Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudulpencelupan poliamida dengan
zat warna asam levelling.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
pencelupan II.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan :
1. Proses pencelupan.
2. Serat poliamida.
3. Proses pencelupan serat poliamida dengan zat warna asam levelling.
4. Kelebihan dan kekurangan pencelupan poliamida dengan zat warna asam levelling.
4
BAB II
ISI
Pemilihan zat warna yang sesuai untuk serat merupakan suatu hal yang penting.
Pewarnaan akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi. Efisiensi zat warna sangat penting
dimana harga bahan kimia cenderung mengalami kenaikan. Selain itu efektifitas kecocokan
warna harus diperhatikan kerena merupakan literatur utama penentu mutu produk tekstil.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna
dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan tekstil kedalam larutan tersebut
sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat
merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu
misalnya garam, asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan
kemudian pencelupan diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada
suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan tekstil dimasukkan kedalam larutan
celup. Serat tekstil dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap
ini terdapat dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak
menjauhi serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat zat pembantu untuk mendorong
zat warna lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut
sering disebut difusi zat warna dalam larutan.
Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat
mengatasi gaya gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut
dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.
5
Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah
penetrasi atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakan
proses yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan
celup.
Serat poliamida yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH dengan heksametilena
diamina H2N(CH2)6NH2 disebut nilon 66, sebab asam dan diaminanya masing-masing
mempunyai 6 atom karbon.
Nilon sejenis dapat dibuat pula, misalnya heksametilena diamina dengan asam sebasat
HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon 610.
Sedangkan poliamida (nilon) lain yang dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan.
6
2.2.2. Sifat-sifat Serat Poliamida
Sifat fisika:
Sifat kimia
7
2.3 Zat warna asam
Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya mempergunakan
asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam
natrium asam-asam organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya
wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-serat selulosa karena
bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa.
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa yang
mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid Blue )
N(C2H5)2
NaO3S C +
SO3Na N(C2H5)2
Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B ( C.I. Acid Red 52
)
(C2H5)2 N O N (C2H5)2
SO3Na
SO3Na
8
Golongan 3
ONa
NO2
NaO3S
NO2
Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine
2G ( C.I. Acid Red 1 )
CH NH.CO.CH3
N=N
SO3Na SO3Na
Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine
NaO3S N=N C N
C
COOH
9
Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I. Acid Blue 45 )
O NH2
NaO3S
SO3Na
NH2 O OH
Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut:
Golongan 1 ( LEVELLING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya misalnya
dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5
sehingga penyarapan zat warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna
asam terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada umumnya
mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang.
Golongan 2 (MILING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya, misalnya
asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 6,2. Penambahan elektrolit kedalam
larutan celup akan memperbesar penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat
warna ini mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.
Golongan 3 ( SUPERMILLING )
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam
pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal, meskipun pada
temperatur mendidih akan terdispersi molekuler.
Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam celupan netral atau
zat warna asam berkatahanan baik.
10
2.4 Proses pencelupan serat poliamida dengan zat warna asam levelling
Serat nylon/poliamida merupakan serat sintetik, zat warna asam dapat digunakan untuk
mencelup serat nylon. Zat warna asam yang mengandung logam dapat digunakan untuk
mencelup warna tua dengan ketahanan yang cukup tinggi. Tetapi tidak dapat menutupi
kekurangan molekul poliamida dalam serat.
Dalam mekanisme pencelupan serat poliamida dengan zat warna asam, gugusan amina
primer pada molekul poliamida memegang peranan penting.Gugusan amina tersebut
mudah mengikat ion hidrogen untuk membentuk gugusan amonium.Gugusan ini yang dapat
mengikat anion zat warna.Tetapi karena jumlah gugusan amina sangat sedikit maka
diperoleh penyerapan yang besar terutama pada pencelupan yang menggunakan campuran
zat warna yang mempunyai daya serap yang berbeda.
Mekanisme Pencelupan
Dalam mekanisme pencelupan nylon dengan zat warna asam, gugus amida dan amina
pada rantai molekul poliamida memegang peranan penting. Serat nylon akan mengikat ion
ion hydrogen (H+) dari larutan pencelupan yang mengandung asam, dimana ion ion
hydrogen itu akan diikat oleh gugus gugus amida, amina atau gugus karboksil dengan
membentuk ikatan garam yang dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan
ikatan elektrovalen.
