Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Untuk mengetahui kandungan ion atau logam pada suatu sampel cair
atau mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam industri makanan dan
minuman serta industri semikonduktor dalam beberapa menit dapat digunakan
sebuah teknik pemisahan yang dinamakan kromatografi. Bahkan dengan
metode pemisahan ini, dapat ditentukan ion/logam/senyawa dari sampel yang
diteliti secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam hitungan beberapa menit
saja, ion-ion bermuatan positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+,
Ag+, Cu2+ dan sejumlah kation lainnya atau ion-ion bermuatan negatif (anion)
seperti : F-, Cl-, NO2-, Br-, SO42- dan jenis anion lainnya dapat diketahui
konsentrasi/jumlahnya dalam suatu sampel.
Teknik pemisahan kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ahli tumbuh-tumbuhan berkebangsaan Rusia yang bernama Mikhail
Tswett pada tahun 1906. Tswett memulai percobaannya dengan memisahkan
sejumlah leaf pigments (zat warna daun) seperti klorofil dan xantofil dengan
mengalirkan solution (larutan) ekstrak daun tersebut ke dalam sebuah kolom
gelas yang sebelumnya diisi tepung kalsium karbonat yang dibuatnya sendiri.
Dia menamakan fenomena yang ditemukannya ini dengan Chromatography
(kromatografi). Yang dalam bahasa Rusia, chroma berarti warna dan
graphein berarti menulis. Sehingga kalau diartikan secara bahasa, artinya
menulis dengan warna.
Teknik kromatografi ini akhirnya terus dikembangkan oleh para
kromatografer lainnya antara lain R. Kurn, salah seorang kromatografer yang
sangat intens mengembangkan teknik ini. Percobaannya dengan memisahkan
pigmen-pigmen tumbuhan seperti karotin membuahkan hasil. Dengan
kegigihannya ini, Kurn dianugrahi medali Nobel pada tahun 1931 untuk
pertama kalinya dalam bidang kromatografi. Demikian juga, Martin dan
Synge mendapatkan medali Nobel pada tahun 1952 setelah sukses dengan
penemuannya dalam memisahkan berbagai jenis asam amino dan asam
nukleat. Kesuksesan yang telah diraih oleh para penemu ini, mengilhami
banyak para kromatografer lainnya untuk lebih gigih mengembangkan teknik
ini ke yang lebih modern lagi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Masalah yang dibahas pada makalah ini adalah mengenai kromatografi
pertukaran ion. Mengapa perlu dipelajari kromatografi pertukaran ion, apa saja
komponen dasar kromatografi pertukaran ion, apa kelebihan dari kromatografi
ion dan apa kegunaan dari kromatografi pertukaran ion

1
1.3. TUJUAN
- Menjelaskan kromatografi pertukaran ion.
- Mengetahui komponen dasar kromatografi pertukaran ion.
- Mengetahui kelebihan dari kromatografi pertukaran ion.
- Mengetahui kegunaan dari kromatografi pertukaran ion.

1.4. MANFAAT
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang membacanya, khususnya :
a) Penulis, penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama proses
pembuatan makalah ini dan diharapkan penulis dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
b) Siswa, siswa diharapkan dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari
makalah ini sehingga bisa memahami maksud dari materi yang di
sampaikan.
c) Guru, guru diharapkan dapat lebih sabar dalam membimbing siswanya,
karena guru sangat berperan dalam proses pembelajaran mengenai materi
ini sehingga tidak adanya kekeliruan dan penyampaian dan pembuatan
makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan yang didasarkan pada perbedaan migrasi
senyawa-senyawa yang dipisahkan pada suatu sistem yang terdiri dari dari fasa diam dan fasa
gerak. Pada awal perkembangannya pemisahan dengan kromatografi hanya didasarkan pada
perbedaan kemampuan serap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan pada suatu fasa diam
(kromatografi adsorpsi). Fasa diam kemudian dielusi dengan eluen yang sesuai untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang terserap tersebut. Senyawa yang tidak terserap dengan
baik pada fasa gerak akan bergerak bersama fasa gerak dan yang terserap dengan baik akan
tetap pada posisi awal senyawa tersebut diaplikasikan. Pada perkembangannya pemisahan
campuran dengan kromatografi juga didasarkan pada perbedaan koeffisen partisi, koeffesien
distribusi kromatografi partisi), muatan (penukar ion), perbedaan besar molekul
(kromatografi saring molekul) dan beberapa prinsip migrasi lainnya (Titis,2010).
Salah satu teknik kromatografi yang akan dibahas pada makalah ini adalah kromatografi
penukar inon. Pekerjaan pemisahan secara kromatografi dengan menggunakan resin penukar
ion telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam usaha untuk memisahkan produksi-produksi
reaksi fisi. Penukar ion sintesis sudah digunakan untuk memisahkan unsur-unsur anggota
varies lantanida dan aktinida. Pemisahan senyawa organik seperti asam-asam amino pun telah
dapat dicapai dengan metode penukar ion. Metode ini juga digunakan untuk berbagai operasi
pelunakan air, menaikkan kadar logam dan pemisahan logam (Khopkar,2010).
Istilah penukar ion secara umum diartikan sebagai pertukaran dari ion-ion yang
bermuatan (listrik) sama, antara suatu larutan dan suatu bahan yang padat serta sangat tak
dapat larut, dimana larutan itu bersentuhan. Zat padat itu (penukaran ion) harus mengandung
ion-ion miliknya sendiri. Dan agar pertukaran dapat berlangsung dengan cukup cepat dan
ekstensif, zat padat itu harus mempunyai struktur molekuler yang terbuka dan permeable,
sehingga ion-ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak keluar masuk dengan bebas.
Penukar kation terdiri dari suatu anion polimerik dan kation-kation aktif, sementara suatu
penukar anion adalah suatu kation polimerik dengan anion-anion aktif. Mekanisme
pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.

