Anda di halaman 1dari 15

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Tempat Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian ini benda uji kerjakan di beberapa tempat

antara lain :

1. Proses pemesinan dilakukan di Departemen Logam bagian fabrikasi dan

Las, Pusat Pelatihan PPPPTK/VEDC Malang.

2. Tempat pengujian kekasaran dilakukan di Laboratorium metalorgi

Universitas Negeri Malang.

1.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian di bagi menjadi dua (2) yaitu

Variabel bebas : Variasi Putaran Spindel, Kecepatan makan

Variabel terikat : Kekasaran permukaan

1.3 Persiapan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mesin bubut,

pahat potong dan benda kerja dan komponen lainnya yaitu :

1.3.1 Alat
1. Mesin Bubut

Mesin bubut yang digunakan adalah mesin bubut tipe standar merk

KINWA tipe CH 530 x 1100 buatan China , yang mengunakan pengerak motor

listrik dengan daya 7,5 KW, Phase 3 dan Frekuensi 50 Hz. Mesin ini memiliki

berat kurang lebih 2500 Kg.

45
Gambar 3. 1 Mesin Bubut
(Sumber : Pusat Pelatihan PPPPTK/ VEDC Malang)
2. Pahat Potong

Pahat di gunakan untuk membubut yaitu pahat HSS (High Speed

Steels ; Tools Steels) dengan ukuran x x 4;

Gambar 3. 2 Pahat Bubut


(Pusat Pelatihan VEDC Malang.)

3. Jangka Soron
Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja sebelum dipotong

atau di bubut, Jangka sorong yang di gunakan memiliki ketelitian 0,1 mm

spesifikasi sebagai berikut :

Merk : Mitutoyo

Kapasitas : 200 mm

Type : 531 108 NE8

46
Gambar 3. 3 Jangka Sorong
(Pusat Pelatihan VEDC Malang)

4. Alat Ukur keksaraan Permukaan

Pengujian kekasaran dengan Surface Roughness Tester milik laboratorium

Univ. Negeri Malang. dengan spesifikasi sebagai berikut :

Merk : Mitutoyo SJ 301


Display Unit : No. 178 240 mm
Drive Unit : No. 178 230 mm
Detektor : No. 178 390 mm
Tegangan Input : AC 220 V, 50 Hz, 21 Amp
Tegangan Output : DC 10 V, 12 Amp
Buatan : Japan

47
Gambar 3. 4 Alat Uji Kekasaran
(Laboratorium Metalorgi Teknik Mesin Univ. Negeri Malang)

1.3.2 Bahan
Material yang digunakan adalah Baja Karbon rendah ST 37 dengan

spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Material yang terkandung dalam baja ST 37

Jenis Kadar Persentase (%)


Carbon ( C ) 0,17
Silicon ( Si ) 0,3
Manganese ( Mn ) 0,20 - 0,50
Fosfor ( P ) 0,05
Belerang ( S ) 0,05

48
Gambar 3. 5 Material ST. 37
(Proses Pembubutan di PPPPTK/VEDC Malang)

1.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah urutan kerja yang

dilakukan dalam penelitian sampai diperoleh hasil yang diinginkan, adapun

prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.4.1 Persiapan Benda Kerja


Sebelum dilakukan proses pembubutan bahan dipotong terlebih dahulu

menggunakan gergaji besi. Adapun ukuran bahan yaitu dengan diameter 32 mm

dan Panjang benda uji 45 mm, dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali

ini sebanyak 9 spesimen.

Gambar 3. 6 Material Uji yang sudah di bubut

49
1.4.2 Proses Pemesinan
Setelah bahan dipotong sesuai dengan ukuran, kemudian dilakukan proses

pemesinan, menggunakan mesin bubut yang telah ditentukan. Sebelum

dilakukan proses pemesinan sampel diberi kode tertentu agar mudah

diidentifikasi selama proses pemesinan dan proses pengujian kekasaran, dengan

rincian sebagai berikut :

a. Sampel 1, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.

b. Sampel 2, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit.

c. Sampel 3, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle(n) sebesar

490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.

d. Sampel 4, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.

e. Sampel 5, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

650 rpm dan gerak makan (Vf) sebesar 20 mm/menit.

f. Sampel 6, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.

g. Sampel 7, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.

h. Sampel 8, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit.

