Anda di halaman 1dari 4

http://surabaya.tribunnews.

com/2017/01/03/inflasi-hanya-274-persen-terendah-di-jatim-dalam-10-
tahun-terakhir-ini-buktinya

SURYA.co.id | SURABAYA Laju inflasi di Jatim tahun 2016 mencatatkan sejarah baru.
Dengan inflasi hanya 2,74 persen, inilah untuk pertama kalinya dalam 10 tahun
terakhir, inflasi Jatim tercatat paling rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terutama
sejak tahun 2007 lalu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menyebutkan, biasanya inflasi di Jatim selalu diatas 3
persen. Tahun 2015, laju inflasitercatat 3,08 persen, lalu 2009 3,62 persen, dan tahun 2011
tercatat 4,09 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi di Jatim terjadi tahun 2008 yang tembus 9,66 persen, kemudian 2014
sebesar 7,77 persen, dan tahun 2013 mencapai 7,59 persen. (selengkapnya lihat tabel).
Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono mengatakan, selain lebih baik dengan inflasi tahunan
sebelumnya, inflasi 2016 juga jauh lebih rendah jika dibanding dengan target yang dipatok
pemerintah pusat.
"Pemerintah mematok angka inflasi sebesar 4 plus minus 1 persen. Tapi Jatim inflasinya hanya
2,74 persen. Atau lebih rendah sekitar 1,26 persen," ujarnya, Selasa (3/1/2017).
Menurut Teguh, selama 2016, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok
mengalami inflasi dan hanya satu yang deflasi.
Kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,08 persen. Diikuti bahan
makanan 0,62 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,52 persen, pendidikan,
rekreasi, dan olah raga 0,42 persen, dan sandang 0,25 persen.
"Sementara kesehatan jadi kelompok dengan andil inflasiterendah, hanya 0,23 persen,"
jelasnya.
Untuk kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah transport, komunikasi, dan jasa
keuangan yaitu sebesar 2,00 persen.
Dari sisi komoditas, lanjut Teguh, bawang merah, rokok kretek filter, bawang putih, cabai rawit,
gula pasir, biaya sekolah dasar, emas perhiasan, rokok kretek dan biaya kontrak rumah menjadi
komoditi utama yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi sepanjang
2016 di Jatim.
Sedangkan komoditi utama penyumbang terbesar terjadinya deflasi adalah, bensin, beras,
daging ayam, semen, tarif ponsel, solar, tempe, telur ayam ras, bandeng, dan angkutan antar
kota.
Khusus bawang merah, Teguh menyebut, komoditas ini jadi penyumbang terbesar inflasi karena
harganya di pasaran sering fluktuatif dan bergantung pada pasokan.
"Jika pasokan tersendat, akibat gangguan produksi maupun distribusi akibat cuaca, pasti
harganya melonjak sangat tinggi," bebernya.
Ini terlihat, bahwa sepanjang 2016 bawang merah tercatat lima kali jadi pemicu terjadinya inflasi.
Yakni, pada bulan Januari, Maret, Juli, September dan November.
Komoditas lain yang juga punya turut andil besar dalam inflasi di 2016 ialah rokok, baik kretek
maupun filter.
Ini dampak dari kebijakan pemerintah terkait harga rokok menyusul diberlakukannya Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.10/2015 tanggal 6 November 2015 tentang
Perubahan Kedua PMK 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
"Per 1 Januari 2016, peraturan naiknya harga rokok tersebut mulai efektif diberlakukan,"
pungkas Teguh.
http://surabaya.tribunnews.com/2017/01/03/inflasi-hanya-274-persen-terendah-di-jatim-dalam-10-
tahun-terakhir-ini-buktinya?page=2

Inflasi Kabupaten Pacitan

Pada tahun 2001 inflasi di Kabupaten Pacitan mencapai 8,64%, tahun 2002 sebesar 8,91%, tahun
2003 sebesar 8,49%, tahun 2004 turun menjadi 6,05 %, dan pada tahun 2005 sebesar 8,47%.
https://dediirawan66.blogspot.co.id/2013/10/keuangan-dan-perekonomian-daerah.html

Data BPS
https://pacitankab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Produk-Domestik-Regional-Bruto-Kabupaten-
Pacitan-Menurut-Pengeluaran-2010-2016.pdf

Sumber : Produk-Domestik-Regional-Bruto-Kabupaten-Pacitan-Menurut-Pengeluaran-2010-2016 ,
BPS

Anda mungkin juga menyukai