3
Resin penukar kation sebagai suatu polimer berbobot molekul tinggi, mempunyai
gugus fungsional bermuatan negatif yang terangkai silang yang mengandung gugus-gugus
sulfonat (-SO3-), karboksilat, fenolat, dan sebagainya. Sebaliknya, bila bermuatan positif,
misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai
penukar anion.
Menurut S.M. Khopkar (1990), berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya resin penukar
ion dapat secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni sebagai berikut:
1. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan HSO3 ).
2. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan COOH).
3. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau
kuartener).
4. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebgai gugusan labil).

Sifat resin penukar-ion merupakan penyerapan (absorpsi) ion-ion yang bergantung pada sifat
gugus fungsional dalam resin dan juga bergantung pada derajat rangkaian silang, dengan
naiknya derajat rangkaian silang resin menjadi lebih selektif terhadap ion-ion yang berbeda
ukurannya (volume ion dianggap meliputi air hidrasi). Dimana ion dengan volume terhidrasi
yang lebih kecil biasanya dipilih untuk diserap resin itu.

2.1 PENGERTIAN KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION


Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di
dalam larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang
lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu
matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa
muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik
elektrostatik.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan
negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar
kation. Sebaliknya, bila bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin
kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion.

2.2 REAKSI DARI RESIN PENUKAR ION


Resin penukar kation mengandung kation kation bebas yang dapat ditukar
dengan kation kation dalam larutan (lar).

(Res. A)B+ + C+ (larutan) (Res. A)C+ + B+ (larutan)

Jika kondisi kondisi eksperimen adalah sedemikian, sehingga kesetimbangan


telah sama sekali tergeser dari kiri ke kanan, ion C+ telah lengkap difiksasi
(dilekatkan tetap) pada penukaran kation. Satu contoh khas adalah penukaran ion
natrium pada suatu resin sufonat oleh ion kalsium:
4
2 (Res.SO3-)Na+ + Ca2+ (lar.) (Res. SO3-)2Ca2+ + 2 Na+ (lar.)
Reaksi ini reversibel, dengan mengalirkan suatu larutan yang mengandung
ion-ion natrium melalui produk itu, ion-ion kalsium dapat dikeluarkan lagi dari resin,
dan bentuk natrium yang semula, teregenerasi (pulih seperti keadaan semula). Sama
halnya dengan mengalirkan suatu larutan garam netral melalui bentuk hidrogen suatu
resin sulfonat, dihasilkan sejumlah asam padanannya yang ekuivalen oleh reaksi khas
berikut:
(Res.SO3-)H+ + Na+Cl- (lar.) (Res.SO3-)Na+ + H+Cl- (lar.)
Ukuran resin penukar kation yang asam kuat, seperti resin polistirena sulfonat
yang terangkai silang kapasitas tukar boleh dikatakan tak bergantung pada pH
larutan. Untuk penukar kation asam lemah, seperti yang mengandung gugus
karboksilat, ionisasi timbul samapi tingkat yang berarti hanya dalam larutan basa,
yaitu dalam bentuk garam-garam mereka, maka resin karboksilat hanya mempunyai
sangat sedikit aksi dalam larutan dibawah pH 7. Penukaran-penukaran ion
karboksilat ini dalam bentuk hidrogennya, akan menyerap basa kuat dari larutan