Serat nylon akan menyerap (mengikat) ion ion hydrogen(HT)dari larutan yang
mengandung asam ,dimana ion ion hydrogen tersebut akan diikat oleh gugus amida ,amina
atau gugus gugus karboksilat dengan membentuk ikatan garam yang dapat mengikat anion
dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen.
Pada permulaan pencelupan, radikal anion dari zat warna akan diikat oleh gugus amino
dari molekul akhir nylon dengan ikatan :
11
Jika ada asam pada pH rendah, ion zat warna akan diikat oleh gugus amida dari rantai
molekul nylon seperti :
Untuk memperjelas, perlu diketahui keadaan penyerapan ion hydrogen (asam) oleh
seratnya dalam keadaan keasaman yang berbeda.Bersamaan dengan hal tersebut, maka
jumlah gugus amina dalam serat adalah faktor yang sangat menentukan jumlah maksimum
ion hydrogen dan ion zat warna yang dapat diabsorpsi pada gugus tersebut.
Pada pH yang tinggi asam diabsorpsi yang diterima oleh gugusan karboksil dan gugus
amina sehigga menjadi bermuatan positif:
H2N NH COOH + H+
H3+N NH - COOH
H3+N NH COO- + H+
Mulai pH 2,5 kebawah serat mengabsorpsi asam lagi, hal ini dapat diduga bahwa proton
ditangkap oleh gugusan amino:
Muatan muatan positif pada gugus tersebut dapat mengambil anion dengan
membentuk senyawa garam.Zat warna asam dalam air berdosiasi menjadi ion Na + dan ion
zw-.Sehingga adsorpsi zat warna asam pada serat nylon sangat tergantung dari muatan
muatan positif yang terkandung dalam seratnya sesuai tingkat keasamannya.
Pada pH diatas 9 tidak ada adsorpsi zat warna.pH menurun adsorpsi naik bersamaan
dengan turunnya pH sehingga seluruh gugus amino membawa ion ion zat warna. Pada
penurunan pH lebih lanjut dari ion zat warna.pH 3, adsorpsi dari ion hydrogen dalam gugus
12
amida memulai, dihantarkan oleh suatu pertambahan paling besar dalam adsorpsi zat
warna.
Pewarnaan dimulai dari adsorpsi zat warna pada permukaan serat, sehingga terbentuk
lapisan molekul zat warna dipermukaan serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna kedalam
serat.Didalam serat terjadi ikatan antara zat warna dengan serat dimana ikatan nylon
dengan zat warna asam adalah ikatan elektrovalen.
Pemberian elektrolit yang menghambat penyerapan zat warna asam pada serat nilon
disebabkan karena anion elektrolit memiliki stuktur yang lebih sederhana sehingga lebih
mudah bergerak dan berikatan dengan serat.Akan tetapi karena ikatan tersebut lemah
,pada akhirnya ikatan tersebut digantikan dengan ikatan antara zat warna dengan seratnya.
2.5 Kelebihan dan kekurangan pencelupan poliamida dengan zat warna asam levelling
Kelebihan :
Kekurangan :
13
BAB III
METODA PENELITIAN
a. Alat
- Mesin HT dyeing
- Pipet volume 10 ml
- Pengaduk kaca
b. Bahan
- Zat warna asam levelling
- Kain poliamida
- Asam asetat
III.1 NaCl
- Na2CO3
3.2 Diagram Alir
14
larutan zat warna induk, asam asetat sesuai pH pada masing-masing larutan sesuai
dengan resep kemudian aduk rata.
6. Memasukkan bahan ke dalam tabung yang berisi larutan di atas, masukkan tabung ke
dalam mesin HT. Naikkan suhu sampai 100 oC selama 30 menit (pencelupan).
