori atom.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan.
BAB II
PEMBAHASAN
dengan:
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 1034 J. s
= frekuensi radiasi (s1)
Salah satu fakta yang mendukung kebenaran dari teori kuantum Max Planck
adalah efek fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert Einstein pada tahun 1905. Efek
fotolistrik adalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan
elektron dari permukaan beberapa logam (yang paling terlihat adalah logam alkali).
Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang
energinya sebanding dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton
mempunyai jumlah energi yang sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron agar
dapat keluar dari permukaan logam. Jika frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton
memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan elektron. Hal ini menyebabkan kuat
arus juga akan meningkat. Energi foton bergantung pada frekuensinya.
E=h.=h.
dengan :
E = energi (J)
h = konstanta Planck 6,626 1034 J. s
= frekuensi radiasi (s1)
c = kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
= panjang gelombang
1.5 Teori Atom Bohr
Diawali dari pengamatan Niels Bohr terhadap spektrum atom, adanya spektrum
garis menunjukkan bahwa elektron hanya beredar pada lintasan-lintasan dengan energi
tertentu. Model atom yang dikemukakan oleh Bohr mampu menjelaskan terjadinya garis-
garis spektrum pada atom hidrogen, tetapi gagal untuk meramalkan terjadinya spektrum
yang dipancarkan atom-atom unsur lain.
Bohr (1913) menyatakan bahwa elektron-elektron beredar mengelilingi inti pada
lintasan-lintasan tertentu. Masing-masing lintasan mempunyai tingkatan energi yang
berbeda-beda. Jika lintasan energi semakin jauh, maka semakin tinggi energinya.
Elektron-elektron dapat pindah dari lintasan tingkat energi satu ke lintasan energi lain
dengan cara menyerap atau melepaskan energi. Jika elektron pindah dari lintasan energi
yang tinggi ke lintasan energi yang lebih rendah, maka akan melepaskan energi,
sebaliknya elektron memerlukan energi untuk dapat pindah dari lintasan dengan energi
rendah ke lintasan dengan tingkat energi lebih tinggi.
Masih ingatkah kalian mengapa jika suatu senyawa tertentu memiliki warna yang
berbeda-beda jika dibakar dalam nyala api? Perbedaan nyala yang dihasilkan oleh
senyawa atau unsur tertentu dikarenakan terjadinya loncatan elektron dari lintasan energi
yang lebih tinggi menuju lintasan energi yang lebih rendah. Model atom Bohr telah
berhasil menerangkan terjadinya spektrum yang terjadi pada suatu unsur atau senyawa.
Namun demikian model atom Bohr menjadi lemah karena munculnya teori ahli fisika lain.
Kelemahan teori atom Bohr:
a. Hanya mampu menjelaskan spektrum atom hidrogen tetapi tidak mampu menjelaskan
spektrum atom yang lebih kompleks (dengan jumlah elektron
yang lebih banyak).
b. Orbit/kulit elektron mengelilingi inti atom bukan berbentuk lingkaran melainkan
berbentuk elips.
c. Bohr menganggap elektron hanya sebagai partikel bukan sebagai partikel dan gelombang,
sehingga kedudukan elektron dalam atom merupakan kebolehjadian.
1.6 Hipotesis de Broglie
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berbentuk
partikel pada suatu waktu, yang memperlihatkan sifat-sifat seperti gelombang. Beliau
mengemukakan bahwa elektron yang bergerak mempunyai sifat-sifat gelombang. Ia
menggambarkan persamaan Einstein (energi suatu partikel bermassa m).
E=mc2......................................................................... (1
dengan persamaan Planck (energi suatu gelombang berfrekuensi )
E=h ........................................................................ (2
Persamaan (1 = persamaan (2
mc2 = h =
m = ........................................................................ (3
De Broglie berpendapat jika sesuatu merupakan gelombang sebagaimana sinar
dipertimbangkan sebagai aliran suatu partikel maka ia mengusulkan bahwa sinar partikel
seperti elektron dapat dipikirkan sebagai gelombang. Tidak seperti sinar yang berjalan
dengan kecepatan tetap, elektron berjalan dengan kecepatan tidak tetap (bervariasi).
Maka, disubstitusikanlah kecepatan cahaya (c) pada persamaan (3 dengan kecepatan
elektron (), menghasilkan :
m = atau =
dengan :
= panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck (6,626 1034 J. s atau 6,63 1034 kg m2 s-1)
m = massa elektron (kg)
= kecepatan atau frekuensi elektron (m/s)
1.7 Teori Mekanika Kuantum
Dalam fisika klasik, partikel memiliki posisi dan momentum yang jelas dan
mengikuti lintasan yang pasti. Akan tetapi, pada skala atomik, posisi dan momentum atom
tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini dikemukakan oleh Werner Heisenberg pada
tahun 1927 dengan Prinsip Ketidakpastian (uncertainty principle).