(Res.COO-)H+ + Na+OH- (lar.) (Res.COO-)Na+ + H2O

Tetapi hanya memiliki sedikit aksi terhadap, misalnya NaCl, terjadi hidrolisis
pada bentuk garam dari resin itu sehingga basa tersebut mungkin tak dapat lengkap
diserap, bahkan sekalipun terdapat resin dengan berlebihan.
Resin penukar kation yang basa kuat, yaitu polistirena terangkai silang yang
mengandung gugus ammonium kuartener, sebagian besar akan terionisasi, baik yang
dalam bentuk hidroksida maupun yang dalam bentuk garamnya. Beberapa reaksi
khas mereka, dapat dinyatakan sebagai:

2 (Res.NMe3+)Cl- + SO42- (lar.) (Res.NMe3+)2SO42- + 2 Cl- (lar.)


-
(Res.NMe3+)Cl- + OH- (lar.) (Res.NMe3+)OH- + Cl (lar.)
+ -
(Res.NMe3+)OH- + H Cl (lar.) (Res.NMe3+)Cl- + H2O
Aktivitas resin-resin ini serupa dengan resin penukar kation sulfonat, dan
aksinya sangat tak bergantung pada pH. Resin penukar ion yang basa lemah, hanya
mengandung sedikit bentuk hidroksida dalam larutan basa. Sebagai contoh,
kesetimbangan dari:

(Res.NMe2) + H2O (Res.NH Me2)+OH-

Terutama adalah ke sebelah kiri, dan resin ini sebagian besar berada dalam
bentuk amina. Ini dapat juga dinyatakan dengan kata-kata bahwa dalam larutan basa,
basa bebas Res.NHMe2OH sangat sedikit terionisasi. Namun, dalam larutan yang
asam, mereka berperilaku sebagai resin penukar ion basa kuat, yang menghasilkan
bentuk garam yang sangat terionisasi:
(Res.NMe2) + H+Cl- (lar.) (Res.NHMe2+)Cl-

5
Mereka dapat digunakan dalam larutan asam untuk pertukaran anion, sebagai
contoh:
(Res.NHMe2+)Cl- + NO3- (lar.) (Res.NH Me2)+NO3- + Cl- (lar.)
Resin yang bersifat basa, dalam bentuk garamnya, mudah diregenerasikan
dengan alkali.
Keseimbangan pertukaran ion
Proses pertukaran ion yang melibatkan penggantian ion-ion AR yang
tertukarkan dalam resin, dengan ion-ion yang bermuatan sama BS dari suatu larutan,
boleh ditulis:
AR + BS BR + AS

Proses ini reversibel. Sejauh mana satu ion lebih dipilih untuk diserap,
dibandingkan ion lain, memiliki arti penting yang mendasar, yaitu menentukan
seberapa mudahnya dua atau lebih zat yang menghasilkan ion-ion dengan muatan
serupa dapat dipisahkan dengan cara pertukaran ion dan juga menentukan seberapa
mudahnya ion-ion tersebut dapat selanjutnya dikeluarkan dari resin. Faktor-faktor
yang menetapkan distribusi ion-ion antara suatu larutan, meliputi:
1. Sifat ion-ion yang saling bertukaran
A. Pada konsentrasi-konsentrasi rendah dalam larutan air, dan pada suhu biasa,
tingkat pertukaran bertambah dengan bertambahnya valensi ion yang
bertukar itu, yaitu: Na+<Ca2+<Al3+<Th4+.
B. Pada kondisi yang serupa dan valensi yang konstan, untuk ion-ion univalen
(bervalensi 1) tingkat pertukaran bertambah dengan berkurangnya ukuran
kation terhidrasi: , sementara untuk ion divalen ukuran ion merupakan
faktor yang penting, tetapi ketidak lengkapan disosiasi garam-garam logam
bivalen (bervalensi 2) jugamemainkanperanan
Cd2+<Be2+<Mn2+<Mg2+=Zn2+<Cu2+ =Ni2+
<Co2+<Ca2+<Sr2+<Pb2+<Ba2+.
C. Dengan resin penukar anion basa kuat, tingkat pertukaran bagi anion-anion
univalent, berbeda-beda menurut ukuran ion terhidrasinya dengan cara yang
sama seperti untuk kation. Dalam larutan encer, anion polivalen umumnya
lebih dipilih untuk diserap.
D. Bila sebuah kation dalam larutan sedang bertukar dengan sebuah ion yang
berbeda valensinya, afinitasnya relatif dari ion yang bervalensi lebih tinggi
(terhadap resin) bertambah dengan perbandingan lurus dengan
bertambahnya keenceran. Jadi, untuk menukar suatu ion bervalensi lebih
tinggi yang berada pada suatu penukar ion, dengan suatu ion bervalensi
lebih rendah dalam larutan, pertukaran akan lebih baik dengan menaikkan
konsentrasi, sedangkan jika ion bervalensi lebih rendah berada pada
penukar ion, dan ion bervalensi lebih tinggi berada dalam larutan,
pertukaran akan lebih baik dengan keenceran yang lebih tinggi.

