Kelompok 15 Jurnal Seren
Kelompok 15 Jurnal Seren
Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi pada ikan seren (Cyclocheilichythys
repasson) mencakup pertumbuhannya, reproduksinya, dan kebiasaan makanannya. Praktikum
ini menggunakan metode observasi, karena dalam melakukan praktikum ini kami melihat,
mengamati dan mencatat apa saja yang didapatkan. Analisa data yang digunakan adalah analisa
data deskriptif kuantitatif. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah ikan seren memiliki pola
pertumbuhan alometrik positif, nilai IKG tertinggi ada pada TKG III sedangkan nilai IKG terendah
ada pada TKG I, dan ikan seren termasuk jenis ikan herbivora dengan pakan utamanya adalah
detritus.
Abstrack
This practicum aim is to determine the biological aspects of Seren fish (Cyclocheilichythys
repasson) includes growth, reproduction, and food habits. This practicum uses observation
method, because in doing this practicum we see, observe and record what is obtained. Analysis
of the data used is descriptive quantitative data analysis. The results of this practicum is Seren
fish has a positive allometric growth pattern, IKG highest value at TKG III while the value is lowest
IKG at TKG I, and seren fish is herbivorous fish species with primarily feeding on detritus.
Pengantar
Ikan seren banyak tertangkap di Bendung Curug oleh nelayan dengan menggunakan alat
tangkap anggoh (jaring insang). Di daerah ini, kandungan oksigennya berkisar 6,40-6,85 ppm,
menurut Swingle (1968) pada umumnya ikan masih dapat bertahan hidup pada kadar oksigen
terlarut 1 ppm, tetapi untuk melangsungkan kegiatan pemijahan dan makan diperlukan sekurang-
kurangnya 3 ppm.
Ikan seren tersebar di wilayah asia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Myanmar,
Thailand dan Mekong (Kottelat et al. 1993). Sumber lain mengatakan ikan berasal dari negara
Kamboja dan distribusinya menyebar ke Asia Tenggara (Lamberts 2001).
Ikan seren merupakan jenis ikan ekonomis yang dapat menambah penghasilan para nelayan,
juga dapat memenuhi peningkatan gizi bagi masyarakat, agar produksi ikan seren terus
berkembang maka sangat penting untuk kita dapat mempelajari aspek-aspek biologi ikan seren
jika suatu saat nanti kita ingin membudidayakannya.
Bahan yang digunakan adalah ikan seren sebagai objek untuk penelitian, aquades sebagai
larutan pengencer, asetokarmin, larutan serra, untuk mengetahui tingkat kematangan telur dan
air.
Metode
Metode praktikum untuk mengetahui pertumbuhan, reproduksi dan food and feeding habits dari
Ikan mas adalah metode observasi, karena dalam melakukan praktikum ini kami hanya melihat,
mengamati secara akurat dan mencatat apa saja yang kami dapatkan.
Rendemen
Dalam praktikum ini hasil data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisa data
deskriptif kuantitatif dimana hasil yang dieproleh akan diolah dipaparkan menjadi angka agar
lebih mudah dipahami oleh siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut. Hubungan antara
panjang dan bobot di analisis menggunakan uji regresi, sedangkan aspek reproduksi
menggunakan uji chi kuadrat (Chi square test), dan untuk aspek food and feeding habits
menggunakan indeks preponderan.
Hasil
30%
14% 17%
20% 11%
9% 9%
10% 3%
0%
221-231232-242243-253254-264265-275276-286287-297
Interval Panjang Total (mm)
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pengelompokkan distribusi panjang ikan seren
satuan milimeter dibagi menjadi 7 kelas. Berdasarkan data yang didapat, kelas ke-1 (221-231)
berjumlah 3 ekor, kelas ke-2 (232-242) berjumlah 1 ekor, kelas ke-3 (243-253) berjumlah 13 ekor,
kelas ke-4 (254-264) berjumlah 3 ekor, kelas ke-5 (265-275) berjumlah 5 ekor, kelas ke-6 (276-
286) berjumlah 6 ekor, dan kelas ke-7 (287-297) berjumlah 4 ekor. Jadi, dapat diketahui frekuensi
terbesar yang didapat dari sampel populasi ini berada pada kelas ke-3 (243-253) dan ke-6 (276-
286) dengan jumlah ikan masing-masing 13 ekor dan 6 ekor atau sebanyak masing-masing 37%
dan 17% dari jumlah populasi, sedangkan frekuensi terkecil didapat pada kelas ke-2, dengan
jumlah 1 ekor atau sebanyak 3% dari jumlah populasi.
Distribusi Bobot Ikan Seren
22.86 25.71
30
17.14
Persentase (%)
20 8.57 11.43 8.57 5.71
10
0
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa pengelompokkan distribusi bobot ikan mas dengan
satuan gram dibagi menjadi 7 kelas. Kelas ke-1 (116-146) didapatkan hasil sebanyak 3 ekor,
kelas ke-2 (147-177) sebanyak 8 ekor, kelas ke-3 (178-208) sebanyak 9 ekor, kelas ke-4 (209-
239) sebanyak 4 ekor, kelas ke-5 (240-270) sebanyak 6 ekor, kelas ke-6 (271-301) sebanyak 3
ekor, kelas ke-7 (302-332) sebanyak 2 ekor. Jadi, dapat diketahui frekuensi terbesar yang
didapat dari sampel populasi tersebut adalah kelas ke-3 dengan bobot 178-208 gram yaitu
sebanyak 9 ekor ikan atau 25,71% dari jumlah populasi.