Menurut Heisenberg, metode eksperimen apa saja yang digunakan untuk
menentukan posisi atau momentum suatu partikel kecil dapat menyebabkan perubahan,
baik pada posisi, momentum, atau keduanya. Jika suatu percobaan dirancang untuk
memastikan posisi elektron, maka momentumnya menjadi tidak pasti, sebaliknya jika
percobaan dirancang untuk memastikan momentum atau kecepatan elektron, maka
posisinya menjadi tidak pasti.
Untuk mengetahui posisi dan momentum suatu elektron yang memiliki sifat
gelombang, maka pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, mendeskripsikan pada sisi
elektron tersebut dengan fungsi gelombang (wave function) yang memiliki satu nilai pada
setiap posisi di dalam ruang. Fungsi gelombang ini dikembangkan dengan notasi (psi),
yang menunjukkan bentuk dan energi gelombang elektron.
Teori mekanika kuantum menjelaskan bahwa elektron yang bersifat sebagai
gelombang tidak mungkin berada dalam suatu lintasan sebagaimana teori atom Bohr. Jika
elektron berada dalam suatu daerah atom, maka posisi atau lokasi elektron tidak dapat
ditentukan secara pasti. Keberadaan elektron hanya dapat dikatakan di daerah yang
kebolehjadiannya paling besar. Daerah yang mempunyai kebolehjadian terdapatnya
elektron dikenal dengan istilah orbital. Orbital didefinisikan sebagai daerah atau ruang di
sekitar inti yang kemungkinan ditemukannya elektron terbesar. Beberapa orbital
bergabung membentuk kelompok yang disebut subkulit. Jika orbital kita analogikan
sebagai kamar elektron, maka subkulit dapat dipandang sebagai rumah elektron.
Beberapa subkulit yang bergabung akan membentuk kulit atau desa elektron.
s 1 2
p 3 6
d 5 10
f 7 14
g 9 18
h 11 22
i 13 26
Orbital-orbital dalam satu subkulit mempunyai tingkat energi yang sama,
sedangkan orbital-orbital dari subkulit berbeda, tetapi dari kulit yang sama mempunyai
tingkat energi yang bermiripan.
2. Bilangan Kuantum
Untuk menggambarkan letak elektron-elektron dalam atom dikenalkan istilah
bilangan kuantum. Dalam teori mekanika kuantum, dikenal empat macam
bilangan kuantum, yaitu bilangan kuantum utama(n), bilangan kuantum azimuth(l),
bilangan kuantum magnetik(m), dan bilangan kuantum spin(s).
2.1 Bilangan Kuantum Utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit tempat orbital berada. Bilangan
kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai dengan n = ~ . Kulit-kulit tersebut
disimbolkan dengan huruf, dimulai huruf K, L, M, N, dan seterusnya.
Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak rata-rata lautan elektron dari
inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin besar, maka jaraknya dengan inti semakin besar
pula. Bilangan kuantum utama terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s, p, d, f, g, h,
i, dan seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum azimut.
2.2 Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) membagi kulit menjadi orbital-orbital yang lebih
kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki bilangan kuantum azimuth (l) mulai l = 0
sampai l = (n 1). Biasanya subkulit dengan l = 1, 2, 3, , (n 1) diberi simbol s, p, d, f,
dan seterusnya. Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan bentuk orbital. Selain itu,
pada atom yang memiliki dua elektron atau lebih bilangan kuantum azimuth(l) juga
menyatakan tingkat energi. Untuk kulit yang sama, energi subkulit akan meningkat
dengan bertambahnya nilai l. Jadi, subkulit s memiliki tingkat energi yang terendah,
diikuti subkulit p, d, f, dan seterusnya.
4. Konfigurasi Elektron
Suatu cara penulisan yang menunjukkan distribusi elektron dalam orbital-orbital
pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron. Pada penulisan konfigurasi
elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan
Pauli, dan kaidah Hund.
4.1 Prinsip Aufbau
Elektron-elektron dalam suatu atom berusaha untuk menempati subkulit-subkulit
yang berenergi rendah, kemudian baru ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dengan
demikian, atom berada pada tingkat energi minimum. Inilah yang
disebut prinsip Aufbau.
Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya. Pada
gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi daripada subkulit
4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron berikutnya akan mengisi
subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit 3d.