2. Sifat resin penukar ion

6
Absorpsi ion-ion akan bergantung pada sifat gugus fungsional dalam resin.
Dan juga bergantung pada derajat rangkaian silang dengan naiknya derajat
rangkaian silang resin menjadi lebih selektif terhadap ion-ion yang berbeda-
beda ukurannya (volume ion dianggap meliputi air hidrasi), dimana ion dengan
volume terhidrasi yang lebih kecil, biasanya akan lebih dipilih untuk diserap.
Kapasitas pertukaran-ion
Kapasitas pertukaran ion total dari suatu resin bergantung pada jumlah total
gugus ugus aktif-ion per satuan bobot bahan itu dan semakin banyak jumlah ion-ion
itu, smeakin besarlah kapasitasnya. Kapasitas penukar-ion yang asam lemah dan yang
basa lemah, merupakan fungsi dari pH, dimana yang asam lemah mencapai nilai-nilai
agak konstan pada pH di atas sekitar 9, sedangkan yang basa lemah pada pH di bawah
sekitar 5.
Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan molekul molekul
bermuatan terutama ion ion baik anion maupun kation. Metode ini pertama kali
dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara
umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
- Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan
bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif.
Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung
gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga
(buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam
asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
- Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan
bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif.
Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung
gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer)
yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan
etanolamin.
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama
enzim). Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan
kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino,
dan nikotin.
Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai
gugus fungsi bermuatan. Kebanyakan mekanisme penukaran ion sederhana:
(a) X- + R+Y-Y- + R+X- (penukar anion)
Dimana X adalah ion cuplikan
Y adalah ion fasa gerak
R adalah bagian Inc pada resin
Pada kromatografi penukar anion ion cuplikan X- bersaing dengan ion fasa
gerak Y- terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana
berdasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika
7
senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar
awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan
resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat
secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
a. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO3).
b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan COOH).
c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier
atau kuartener).
d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan
labil).

2.3 KOMPONEN DASAR KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION


1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut
masuk ke dalam kolom pemisah.
2. Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke
dalam kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa
mengakibatkan perbedaan hasil
3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat
didistribusikan masuk ke dalam kolom.
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam
sampel. Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak
yang maksimal, begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak
akan memunculkan puncak.
5. Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk
GAMBAR 1 komponen dasar penukar ion

GAMBAR 2

8
Gambar 2 menunjukkan dua buah kolom; kolom pemisah kation dan kolom pemisah
anion. Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam teknik pemisahan
kromatografi ion. Benda inilah yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel
dilewatkan ke dalamnya, sehingga puncak yang muncul secara bergantian dan
berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa kolom ini adalah sebagai
jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia tidak bisa hidup. Demikian
halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan mungkin
terjadi pemisahan ion.
Perhatian dalam preparasi kolom
1. pemilihan dan preparasi resin
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdagangan
ialah ukuran partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kualitasnya (analitycal
grade; AG).
2. Pembengkakan (swelling)
Bila penukar ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3- dan
H+ seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam matriks. Karenanya
air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks.
3. Kapasitas kolom.
Kapasitas penukar ion akan mempengaruhi banyaknya sampel maksimum
yang dapat dianalisis dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin.
4. Cara deteksi.
Untuk hal-hal khusus digunakan : adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH,
radioaktivitas dan pengukuran polarografik.