50
i. Sampel 9, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar

950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.

1.4.3 Pembubutan Benda Kerja

Pembuatan benda kerja dilakukan dengan menggunakan mesin bubut yaitu

dengan cara material poros dipasang pada pencekam bubut dan dilakukan

pengecekan posisi center benda kerja seperti terlihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3. 7 Proses pemasangan benda kerja ke Chuck Mesin bubut


(Sumber : Muhamad Choirul Azhar (Skripsi 2014))

Selanjutnya pemasangan pahat potong pada tool post dan dudukan pahat.

Pemasangan pahat dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3. 8 Proses pemasangan pahat potong

51
Proses selanjutnya adalah melakukan pemotongan awal dengan kedalaman

potong 0,5 mm dengan panjang pemotongan 45 mm dan putaran 250 rpm.

Tujuannya adalah untuk membersihkan permukaan benda kerja agar bersih dari

kotoran dan permukaan yang tidak rata. Setelah pemotongan awal dilanjutkan

dengan proses finishing. Pada proses finishing kedalaman penyatan yang

diberikan adalah 1,5 mm dengan panjang penyatannya adalah 30 mm, dan putaran

Spindel yang telah di tentukan yaitu (490 Rpm, 650 Rpm, 950 Rpm), Proses

pembuatan benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3. 9 Proses dan Hasil pembuatan benda kerja


(sumber : PPPPTK/VEDC Malang)

52
1.4.4 Pengujian Kekasaran
Pengukuran tingkat kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan

Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301. Alat ini digunakan untuk mengukur

tingkat kekasaran permukaan benda kerja setelah dilakukan proses pemesinan.

Gambar 3. 10 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301


(Sumber : Laboratorium metalorgi Universitas negeri Malang)

Cara kerja alat ini adalah saat memulai pengukuran, atur Mitutoyo SJ-301

pada bidang kerja dan tekan (Start /Stop). Setelah tombol start ditekan maka

stylus atau peraba akan betgerak mundur sejauh panjang sampel yang akan diukur.

Kemudian stylus atau peraba bergerak maju sejauh panjang sampel yang diukur,

dan melakuakan perabaan permukaan benda kerja.

Gambar 3. 11 Bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan Mitutoyo SJ-301

53
Setelah pengukuran sempurna atau lengkap, hasil pengkuran akan

ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal Display) untuk penegasan. Berikut ini

adalah diagram alir dari proses pengukuran keksaran permukaan.

Gambar 3. 12 Diagram Alir Pengukuran Kekasaran Permukaan


Mitutoyo SJ-301

Hasil perbaan stylus pada permukaan benda kerja akan diterima dalam

bentuk pulsa, kemudian bentuk ini oleh triger dijadikan atau diubah menjadi

bentuk rata, untuk memudahkan dalam proses perubahannya menjadi bilangan

biner. Informasi dalam bentuk bilangan biner ini kemudian dikonversi menjadi

data angka dalam satuan m dan ditampilkan pada layar LCD.

Hasil pengukuran dan komunikasi SJ-301 disediakan dengan fungsi pada

keluaran hasil pengukuran, dan komunikasi dengan eksternal device melalui

interface RS- 32C. Jika SJ-301 dihubungkan pada Mitutoyo Digimatic data

prosesor (DP-1HS) hal ini dapat mengeluarkan hasil pengukuran (termasuk unit

pengukuran). Berikut ini prosedur pengukuran :

1. Pindahkan dua sekrup pengaman pada bagian belakang SJ-301, kemudian

pindahkan bagian belakangnya.

2. Gunakan kabel penghubung untuk menyambungkan SJ-301 dan DP- 1HS.

54
3. Tekan tombol (parameter) pada SJ-301 sehingga objektif pengukuran

ditampilkan.

4. Tekan (power data) pada SJ-301 dan tombol (data) DP-1HS.

Setelah semua prosedur diatas maka hasil akan dikeluarkan dari SJ-301 ke DP-

1HS.