7. Melanjutkan dengan proses pencucian
8. Mengevaluasi kain hasil pencelupan.
Air pH
Kain 100 oC
Cuci Sabun
70 oC
70 oC
o
40 C
10 30 45 10 10
3.5 Resep
Variasi NaCl
Resep 1 2 3 4
Asam asetat Ph 3
NaCl (g/L) - 10 20 30
Vlot (1: x) 1 : 20
15
Waktu (menit ) 30
Resep pencucian
Sabun/Teepol 1 ml/L
Vlot 1 : 20
Waktu 10 menit
Suhu 700C
3.7 Evaluasi
1 10.554 4.68477
4.381394
2 11.884 4.147918 0,151434
3 11.445 4.311495
16
2 12.365 3.981847
3 9.765 5.071503
1 11.063 4.464255
4.359829
2 12.148 4.055164 0,143822
3 10.836 4.560069
1 11.85 4.160159
4.071743
2 12.007 4.104203 0,023482
3 12.459 3.950868
1 4 4/5
2 4 4
3 4/5 4/5
4 4/5 4/5
1 4/5 4
2 4 4/5
3 4/5 4/5
4 4/5 4
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.4
4.35
4.3
4.25
KETUAAN
4.2
4.15
4.1
4.05
4
3.95
3.9
KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
KAIN
KERATAAN
0.8
0.7
0.6
0.5
SD
0.4
0.3
0.2 KERATAAN ,
0.1 0.023481806
0
KAIN 1 KAIN 2 KAIN 3 KAIN 4
KAIN
Zat warna asam levelling disebut juga zat warna asam celupan rata, karena
zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi molekuler atau zat
warna asam celupan rata.
Pencelupannya mudah rata akibat molekul zat warnanya yamg relatif sangat
kecil, sehingga substantifitasnya terhadap serat relatif kecil, sangat mudah larut dan
warnanya sangat cerah, tetapi tahan luntur warnanya rendah , ketahanan sinar yang
18
baik tetapi ketahanan cucinya kurang. Ikatan antara serat dan zat warnannya adalah
ikatan ionik, disamping ikatan van der walls.
Pada pencelupan poliamida dengan zat warna asam levelling ini digunakan
variasi resep penggunaan elektrolit/NaCl.Resep 1 tanpa penambahan NaCl, resep 2
dengan penambahan 10g/l NaCl, resep 3 dengan penambahan 20g/l dan resep 4
dengan penambahan 30g/l.
Hasil ketuaan warna dari hasil pencelupan ini berturut-turut dari yang paling
tua adalah resep 1 dengan tanpa penambahan NaCl, resep 2, resep 3 dan yang paling
muda adalah resep 4 dengan penambahan NaCl sebanyak 30g/l.
Beberapa zat warna asam dengan molekul sederhana atau yang akan melarut
baik dalam air dengan membentuk larutan molekuler, maka penambahan garam
dalam larutan celup akan membantu celupan yang rata (untuk jenis levelling). Garam-
garam tersebut mempunyai pengaruh merintangi atau memperlambat penyerapan
zat warna karena tempat-tempat yang aktif dalam serat telah ditempati terlebih
dahulu oleh anion garam yang molekulnya lebih sederhana daripada anion zat warna.
Gejala tersebut akan tampak lebih jelas pada pH yang rendah, tetapi pada pH yang
lebih tinggi pengaruh tersebut akan berbalik menjadi memperbesar penyerapan.
Maka dari itu hasil celup dengan tanpa penambahan NaCl warnanya paling tua
diantara resep yang lainnya.
Pada pencelupan dengan zat warna asam levelling ini pH yang baik digunakan
adalah pH yang kecil, dengan pH 3, karena bila pH terlalu rendah maka muatan
positifnya semakin banyak, sehingga penyerapan berlangsung cepat dan resiko belang
semakin tinggi.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen. Metode pemberian warna dilakukan dengan berbagai metoda, Hasil
ketuaan warna dari hasil pencelupan ini berturut-turut dari yang paling tua adalah
resep 1 dengan tanpa penambahan NaCl, resep 2, resep 3 dan yang paling muda
adalah resep 4 dengan penambahan NaCl sebanyak 30g/l karena NaCl mempunyai
fungsi merintangi atau memperlambat penyerapan zat warna karena tempat-tempat
yang aktif dalam serat telah ditempati terlebih dahulu oleh anion garam yang
molekulnya lebih sederhana daripada anion zat warna. Dan Pada pencelupan dengan
zat warna asam levelling ini pH yang baik digunakan adalah pH yang kecil, dengan pH
3, karena bila pH terlalu rendah maka muatan positifnya semakin banyak, sehingga
penyerapan berlangsung cepat dan resiko belang semakin tinggi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21