Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal dari tanaman adalah pH
tanah. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan sifat kemasaman atau konsentrasi ion
H+ dan ion OH- dalam tanah. pH yang dibutuhkan oleh tanaman adalah pH yang sesuai dengan keadaan
anatomi dan fisiologis daripada tanaman tersebut, oleh sebab itu pH perlu diubah agar sesuai kebutuhan
tanaman. Namun usaha ini tidak mudah sebab ada penghambat yang disebut Buffer (sanggahan), yang
merupakan suatu sifat umum dari campuran asam-basa dan garamnya.
pH tanah sangat penting bagi tanaman dalam menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap oleh tanaman, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun yang dapat
mempengaruhi aktivitas organisme. Tanah-tanah masam umumnya dijumpai pada daerah beriklim
basah. Dalam tanah tersebut konsentrasi ion H+ melebihi konsentrasi ion OH-. Tanah ini mengandung Al,
Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Akibatnya, reaksi basa dengan tanahnya hanya mengandung
sedikit Al, Fe, dan Mn yang terlarut.
Penentuan pH dapat ditentukan baik dilapangan atau di Laboratorium. Hal ini perlu diketahui
karena pH tanah merupakan gambaran diagnosis dari nilai yang khusus. Reaksi tanah yang penting
karena dengan mengetahui pH maka dapat pula diketahui apa yang akan diberikan pada atanaman, baik
pupuk maupun bahan organik lainnya serta jumlah kadar air untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum reaksi tanah untuk mengetahui tingkat
kemasaman tanah yang berkaitan erat dengan pH tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. pH Tanah
pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan
keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5
7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan
tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya
tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih
(Bunting, 1981).
PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah). Makin
tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan H sama
dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain
kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa,
maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda
dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang
mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang
sama (Pairunan,dkk, 1985).
Landasan Teori
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaannya yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawanDenmark Sren Peder Lauritz
Srensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada
"pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan
untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga
berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah
sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih
daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam
bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia
seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan),
dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai
meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.