Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Fistula perianal adalah saluran abnormal yang dibatasi oleh jaringan


granulasi, yang menghubungkan satu ruang (dari lapisan epitel anus atau rektum)
ke ruang lain, biasanya menuju ke epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke
organ lainnya seperti kemaluan.Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih
lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah atau kotoran
saat buang air besar. Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple
hingga fistula kompleks yang bercabang-cabang dan melibatkan otot spinkter ani,
yaitu otot yang mengatur proses defekasi.1

Angka kejadian rata-rata per 100.000 populasi sekitar 8,6 kasus,


perbandingan rasio antara pria dan wanita adalah 1,8:1. Sedangkan umur rata-rata
pasien berkisar 38,3 tahun2. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses,
tetapi tidak semua abses menjadi fistula. Fistula perianal juga dapat terjadi pada
pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti Irritable
Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, penyakit Crohn, kanker
rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah anorektal.1,3
Kurang lebih 80% fistula perianal diawali abses perianal.Sebagian besar fistula
memerlukan operasi karena fistula perianal jarang sembuh spontan. Resiko
kekambuhannya cukup tinggi, sekitar 21%.2

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. Efrizal
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Desa Harapan Ipuh Muko-muko
No. MR : 736579
Tanggal MRS : 01-02-2017

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)


a. Keluhan Utama
Benjolan disekitar anus sejak 2 minggu SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 minggu SMRS pasien mengeluhkan muncul benjolan daerah
anus. Pasien mengaku benjolan terasa membesar, benjolan dari luar
terlihat kecil tetapi teraba besar dari dalam anus. Benjolan terasa nyeri
terutama saat BAB atau mengedan, ketika berjalan terasa mengganjal
dan sakit, keluar nanah ada, darah tidak ada. BAB berdarah atau
berlendir disangkal, BAK normal, demam (+), mual muntah (-). Pasien
belum pernah berobat ke dokter sebelumnya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi telur
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat asma disangkal

2
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

e. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Lingkungan rumah bersih
dan sanitasi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang


b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 38,0 oC

d. Kepala : normocephal, conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-


e. Thorax
Pulmo: I = simetris statis dinamis
P = nyeri tekan -/-, stem premitus simetris kiri dan kanan
P = sonor di seluruh lapang paru
A = vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor: I = iktus kordis tak terlihat
P = iktus kordis teraba di sic V
P = batas jantung dalam batas normal
A = Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), murmur (-)

f. Abdomen : I = datar simetris, sikatrik (-)


A = bising usus (+) normal
P = timpani di seluruh regio

3
P = supel, defans muskuler (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba membesar
g. Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, CRT <2 detik

h. Status lokalis
Regio perianal
Inspeksi : tampak benjolan ukuran 2x1 cm, kemerahan, tampak keluar
cairan nanah dari lobang anus, darah (-).
Palpasi : nyeri tekan (+), hangat (+), konsistensi kenyal, berbatas tegas,
permukaan licin.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hb : 13,2 mg/dL
Leukosit : 10.900 mm3
Hematokrit : 39%
Trombosit : 320.000 sel/mm3
HIV (-), HbsAg (-)
Gula darah sewaktu : 102 mg/dL

V. DIAGNOSIS KERJA
Fistula Ani

VI. DIAGNOSIS BANDING


Abses perianal

VII. PENATALAKSANAAN
IVFD RL xx ggt/menit
Ceftriaxone 2x1 gram IV
Metronidazole 3x500 mg IV
Gentamicin 2x80 mg IV
Paracetamol 3x500 mg tab
Puasa rencana operasi fistulektomi

4
Laporan operasi Fistulektomi (02 Februari 2017, pukul 13.00 WIB)
Tampak lubang fistula pada jam 01.00 lingkaran anus
Dilakukan prosedur aseptik dan antiseptic
Perkecil lapang operasi dengan doek steril
Eksternal opening dilebarkan dengan tajam 4 cm
Debridement dengan H202, Nacl, Povidone iodine
Perdarahan dirawat
Tutup luka operasi dengan kassa
Operasi selesai

VIII. FOLLOW-UP
Tanggal 02-02-17 pukul 08.00 WIB
S : nyeri pada luka bekas operasi
O : Ku/Kes: TSR/CM, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20
x/menit, S: 37,0 oC
A : Post fistulektomi
P : IVFD RL xx ggt/menit, Ceftriaxone 2x1 gram IV, Metronidazole
3x500 mg IV, Gentamicin 2x80 mg IV, Paracetamol 3x500 mg tab,
Rendam larutan Kalium Permenganat.

