Kista Bartholini
Disusun Oleh:
PEMBIMBING KLINIK
dr. Nur Hidayat, Sp. KK
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
2
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien : Ny. A
2. Umur : 46 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Dolo Tulo
6. Pekerjaan : URT
7. Tanggal pemeriksaan : 3 Juli 2017
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama:
Benjolan dikemaluan
IV. GAMBAR
V. RESUME
Pasien wanita usia 46 tahun datang dengan keluhan benjolan dikemaluan
yang dialami sejak 20 tahun lalu. Awalnya benjolan ini muncul setelah
melahirkan anaknya yang terakhir lalu kemudian menghilang namun lima
tahun terakhir benjolan tersebut muncul lagi dan ukurannya semakin
membesar serta mulai nyeri tidak gatal ketika ukurannya sudah besar seperti
saat ini. Pasien mengungkapkanmerasa kurang nyaman ketika
membersihkan kemaluanya setelah buang air. Hipertensi ada, dengan status
dermatologis berupa benjolan di labia minora sinistra dengan ukuran 3 x 2 x
2 cm, kenyal, batas tegas, tidak hiperemis, tidak nyeri, tidak ada discharge.
VI. DIAGNOSA KERJA
Kista Bartholini
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroma
2. Kista Sebaceous
5
IX. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa:
- Menjaga higinitas diri
- Mencegah gosokan atau garukan
Medikamentosa:
- cefixim 1 x 400 mg
RencanaTindakan :
Tindakan operatif
X. PROGNOSIS
1. Qua ed vitam : ad bonam
2. Qua ed funsionam : ad bonam
3. Qua ed cosmetican : dubia
4. Qua ed sanationam : dubia
6
PEMBAHASAN
Kista Bartholin harus dibedakan dari abses dan dari massa vulva
lainnya. Karakteristik dari lesi kistik dan solid dari vulva dapat dilihat pada
Tabel 2. Karena kelenjar Bartholin mengecil saat usia menopause, suatu
pertumbuhan massa pada wanita postmenopause perlu dievaluasi terhadap
tanda tanda keganasan, terutama bila massanya bersifat irreguler, nodular,
dan keras.10
Tindakan Operatif
Beberapa prosedur yang dapat digunakan:
1. Incisi dan Drainase
Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat
dan mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada
pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada
kecenderungan kekambuhan kista atau abses.1,5,16 Ada studi yang
melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini.17
2. Word Catheter
Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-
an. Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat
digembungkan dengan saline pada ujung distalnya, biasanya
digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin.12 Panjang dari
kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter No.10 French
12
Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis mandi,
dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam di dalam air
14
atau saline; berasal dari Bahasa Jerman yaitu sitzen yang berarti
duduk.) dianjurkan dua sampai tiga kali sehari dapat membantu
kenyamanan dan penyembuhan pasien selama periode pasca operasi.
3. Marsupialisasi
Alternatif pengobatan selain penempatan Word catheter adalah
marsupialisasi dari kista Bartholin (Gambar 7). Prosedur ini tidak
boleh dilakukan ketika terdapat tanda tanda abses akut.10
Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat
diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan
hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada
dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan
benang absorbable 2-0.18 Sitz bath dianjurkan pada hari pertama
setelah prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartholin setelah
prosedur marsupialisasi adalah sekitar 5-10%. Komplikasi yang
timbul berkaitan dengan dyspareunia, hematoma, dan infeksi.1
16
4. Eksisi (Bartholinectomy)
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada
pasien yang tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini
harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.
Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka
sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi
umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat
insisi kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran kista pada
vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral
dan parallel dari hymenal ring. Hati hati saat melakukan incisi kulit
agar tidak mengenai dinding kista.
Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista
terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi
harus dimulai dari bagian bawah kista dan mengarah ke superior.
Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari
jaringan sekitar (Gambar 8). Alur diseksi harus dibuat dekat dengan
dinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan
vestibular bulb dan untuk menghindari trauma pada rectum.
Pengobatan Medikamentosa
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular
seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan
chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan
insisi dan drainase.
DAFTAR PUSTAKA