2.4. KELEBIHAN KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION


Beberapa kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadikan the
best choice dalam dunia pemisahan ion-ion di antaranya :
a. Kecepatan (speed).
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat
penting dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah
masalah klasik yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-
data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang lebih penting
adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi
lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang

9
mau dianalisis (untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin
bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus dikembangkan orang untuk
mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya
yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang
dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi.
b. Sensitivitas (sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang
mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala
konvensional (ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang
biasa juga disebut microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah
sampel yang sangat sedikit, misal 10l yang diinjetkan ke dalam sistem
kromatografi, ion-ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan
baik.
c. Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan,
misalnya kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin
dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat.
Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang
ada dalam sampel.
d. Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan
menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems). Padahal
sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara
anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya,
pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan
terpisah. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, beberapa kelebihan di
antaranya dapat menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat
analisis berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta
dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e. Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking
(packing) material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun,
kebanyakan kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada
sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Walapun diakui bahwa
ada juga kolom pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak
terlalu lama, dikarenakan paking kolom yang kurang baik atau karena faktor
internal lainnya.

2.5. PENGGUNAAN KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION


Sampel cair yang mengandung ion atau logam ini bisa diketahui atau
dianalisis dengan menggunakan teknik kromatografi ion (ion chromatography).
Dengan menggunakan teknik kromatografi ion, anda bisa memastikan ion-ion atau
logam secara kualitatif ataupun kuantitatif dari sampel. Dalam waktu yang singkat,
ion-ion positif (kation) seperti : Na+, NH4+, K+, Mg2+, Ca2+, Ag+, Cu2+, Fe2+ dan

10
sejumlah kation lainnya atau ion-ion negatif (anion) seperti : F-, PO43-, Cl-, NO2-, Br-,
SO42-, CN-, I-, IO3-, dan sejumlah jenis anion lainnya dapat diketahui secara pasti
kepekatan perjumlahnya. Bahkan lebih dari itu, berbagai jenis ion (anion atau kation)
dalam sampel, dapat ditentukan secara serentak (simultaneous) dalam satu
kromatogram (one chromatogram run).
Pada umumnya, anion dan kation dapat diketahui dan dipisahkan dengan
menggunakan teknik pemisahan. Atau dengan kata lain, untuk sekali injek sampel
saja ke dalam sistem kromatografi ion, berbagai-bagai puncak kromatogram
(chromatogram peaks) dari anion atau kation akan muncul. Inilah salah satu yang
menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi
juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga hasilnya yang maksimal.
Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari kromatografi, khususnya
kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat menentukan
kepekatan spesies ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan
pada interaksinya dengan Resin yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase
yang digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian dapat dipisahkan (separated) dalam
kolom tersebut berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti elektronnya.
Campuran anion dan kation dalam suatu sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion
tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif singkat (relatively short time).
Suatu ion dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah, masih bisa diukur
dengan teknik ini. Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan bagi
peneliti dalam mengetahui ion yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini
mempunyai kemampuan menentukan kepekatan ion atau logam pada level ppt (parts
per trillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit dalam pengendalian peralatan
ini.
Pada umumnya, aplikasi teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion
non organik serta ion-ion organik di mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion
organik dengan berat molekul yang besar dapat diketahui dengan baik dengan
didahului persiapan sampel yang baik.
Beberapa kegunaan Kromatografi Pertukaran Ion lainnya :
1. Untuk menghilangkan ion
Untuk menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui
penukar kation, kemudian dialirkan melalui penukar anion, yang akan
menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin
tersebut (kation dan anion) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut
sekaligus dapat dikerjakan.
2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan dengan
penukar ion. Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan
jumlah eluen yang kecil.

3. Pemisahan asam-asam amino

11
pada suatu pH, Asam-asam amino dapat dipisahkan menjadi tiga golongan
berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan demikian campuran asam-asam amino
dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase mobil dengan secara gradual dengan
merubah pH untuk elusi (gradient elution). Perubahan pH sering dikombinasikan
dengan perubahan suhu.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
- Kromatografi penukar ion merupakan pemisahan senyawa senyawa polar dan
ion berdasarkan muatan
- Dapat digunakan untuk hamper semua molekul bermuatan termasuk proteins,
nucleotides dan amino acids
- Sering digunakan untuk pemurnian protein, analisis air dan quality control
- Penukar kation: membebaskan dan menukar kation (+)
- Penukar anion: membebaskan dan menukar anion (-)
- Penukar ion atmosfer: mengandung gugus fungsi kation dan anion dalam satu
matriks

12

Anda mungkin juga menyukai