Tanggal 03-02-17 pukul 08.00 WIB


S : nyeri pada luka bekas operasi
O : Ku/Kes: TSR/CM, TD: 110/80 mmHg, N: 74 x/menit, RR: 18
x/menit, S: 36,8 oC
A : Post fistulektomi
P : BLPL, Ciprofloxacin 2x500 mg, Paracetamol 3x500 mg, Rendam
larutan Kalium Permenganat setiap pagi

5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
Kanalis analis berasal merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan rektum
berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, maka
pendarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya berbeda juga,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler
usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel
berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas
rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis
dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka
terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan
otonom dan tidak peka terhadap nyeri.3

6
Kanalis analis berukuran panjang 2,5 cm sampai 4 cm, mulai dari flexura
perinealis recti. Biasanya canalis analis dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
pada waktu defekasi. Selaput lendir canalis mempunyai sejumlah 5-10 lipatan-
lipatan vertikal yang tetap dan dinamakan columnae rectales (columna anales)
Morgagni. Biasanya columna anales Morgagni berukuran panjang 8 mm 12
mm, lebar 3 mm 6 mm dan membentang sampai 12 mm 20 mm di dalam
orifisium analis. Diantara columna anales morgagni terdapat lekukan-lekukan
yang menyerupai kantong-kantong kecil yang dinamakan sinus rectalis (sinus
analis, crypta analis).

Lipatan yang terdapat pada ujung columna analis dan membatasi sinus
rectalis membentuk suatu katup yang dinamakan valvula analis Morgagni.
Columna anales mempunya puncak yang sering kali menjulang ke atas tepi bawah
columna rectalis dan berbentuk seperti tonjolan kecil yang dinamakan papillae
anales. Bersama-sama tepi atas valvula anales membentuk suatu garis bergerigi
yang dinamakan linea pectinea (linea dentata). Selaput lendir di atas linea pectinea
mempunyai epitel silindris sedangkan dibawahnya epitel gepeng. Didaerah ini
terdapat kripta anus dan kelenjar muara anus antara kolumna rektum. Infeksi yang
terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel.
Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu
melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan
sfingter eksterna (garis Hilton).2,3

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
interna dan eksterna. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi
sfingter interna, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis),
dan komponen m. sfingter eksternus. Muskulus sfingter ani internus terdiri atas
serabut otot polos, sedangkan muskulus sfingter ani eksternus terdiri atas serabut
otot lurik.2,3

7
Keterangan : (1). Rektum dilapisi mukosa usus (2). Lapisan otot sirkuler dinding
rectum (3). Lapisan otot longitudinal dinding rektum (4). Tulang panggul (5).
m.obturator internus (6). m. levator anus (7). m. pubo-rektal (8). M.sfingter
internus (9). m. sfingter externus (10). Garis atas-sfingter (dari hilton)
merupakan perbatasan antara sfingter intern dan ekstern yang dapat diraba (11).
Tonjolan rektum atau kolumna morgagni dengan muara kelenjar rektum
diantaranya di dalam kripta (12). Garis mokokuktan atau linea pektinata
merupakan perbatasan antara selaput lendir (=mukosa) rektum dan kutis (=kulit)
anus (13). Kanalis analis dengan epitel gepeng.2,3

Rectum dan canalis analis mendapat perdarahan dari :


1. Arteri hemoroidales superior adalah kelanjutan langsung a. mesenterika
inferior.
2. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna.
3. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.
4. Arteri hemoroidales superior merupakan nadi utama untuk rectum.

Anastomasis tersebut kepembuluh kolateral hemoroid inferior dapat


menjamin pendarahan di kedua ekstremitas bawah.Pendarahan di pleksus
hemoroidalis merupakan kolateral luas dan kaya sekali darah.5

8
Keterangan : (1). a. hemoroidalis inferior (2). a. pudenda (3). a. hemoroidalis media (4). a. iliaka
interna (5). a. hemoroidalis superior (6). Cabang arteri sigmoidea (7). a. iliaka komunis dextra
(8). a. mesenterika inferior (9). Aorta (10). v. kava inferior (11). a. sakralis

B. Definisi
Fistula ani adalah hubungan abnormal antara epitel dari kanalis anal dan
epidermis dari kulit perianal. Biasanya merupakan kelanjutan dari abses anorektal,
sehingga fistula ani merupakan bentuk kronis dari abses anorektal. Dalam muara
interna (primer) hampir selalu berada dalam kripta, fistula biasanya tunggal dan
hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk atau fistula-fistula
yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. 2,3
Hampir semua fistula anus disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistula mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal. Kadang,
fistula disebabkan oleh colitis disertai proktitis seperti TBC, amobiasis dan
morbus Crohn. Bila gejala diare menyertai fistula anorektal yang berulang, perlu
dipikirkan penyakit Crohn, karena 50 % penderita penyakit Crohn mengalami
fistula anus.2,3