4.2 Kaidah Hund
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu
subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk diagram orbital. Suatu
orbital dilambangkan dengan strip, sedangkan dua elektron yang menghuni satu orbital
dilambangkan dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya
mengandung satu elektron, anak panah dituliskan mengarah ke atas.
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh Friedrich Hund (1894 1968) pada tahun
1930, disebutkan bahwa elektron-elektron dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung
untuk tidak berpasangan. Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu
sudah tidak ada lagi orbital kosong.
setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d8 atau d9). Dengan demikian, jika elektron
terluar berakhir pada d4, d8 atau d9 tersebut, maka satu atau semua elektron pada orbital s
(yang berada pada tingkat energi yang lebih rendah dari d) pindah ke orbital subkulit d.
5. Lambang Unsur
5.1 Nomor Atom
Nomor atom menunjukkan jumlah muatan positif dalam inti atom (jumlah proton).
Menurut Henry Moseley (18871915) jumlah muatan positif setiap unsur bersifat
karakteristik, jadi unsur yang berbeda akan mempunyai nomor atom yang berbeda.
Untuk jumlah muatan positif (nomor atom) diberi lambang Z.
Jika atom bersifat netral, maka jumlah muatan positif (proton) dalam atom harus
sama dengan jumlah muatan negatif (elektron). Jadi, nomor atom = jumlah proton =
jumlah elektron.
Z = np = ne
n = jumlah
Perbandingan Muatan
Partikel Lambang Massa (g) dengan
Satuan Coloumb
massa proton
proton p 1,673x1024 1 +1 1,6x1019
neutron n 1,675x1024 1 0 0
28
elektron e 9,109x10 -1 1,6x1019
Atom terdiri atas proton, neutron, dan elektron. Jadi, Massa atom = (massa p +
massa n) + massa e. Massa elektron jauh lebih kecil dari pada massa proton dan massa
neutron, maka massa elektron dapat diabaikan. Dengan demikian:
Massa atom = massa p + massa n
Massa atom dinyatakan sebagai nomor massa dan diberi lambang A. Jadi:
Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron
Untuk mendapatkan jumlah n dalam inti atom dengan cara:
n=AZ
Jika X adalah lambang unsur, Z (nomor atom), dan A (nomor massa), maka unsur X dapat
dinotasikan:
Notasi Unsur Z A p e n
Hidrogen 1 1 1 1 1-1=0
Lithium 3 7 3 3 7-3=4
Radioisotop Kegunaan
O-18 Mengetahui mekanisme reaksi esterifikasi
Mempelajari peredaran darah manusia dan mendeteksi
Na-24
kebocoran pipa dalam tanah
I-131 Mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid
Fe-59 Mengukur laju pembentukan sel darah merah dalam tubuh
Co-60 Pengobatan kanker
P-32 Mempelajari pemakaian pupuk pada tanaman
Menentukan umur fosil dan mengetahui kecepatan terjadinya
C-14
senyawa pada fotosintesis
6.2 Isobar
Isobar adalah unsur-unsur yang memiliki nomor atom berbeda tetapi nomor massa
sama. Sehingga antara dan adalah isobar.
6.3 Isoton
Atom-atom unsur berbeda (nomor atom berbeda) yang mempunyai jumlah neutron
sama disebut isoton. Contohnya dan yang sama-sama berneutron 7.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari subbab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa atom
telah banyak menghasilkan berbagai perspektif definisinya dari beberapa ilmuwan dan
telah banyak mengalami perkembangan dari masa ke masa karena adanya penelitian yang
lebih lanjut, mulai dari tahun 1803 oleh John Dalton, 1897 oleh Joseph John Thomson,
1911 oleh Ernest Rutherford, 1900 oleh Max Planck, 1913 oleh Niels Bohr, 1924 oleh Louis
de Broglie, dan 1927 oleh Werner Heisenberg. Selain itu, atom tersusun atas proton,
elektron dan neutron serta memiliki nomor atom dan nomor massa atom. Unsur atom juga
memiliki harga bilangan kuantum yang terdiri atas bilangan kuantum utama, bilangan
kuantum azimuth, bilangan kuantum magnetik dan bilangan kuantum spin. Elektron pada
atom memiliki konfigurasi dan cara penulisan konfigurasi elektron tersebut harus sesuai
dengan Prinsip Aufbau, Kaidah Hund dan Larangan Pauli.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak perpustakaan universitas lebih banyak menyediakan literatur mengenai
struktur atom, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris.
2. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi penulisan
karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam menemukan bahan
atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar mahasiswa lebih termotivasi
untuk membaca buku.
3. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi struktur atom karena materi
ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan untuk
pengambilan SKS berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lehmann, Walter J. 1972. Atomic and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam.Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.