Gambar 3. 13 Pengujian Kekasaran

1.5 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data


Setelah dilakukan proses pemesinan dan pengujian kekasaran pada

benda kerja maka akan diperoleh data-data yang menyatakan tentang

kekasaran pada permukaan benda tersebut dan data yang diperoleh kita

masukkan dalam tabel untuk mengklasifikasikan nilai kekasaran permukaan

dari setiap kombinasi permesinan, dan melakukan pengolahan data dengan

metode statistik untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari beberapa

variabel serta menganalisa dari perbedaan respon dari kombinasi perlakuan.

55
Tabel 3. 2 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 10
mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,16 mm/putaran

Putaran Spindel Kecepatan Makan Tingkat Kekasaran Ra (m)


(n) (Vf) Ra (m) Ujung Ra (m) Pangkal
490 10
650 10
950 10

Tabel 3. 3 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 20


mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,33 mm/putaran

Putaran Spindel Kecepatan Makan Tingkat Kekasaran Ra (m)


(n) (Vf) Ra (m) Ujung Ra (m) Pangkal
490 20
650 20
950 20

Tabel 3. 4 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 30


mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,5 mm/putaran

Putaran Spindel Kecepatan Makan Tingkat Kekasaran Ra (m)


(n) (Vf) Ra (m) Ujung Ra (m) Pangkal
490 30
650 30
950 30

1.5.1 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Statistik Korelasi


Analisa mengenai hubungan dua variable membutuhkan data yang terdiri

dari dua kelompok hasil observasi atau pengukuran. Data sedemikian itu dapat

diperoleh di berbagai bidang kegiatan, sehingga menghasilkan pasangan

observasi atau sebanyak ukuran n yang dinyatakan sebagai pasangan terurut (Xi,

56
Yi) dimana i = 1,2,., n. Sebagai contoh, variabel X mungkin merupakan

jumlah uang yang beredar sedangkan variabel Y merupakan indeks harga

barang-barang konsumsi dalam periode tertentu.

Pengukuran tentang derajat keeratan antara Variabel X dan Y tergantung

pada pola variasi atau interelasi yang bersifat simultan dari variabel X dan Y.

Variasi sedemikin itu merupakan variasi bersama (joint variation) X dan Y yang

pengukurannya merupakan masalah korelasi (cerelation). Dalam pengukuran

mengenai derajat keeratan atau korelasi antara dua variabel yang selalu dianggap

dua variabel tersebut terjadi secara simultan. Batas hubungan antara X dan Y

sedemikian itu dapat dinyatakan dalam dua kemungkinan. Kemungkinan X da Y

dependen sempurna atau X dan Y independen sempurna. Variabel X dan Y

dianggap berasosiasi atau berkorelasi secara statistik jika hubungannya terdapat

diantara kedua batas diatas, dimana hubungan kedua variabel dapat dirumuskan

sebagai berikut:

pada hakekatnya, nalai r dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga + 1. Bila

r = 0 atau mandekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau

tidak terdapat hubungan sama sekali. Bila r = +1 atau mandekati 1, maka korelasi

antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. Bila nilai r = -1

atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif. Tanda +

dan pada koefisien korelasi sebetulnya memiliki arti yang khas. Bila r positif,

maka korelasi antara dua variabel bersifat searah. Dengan lain perkataan,

57
kenaikan/penurunan nilainilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau

penurunan nilai-nilai Y. Sebaiknya, bila r negatif kenaikan nilai-nilai X terjadi

bersama-sama penurunan nilai-nilai Y atau sebaliknya.

1.5.2 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Uji Hipotesis


Pada umumnya, statistisi menggunakan statistik uji (tes statistik) t

sebagai dasar pengambilan keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis yang

menggunakan jumlah sampel kecil katakanlah kurang dari 30, maka dasar

keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis akan menggunakan statistik uji t

dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

thitung < ttabel tidak signifikan


thitung > ttabel signifikan

kwantitas t diatas memiliki distribusi t dengan derajat bebas besaran n-2.

Dengan df = n-2, patut diingat bahwa statistik uji diatas dapat digunakan secara

memuaskan andaikan X dan Y memang didistribusikan secara normal atau

mendekati normal. Disamping itu statistik uji tersebut dapat digunakan untuk

menguji apakah r benar benar beda dari nol secara berarti.

58
1.6 Diagram Alir Penelitian

Gamabar 3. 1 Diagram alir penelitian

59

Anda mungkin juga menyukai