Fistula dapat terletak di subkutis, submukosa, antar sphingter atau menembus


sfingter. Fistula mungkin terletak di anterior, lateral atau posterior. Bentuknya
mungkin lurus, bengkok, atau mirip sepatu kuda. Umumnya fingter bersifat
tunggal, kadang ditemukan yang kompleks.2,3

C. Etiologi
Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.
Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses
anorektal. Terdapat sekitar 7-40% pada kasus abses anorektal berlanjut menjadi
fistel perianal. Namun lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui. Organisme
yang biasanya terlibat dalam pembentukan abses adalah Escherichia coli,
Enterococcus sp dan Bacteroides sp. Fistula juga sering ditemukan pada penderita
dengan penyakit Crohn, tuberkulosis, devertikulitis, kanker atau cedera anus
maupun rektum, aktinomikosis dan infeksi klamidia. Fistula pada anak-anak

9
biasanya merupakan cacat bawaan. Fistula yang menghubungkan rektum dan
vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar x, kanker, penyakit Crohn dan
cedera pada ibu selama proses persalinan.3

D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, kelenjar rektum yang terdapat di kripta antar kolumna
rektum berfungsi sebagai barrier terhadap lewatnya mikroorganisme penyebab
infeksi yang berasal dari lumen usus ke daerah perirektal. Kelenjar ini
mengeluarkan semacam lendir, berguna sebagai pelicin/ lubrikasi. Saluran ini
memiliki klep satu arah agar produksi bisa keluar tapi feses tidak bisa masuk.
Terhalangnya jalan keluar produksi dari kelenjar ini akibat stasis
menyebabkan kuman dan cairan feses masuk ke dalam kelenjar. Feses yang
banyak kumannya berkembang biak ke dalam kelenjar, membentuk peradangan
yang jadi abses. Abses akan mencari jalan keluar dan membentuk semacam pipa
yang menembus kulit. Akibatnya, kulit jadi tampak seperti bisul lalu pecah.
Pecahan ini tidak bisa menutup karena nanah selalu keluar dan tidak bisa kering
karena berhubungan dengan feses. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan
hingga bertahun-tahun.1,3

10
E. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi internal opening, maka fistula dibagi dalam dua kelompok
yaitu :
a. Fistula letak rendah dimana internal opening fistel ke anus terdapat di
bawah cincin anorektal. Fistula letak rendah dapat dibuka tanpa takut
adanya resiko inkontinensia permanen akibat kerusakan bundle anorektal.
b. Fistula letak tinggi dimana internal opening fistel ke anus terdapat di atas
cincin anorektal. Pada fistula letak tinggi dilakukan koreksi bertahap
dengan prosedur operasi yang lebih sulit

Fistula diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kompleks anal


sphincter sebagai berikut:
Fistula intersphincteric berawal dalam ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

11
Fistula transsphincteric berawal dalm ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna, kemudian melewati M. Sfingter Eksterna dan
bermuara sepanjang inchi di luar lubang anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005


Fistula suprasphincteric berawal dari ruang diantara M. Sfingter
Eksterna dan Interna dan membelah ke atas M. Puborektalis lalu turun
diantara puborektal dan M. Levator ani lalu muncul inchi di luar anus.

Colon and Rectal Surgery, 2005

12
Fistula extrasphincteric berawal dari rektum/colon sigmoid dan
memanjang ke bawah, ,elewati M. Levator ani dan berakhir di sekitar
anus. Biasanya akibat dari trauma, Chrons Disease, PID, dan abses
supralevator.

F. Hukum Goodsall
Fistula ani terdiri lubang interna dan eksterna. Dengan melihat adanya lubang
externa dapat diperkirakan letak lubang internanya dan salurannya dengan
Goodsalls rule. Secara umum, jika lubang eksterna berada di sebelah anterior dari
anal tranversal line maka salurannya berjalan radier membentuk garis lurus.
Sebaliknya bila lubang eksterna berada di sebelah posterior dari anal transversal
line maka saluran akan melengkung menuju anterior midline.3

Goodsall Rule (emedicine.medscape.com)edition Goodsall Rule (Sabiston Textbook of Surgery, 17th edition)

13
G. Diagnosis
Dari anamnesis biasanya ada riwayat kambuhan abses perianal dengan selang
waktu diantaranya, disertai pengeluaran nanah sedikit-sedikit. Pada colok dubur
umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk dianus (bukan di rectum) dan ibu jari
dikulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3mm (colok dubur bidigital). Jika
fistel agak lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya. Fistel
perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik, fistel kronik yang lama sekali
dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit.2,5
Tanda dan gejala sebagai berikut3 :
Nyeri pada saat bergerak, defekasi dan batuk
Ulkus
Keluar cairan purulen
Benjolan (Massa fluktuasi)
Pruritus ani
Demam
Kemerahan dan iritasi kulit di sekitar anus
General malaise
Radang usus
Divertikulitis
Sebelumnya terapi radiasi untuk kanker prostat atau dubur
Tuberkulosis
Penggunaa terapi steroid
Infeksi HIV
Temuan pemeriksaan fisik tetap menjadi andalan diagnosis. Pada
pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan pemeriksaan digital/rectal toucher)
ditemukan satu atau lebih eksternal opening fistula atau teraba adanya fistula di
bawah permukaan kulit. Eksternal opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses
belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang dikelilingi oleh jaringan
granulasi. Internal opening fistula dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/ nodul
di dinding anus setinggi garis dentata. Terlepas dari jumlah eksternal opening,
terdapat hampir selalu hanya satu internal opening.5,6

