Refrat Radiologi
Refrat Radiologi
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tidak lazim dimana telur yang
dibuahi tertanam di organ-organ pencernaan yang kaya akan pembuluh darah dan
bukan diuterus. Apabila kehamilan yang tidak lazim ini terus berlangsung sampai
cukup bulan, bayi harus dilahirkan secara bedah, karena tidak terdapat pintu
keluar yang normal untuk bayi (Sherwood,2002).
Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis konsepsi, kehamilan atau kelahiran
hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9. Insiden ini mewakili satu
kecenderungan peningkatan dalam beberapa dekade ini. Diantara faktor-faktor
yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim,
penyakit radang panggul, usia, ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba dan
pengobatan infertilitas dengan terapi induksi superovulasi. Pada tahun 1980-an,
kehamilan ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan, terhitung
sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat (Wibowo, 2007).
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 30 tahun dengan diagnosa
kehamilan ektopik terganggu yang selanjutnya ditatalaksanakan dengan
laparotomi eksplorasi. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan,
penatalaksanaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur. Khususnya terkait
seberapa jauh peranan diagnosa penunjang USG dan radiografi dalam kasus KET
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ektopik dengan asal kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
Berada di luar tempat semestinya (Emedicine, 2009). Kehamilan ektopik ialah
kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium
kavum uteri (Sarwono, 2002).Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan
berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya
kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan yang gawat ini dapat terjadi
apabila kehamilan ektopik terganggu (Winkjosastro, 2005).
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Klasifikasi
1. Tuba Fallopia.
a. Pars-Interstisialis
b. Isthimus
c. Ampula
d. Infundibulum
e. Fimbrae
2. Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Korno
d. Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
2.1.4 Epidemiologi
2.1.5 Patogesis
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, dan
penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam
kehamilan, sampai terjadinya abortus atau ruptur tuba (Wiknjosastro, 2000).
1. Nyeri perut
Gejala ini sering dijumpai pada setiap penderita. Bila kavum abdomen
terisi darah lebih dari 500 ml akan menyebabkan perut tegang, nyeri tekan
ke bahu dan leher karena adanya rangsang darah pada diafragma.
2. Amenore
Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah
satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam
yang lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal,
dengan demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.
3. Perubahan Pervaginam
Dengan matinya telur desidua yang mengalami degenerasi dan nekrosis,
selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk perdarahan. Perdarahan tersebut
biasanya sedikit-sedikit berwarna coklat, gelap dan dapat terputus-putus
atau terus-menerus.
4. Hipovolemi
Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi
duduk merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya
penurunan volume darah yang cukup banyak. Semuanya perubahan
tersebut mungkin baru terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius.
5. Perubahan uterus
Uterus pada kehamilan ektopik akan membesar, karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan, tetapi sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus
pada kehamilan intouterin yang sama umumnya.
6. Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul dapat teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan
oleh kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
7. Perubahan darah
Karena perdahan yang terlalu banyak di rongga perut, sehingga kadar
hemoglobin akan cenderung turun pada kehamilan ektopik terganggu.
1. Infeksi Pelvis
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan
jarang setelah mengenai amenore, nyeri perut bagian bawah dan tekanan
yang dapat diraba pada pemeriksaan vagina pada umumnya bilateral. Pada
infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebih 0,5 oC. Selain itu
leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes
kehamilan menunjukkan hasil negatif.
2. Abortus Iminens
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering beralokasi di daerah
medial, dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak
enak di perut lebih menunjukkan kearah abortus iminens atau permulaan
abortus incipiens. Pada abortus incipiens, pada abortus tidak dapat diraba
tekanan disamping atau di belakang uterus, dan gerakan serviks uteri tidak
menimbulkan rasa nyeri.
3. Appendisitis
Pada appendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik
uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu, nyeri
bagian bawah pada appendisitis.
2.1.9 Penanganan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tidak
dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif yaitu walaupun
darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk
sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari
darah di kavum douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan
dengan bahaya ileus.
Operasi terdiri atas salpingektomi, tetapi jika ovarium masuk dalam
gumpalan darah dan sukar dipisahkan, sehingga dilakukan salpingo-ooferektomi.
Jika penderita sudah punya anak yang cukup, dan terdapat kelainan pada tuba,
dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba dan untuk mencegah berulangnya
kehamilan ektopik. Pada rupture tuba, segera dilakukan transfusi darah,
perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian adneks sumber
perdarahan. Sedangkan pada rupture pars interstisialis tuba seringkali terpaksa
dilakukan histerektomi subtotal.
2.1.10 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.Pada umumnya kehamilan yang
menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian wanita menjadi steril,
setelah mengalami kehamilan ektopik, atau dapat mengalami kehamilan ektopik
lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
antara 0% sampai 14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup,
sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis.
BAB III
A. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kandangan, Prembun
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Mondok di bangsal : bougenvil
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Kader Posyandu
Tanggal masuk : 15 juli 2014
Nomor CM : 871149
B. ANAMNESIS