Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latar Belakanng
Suatu Negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi dan
berkedaulatan hukum. Aristoteles berpendapat bahwa yang memerintah dalam Negara
bukanlah manusia tetapi pikiran yang adil, dan kesusilaanlah yang menentukan baik-
buruknya suatu hukum. Berdasarkan hal tersebut, maka esensi dari Negara hukum
menurut Sjahran Basah adalah, kekuasaan tertinggi didalam suatu negara terletak pada
hukum atau tiada kekuasaan lain apapun, terkecuali kekuasaan hukum semata yang dalam
hal ini bersumber pada pancasila selaku sumber dari segala sumber hukum.
Terkait dengan hal tersebut, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Negara hukum juga harus menempatkan hukum sebagai pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keberadaan Indonesia sebagai Negara Hukum dapat ditemukan
dalam Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen disebutkan bahwa Indonesia
ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), yang berarti Indonesia berdasarkan
hukum dan tidak berdasarkan pada kekuasaan semata (machtsstaat). Hal tersebut,
kembali dipertegas pada amandemen UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan ketentuan
Konstitusi tersebut, maka negara Indonesia diperintah berdasarkan hukum yang berlaku,
termasuk penguasa pun harus tunduk pada hukum yang berlaku.
Akan tetapi, hukum di Indonesia saat ini menggambarkan bahwa implementasi
konsep negara hukum hanya sebatas formalitas belaka. Dimana, pada satu sisi, muncul
berbagai kecendrungan perilaku anggota masyarakat yang sering menyimpang dari
berbagai aturan yang dihasilkan oleh Negara. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
kriminalitas, dan yang mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan
hanya dalam kuantitas saja, tetapi juga dalam kualitas atau intensitas. Kejahatan-
kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis serta di luar peri kemanusiaan: perampokan-
perampokan yang dilakukan secara kejam terrhadap korban-korbannya tanpa
membedakan apakah mereka anak-anak atau perempuan, pembunuhan-pembunuhan
dengan memotong-motong tubuh korban.
Selain itu, banyaknya kasus korupsi yang kata orang sudah membudaya di
Indonesia, serta praktek suap tidak terbilang banyaknya, sehingga sudah
dikatakanmembudaya juga, sehingga orang mengikuti saja apa yang dilakukan oleh
orang lain asal tercapai tujuannya.
Sementara itu, pada sisi yang lain praktek penegakan hukum yang terjadi di
negeri ini juga mengalami penyakit yang serius. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
isu yang dialamatkan kepada aparat penegak hukum, baik itu polisi, jaksa maupun hakim.
misalnya, tentang banyaknya para koruptor yang dibebaskan oleh pengadilan, dan
kalaupun dihukum hanya sebanding dengan hukuman pencuri ayam. Kenyataan yang
berbeda terjadi pada masyarakat biasa, dimana orang miskin akan sangat kesulitan
mencari keadilan diruang pengadilan. Dengan demikian, dapat dihasilkan kesimpulan
bahwa praktek hukum di Indonesia berjalan dengan diskriminatif dan seakan-akan hanya
memihak golongan tertentu saja. Orang berduit akan begitu mudah mendapatkan keadilan
sedangkan sebaliknya masyarakat biasa begitu jauh dari keadilan. Dengan kata lain
bahwa putusan pengadilan dapat diukur dengan uang, karena yang menjadi parameter
untuk keringanan hukuman dalam peradilan lebih pada pertimbangan berapa jumlah uang
untuk itu daripada pertimbangan hukum yang bersandar pada keadilan dan kebenaran.
Dampaknya kehidupan hukum menjadi tidak terarah dan terpuruk. Keterpurukan hukum
di suatu negara, akan berdampak negatif yang mempengaruhi sektor kehidupan lain
misalnya kehidupan ekonomi, politik dan budaya. Bagaimanapun upaya para pakar
ekonomi maupun politik dalam mengatasi masalah dan ketimpangan ekonomi dan politik,
akan sia-sia belaka jika keterpurukan hukum masih terjadi. Untuk itu, hendaknya hukum
menjadi panglima dalam setiap dimensi kehidupan bernegara.
Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara. Kasus tersebut, akan
diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan Manusia, sejak lahir di dunia belahan
manapun, secara hukum sudah memiliki hak asasi untuk hidup. Pemberlakuan Hak asasi
Manusia (HAM), tidak memandang tingkatan ekonomi, pendidikan, jenis kelamin, ras
dan lainnya. Menurut G.J. Wolhoff HAM adalah sejumlah hak yang seakan-akan
berakar dalam tabiat setiap oknum pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, yang
tak dapat dicabut oleh siapapun juga, karena apabila dicabut hilang juga
kemanusiaannya.
Berbagai hal tersebut kemudian menimbulkan persoalan bagaimana implementasi
penegakan hukum dan HAM di Indonesia, mengingat NKRI adalah Negara hukum yang
wajib memberikan perlindungan terhadap seluruh masyarakatnya secara menyeluruh
tanpa adanya pengecualian.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Hukum?