14
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan; pemeriksaan pra
operasi normal dilakukan berdasarkan usia dan komorbiditas.
b. Pemeriksaan Radiologi
- Fistulografi : Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti
dengan anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat
jalur fistula.
- Ultrasound endoanal / endorektal : Menggunakan transduser 7 atau
10 MHz ke dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi
muskulus intersfingter dari lesi transfingter. Transduser water-filled
ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa ekstensi
suprasfingter.
- MRI : MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
- CT- Scan : CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit
crohn atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi
perluasan daerah inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi
kontras oral dan rektal.
- Barium Enema : untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit
inflamasi usus.
- Anal Manometri : evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna
pada pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma
persalinan, atau pada fistula kompleks berulang yang mengenai
sphincter ani.

I. Tatalaksana
Tujuan terapi dari fistula ani adalah eradikasi sepsis tanpa menyebabkan
inkonstinensia. Terapi dari fistula tergantung dari jenis fistulanya sendiri. Simple
intersphincteric fistula sering diterapi dengan fistulotomy (membuka tract fistula),
kuretase, dan penyembuhan sekunder.

15
Colon and Rectal Surgery, 2005
Pada fistula transsphinteric terapi tergantung dari lokasi kompleks
sphincter yang terkena. Bila fistula kurang dari 30% otot sphincter yang terkena
dapat dilakukan sphincterotomy tanpa menimbulkan inkonstinensia yang berarti.
Bila fistulanya high transsphincteric dapat dilakukan dengan pemasangan seton.3,6
Pada fistula suprasphenteric biasanya diterapi juga dengan pemasangan seton.
Pada fistula extrasphincteric terapi tergantung dari anatomi dari fistula, biasanya
bila fistula diluar sphincter dibuka dan didrainase.3,6
Seton digunakan untuk identifikasi tract, sebagai drainase, dan
merangsang terjadinya fibrosis dengan tetap menjaga fungsi dari sphincter.
Cutting seton terbuat dari karet yang diletak pada fistula untuk merangsang
fibrosis. Noncutting seton terbuat dari plastic yang digunakan sebagai drainase.3,6
Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta
profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
- Fistulotomi : Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,
dibiarkan terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi.
- Fistulektomi : Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.
- Seton : Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual
untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana
benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan
ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

16
- Advancement Flap : Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
- Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke
dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh
tubuh. Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana,
tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi,
hanya 16%.
Pasca Operasi
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari
luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan
luka pasca operasi meliputi sit bath (merendam daerah pantat dengan cairan
antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat-obatan yang diberikan
untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari
hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa
hari. Pasien tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan
untuk duduk diam berlama-lama.4,5

J. Komplikasi1,2,3
Komplikasi dini pasca operasi, sebagai berikut :
Retensi urin
Pendarahan
Impaksi tinja
Thrombosed wasir

K. Prognosis
Fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang
fistel tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi
menempel permukaan. Setelah fistulotomy standar, tingkat kekambuhan dilaporkan
adalah 0-18% dan tingkat dari setiap inkontinensia tinja adalah 3-7%. Setelah
menggunakan Seton, melaporkan tingkat kekambuhan adalah 0-17% dan tingkat dari
setiap inkontinensia feses adalah 0-17%. Setelah flap mukosa kemajuan, tingkat
kekambuhan dilaporkan adalah 1-17% dan tingkat dari setiap inkontinensia feses adalah
6-8%.3

17
BAB IV
PENUTUP

Fistula perianal yang merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara


epiteldari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah
bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus
akibat inflamasi.
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran
abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di
perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit kepala.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh
spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu
sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston D, Oswari J.Buku Ajar Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC.1994.
2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta
:EGC.2000.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.Hal 747-748
4. Grace P, Borley N. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga.Jakarta : Erlangga.2006.
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000.
6. Corman, M.L. Colon and Rectal Surgery 5th Ed. Lippincott Williams &
Wilkins. 2005.
7. Juan L Paggio, Fistula-in-ano. 2013. Diakses pada 1 Maret 2017. Diunduh
dari : http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview

19

Anda mungkin juga menyukai