2. Bagaimana konsep Negara hukum diindonesia?
3. Apakah definisi dari Hak Asasi Manusia?
4. Apa saja jenis- jenis Hak Asasi Manusia?
5. Bagaimana konsep Hak Asasi Manusia?
6. Bagaimana Hak Asasi Manusia di Tengah Masyarakat Indoneisa?
7. Bagaimana Agar Hukum dan HAM Bekerja Dengan Baik?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Hukum
2. Mengetahui konsep Negara Hukum diindonesia
3. Mengetahui definisi dari Hak Asasi Manusia
4. Mengetahui jenis- jenis Hak Asasi Manusia
5. Mengetahui konsep HAM di Tengah Masyarakat Indonesia
6. Mengetahui Hak Asasi Manusia di Tengah Masyarakat Indoneisa
7. Mengetahui bagaimana Hukum dan HAM Bekerja Dengan Baik
ISI
A. HUKUM
Definisi
Hukum merupakan peraturan dalam bentuk norma dan sanksi, dibuat dengan
tujuan mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah
terjadinya kekacauan. Dengan hukum terjamin kepastian hukum di dalam masyarakat,
oleh sebab itu, setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum.
Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang
tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sanksi bagi melanggarnya
Terdapat beberapa sudut pandang yang dapat digunakan untuk melihat hukum,
yang jika disimpulkan yakni sebagai berikut:
a) Hukum dalam arti ketentuan penguasa: hukum diartikan sebagai perangkt peraturan
yang dibuat oleh penguasa dlam hal ini adalah pemerintah. Misalnya UU
b) Hukum dalam arti petugas: hukum dideskripsikan dlam wujud petugas yang
berseragam yang bertugas menegakan hukum
c) Hukum dalam arti sikap tindak: hukum di gambarkan sebagai perilaku yang ajeg atau
sikap tindak yang teratur. Misalnya: A sewa kamar dari B, dengan kewajiban setiap
bulan A membayar uang sewa. Maka secara teratur setiap bulan A membayar sewa
kamar pada B
d) Hukum dalam arti sistem kaedah: hukum digambarkan sebagai perilaku masyarakat
yang menuruti norma atau kaedah yang berlaku dalam masyarakat. Apabila tidak
menaatinya maka dianggap sebagai perilaku yang menyimpang.
Kaedah hukum dibutuhkan dalam memberikan perlindungan yang belum
diberikan oleh kaedah-kaedah sosial yang lainnya, yang ditujukan terutama kepada
pelakunya yang konkret, yaitu pelaku pelanggaran yang nyata-nyata berbuat, bukan untuk
penyempurnaan manusia, melainkan untuk ketertiban masyarakat agar masyarakat lebih
tertib, agar jangan jatuh korban kejahatan, serta agar tidak terjadi kejahatan. Menurut
Soerjono Soekanto, ciri-ciri kaedah hukum pada umumnya adalah;
a. Kaedah hukum mempunyai sifat untuk menciptakan keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan orang-orang maupun kelompok-kelompok di dalam
masyarakat, yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
b. Suatu kaedah hukum dengan tegas mengatur perbuatan-perbuatan manusia yang
bersifat lahiriah
c. Kaedah hukum pada umumnya mengandung sanksi hukum yang teratur, rapi, pasti
dan dijalankan oleh masyarakat sebagai badan-badan pelaksana hukum.
d. Kaedah hukum mempunyai sifat untuk menciptakan keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan orang-orang maupun kelompok-kelompok di dalam
masyarakat, yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
e. Suatu kaedah hukum dengan tegas mengatur perbuatan-perbuatan manusia yang
bersifat lahiriah
f. Kaedah hukum pada umumnya mengandung sanksi hukum yang teratur, rapi, pasti
dan dijalankan oleh masyarakat sebagai badan-badan pelaksana hukum.
Sementara itu, The rule of law dalam pengertian ini pada intinya adalah common
law sebagai dasar perlindungan bagi kebebasan individu terhadap kesewenang-wenangan
oleh penguasa atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa para pejabat negara tidak
bebas dari kewajiban untuk mentaati hukum yang mengatur warga negara biasa atau dari
yuridiksi peradilan biasa dan menolak kehadiran peradilan administrasi. E.C.S. Wade dan
Godfrey Philips mengidentifikasi lima aspek the rule of law sebagai berikut:
a. Semua tindakan pemerintah harus menurut hukum.
b. Pemerintah harus berprilaku di dalam suatu bingkai yang diakui peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip yang membatasi kekuasaan diskresi.
c. Sengketa mengenai keabsahan tindakan pemerintah akan diputuskan oleh pengadilan
yang murni independen dari eksekutif
d. Harus seimbang antara pemerintah dan warga negara.
e. Tidak seorangpun dapat dihukum, kecuali atas kejahatan yang ditegaskan menurut
undang-undang.
Dengan demikian, sebuah Negara dikatakan sebagai Negara hukum adalah
Negara yang mendasarkan berbagai kebijakan dan tindakannya harus berdasarkan hukum
tanpa ada pembatasan berdasarkan golongan, kedudukan, agama, ras, maupun suku
bangsa tertetu.
Hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada kodrat manusia, yang berarti
hak-hak yang lahir bersama dengan eksistensi manusia dan merupakan konsekuensi
hakiki kodratnya, maka sifatnya universal. Hak asasi manusia secara umum dapat
diartikan sebagai hak yang melekat pada sifat manusia yang tampil dengannya, tanpa hak
asasi manusia seseorang tak dapat hidup.
Sementara itu, pengertian hak asasi manusia berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 adalah :
Seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia .
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa
pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Jenis Jenis Hak Asasi Manusia
a. Hak asasi pribadi / personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
b. Hak asasi politik / Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
- Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
c. Hak azasi hukum / Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
d. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
f. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
Konsep Hak Asasi Manusia
Konsep HAM, dipelopori komisi PBB yang dipimpin Elenor Roosevelt, isteri
Presiden Amerika Serikat, Frangklin D Roosevelt. Melalui pembentukan komisi HAM
PBB tahun 1945, yang dideklarasikan 10 Desember 1948, secara resmi disebut
Universal Declaration of Human Rights atau Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Di dalamnya menjelaskan tentang hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan
yang dinikmati manusia di dunia yang mendorong perhargaan terhadap hak-hak asasi
manusia.
Tujuh belas poin HAM yang dinyatakan pada deklarasi PBB tersebut adalah;
bahwa setiap orang mempunyai: 1) hak untuk hidup; 2) kemerdekaan dan keamanan
badan; 3) hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum; 4) hak untuk memperoleh
perlakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum; 5) hak untuk mendapat jaminan
hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum dan dianggap tidak
bersalah kecuali ada bukti yang sah; 7) hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara;
8) hak untuk mendapat hak milik atas benda; 9) hak untuk bebas untuk mengutarakan
pikiran dan perasaan; 10) hak untuk bebas memeluk agama, serta mempunyai dan
mengeluarkan pendapat; 11) hak untuk berapat dan berkumpul; 12) hak untuk
mendapatkan jaminan sosial; 13) hak untuk mendapatkan pekerjaan; 14) hak untuk
berdagang; 15) hak untuk mendapatkan pendidikan; 16) hak untuk turut serta dalam
gerakan kebudayaan masyarakat; 17) hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam
kemajuan keilmuan.
Pendeklarasian atau Perjanjian Universal Declaration of Human Rights telah
diratifikasi pemerintah Indonesia melalui UU no 39 tahun 1999 tentang HAM. Semangat
undang-undang ini, adalah untuk meninggikan harkat, martabat bangsa dengan harapan
jauh dari pelanggaran. Karena sesungguhnya HAM tidak diperjual-belikan, dan tidak
dapat membatasi orang lain di luar koridor hukum yang berlaku. Sesuai pasal 1, UU
39/99 tentang HAM; menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Implementasi hukum dan Hak Asasi Manusia melalui media massa di Indonesia,
banyak terjadi kasus pelanggaran HAM, walaupun Indonesia adalah negara hukum dan
telah mempunyai peraturan sendiri, yang berkenaan dengan pelanggaran HAM,
diantaranya adalah: UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen; UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan
Anak, UU no 7 tahun 1984 tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan, dan lainnya. Semua UU itu adalah melindungi hak yang terdapat pada diri
seseorang, sebab dengan alasan apapun HAM tidak boleh dilanggar.
A. Kesimpulan
Sebagai suatu Negara hukum maka sudah selayaknya Indonesia menghormati dan
menerapkan prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tetapi kenyataan yang terjadi adalah banyak terjadi diskriminasi dalam penerapan prinsip-
prinsip Negara hukum yang dilakukan oleh para aparat penegakkan hukum, hal ini
menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja aparat penegak hukum, dan dari
tumpukan kekecewaan tersebut, memunculkan sikap main hakim sendiri di dalam
masyarakat dalam mewujudkan rasa keadilan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa aparat
penegak hukum memegang peranan yang penting dalam menumbuhkan kesadaran
berhukum dalam masyarakat sekaligus menegakkan prinsip-prinsip Negara hukum. Untuk
itu, salah satu factor yang perlu mendapat perhatian serius dalam mengembalikan
kepercayaan masyarakat terhadap hukum melalui kinerja aparat penegak hukum adalah,
perlu adanya pembaharuan perilaku dan moral para petugas penegak hukum dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menegakkan hukum tanpa adanya
diskriminasi, selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence):
Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Kencana
Anthonius Cahyadi dan fernando Manullang, 2010, Pengantar ke Filsafat Hukum, Kencana,
Jakarta
Bagir Manan.2001. Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak Asasi Manusia Di Indonesia.
Bandung: YHDS.
B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan HAM, 2003, Universitas
Atmajaya, Yogyakarta
Davidson, Scott. 1994. Hak Asasi Manusia: Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan
Internasional. Grafiti, Jakarta.
Nimatul Huda, 2005, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial review, UII Press, Yogyakarta
Satjipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas, Jakarta