Pola pertumbuhan
200 y = 8E-06x3.0769
0 R = 0.79001
0 50 100 150 200 250 300 350
Panjang Total (mm)
Berdasarkan data hubungan panjang dan bobot ikan seren didapatkan nilai a sebesar 5,1108
dan nilai b sebesar 3,0769. Nilai b yang diperoleh lebih besar dari 3 yang berarti ikan seren
memiliki pola pertumbuhan alometrik positif. Pola pertumbuhan alometrik positif adalah
pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjang yang berarti kondisi ikan tersebut
montok. Hubungan panjang berat ikan seren pada setiap waktu pengamatan menunjukkan
adanya perubahan pola pertumbuhan. Pada bulan Juni 2006, ikan seren jantan dan betina
mengikuti pola pertumbuhan allometrik positif ( = 0,05). Namun, pada bulan Agustus 2006 dan
Januari 2007 ikan seren jantan dan betina mengikuti pola pertumbuhan Isometrik ( = 0,05) atau
perubahan terus-menerus yang bersifat seimbang di dalam tubuh ikan dimana pertumbuhan
panjang sama dengan pertumbuhan beratnya (Hedianto 2006).
Faktor kondisi
0.94
1.00
0.80
Rasio kelamin
54% 46%
Perbandingan jumlah ikan seren jantan dan betina yang diperoleh adalah 16 ekor ikan seren
jantan dan 19 ekor ikan seren betina dari total ikan yang ada yaitu 35 ekor ikan seren. Persentase
rasio kelamin yang didapatkan adalah 46% ikan seren jantan dan 54% ikan seren betina.
Berdasarkan tabel data perhitungan uji chi square pada ikan seren angkatan didapatkan nilai chi
kuadrat hitung sebesar 0,64 sedangkan nilai chi kuadrat tabel 3,84. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak
terdapat perbedaan rasio antara ikan seren jantan dan ikan seren betina. Rasio kelamin yang
baik adalah ketika ada kesesuaian di antara frekuensi rasio jantan dan betina sedangkan pada
hasil dari praktikum yang diperoleh terdapat selisih yang sangat jauh antara chi kuadrat hitung
dan chi kuadrat tabel.
2 1 111 1 11 1 1 1 1 1 1
0
() () () () () () () () () ()
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Interval Panjang Total (mm)
221-231 232-243 244-254 255-265
266-277 278-288 289-299
Gambar 6. Grafik tingkat kematangan gonad ikan seren
Terdapat tujuh kelas pada distribusi tingkat kematangan gonad ikan seren. Pada TKG I hanya
terdapat 1 ekor ikan seren jantan di kelas 244-254. Pada TKG II terdapat masing-masing 1 ekor
ikan seren jantan di kelas 221-231; 232-243; 244-254 dan 1 ekor ikan seren betina di kelas 255-
265. Pada TKG III terdapat masing-masing 1 ekor ikan seren jantan di kelas 244-254; 255-265;
278-288 dan 1 ekor ikan seren betina di kelas 266-277. Pada TKG IV terdapat masing-masing 1
ekor ikan seren jantan di kelas 232-243 dan 266-277, 2 ekor ikan seren jantan di kelas 221-231,
5 ekor ikan seren jantan di kelas 244-254, masing-masing 2 ekor ikan seren betina di kelas 244-
254 dan 289-299, 5 ekor ikan seren betina di kelas 266-277 dan juga terdapat masing-masing 3
ekor ikan seren betina di keals 255-265 dan 278-288. Pada TKG V hanya terdapat 1 ekor ikan
seren jantan di kelas 244-254 dan 1 ekor ikan seren betina di kelas 278-288.
Indeks kematangan gonad
KEMATANGAN
20
GONAD (%)
15 11.8483
INDEKS 10 4.51
5 0.312 0.521175
0
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
TINGKAT KEMATANGAN GONAD
pada ikan seren nilai IKG paling tinggi ada pada TKG III yaitu 16,6% dan nilai IKG paling rendah
ada pada TKG I yaitu 0,31% dengan begitu, dapat diketahui bahwa nilai IKG akan bertambah
besar sampai mencapai maksimum ketika akan terjadi pemijahan yaitu sampai TKG III, dan akan
turun kembali setelah ikan melakukan pemijahan.
Hepatosomatik indeks
40.0%
12.9% 11.0%
20.0%
0.0% 0.1%
0.0%
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Tingkat Kematangan Gonad
Hepatosomatik indeks adalah indeks yang menujukkan perbandingan berat tubuh dan berat hati
dan dinyatakan dalam persen. ikan seren betina memiliki rata-rata HSI 0,13%. Nilai HSI tersebut
memiliki arti yaitu terjadinya peningkatan sintesis vitolegenin atau vitelogenesis pada proses
pembentukan telur. Maka dengan ini, ikan seren memiliki telur yang lebih mendekati kematangan.
Nilai HSI tidak lepas dari pengaruh TKG maupun IKG, dimana nilai TKG maupun IKG semakin
membesar maka nilai HSI pun membesar, atau ketiga elemen tersebutpun beriringan (Effendie
2000).
Pada sampel gonad ikan seren yang diambil sedikit untuk sampel, diperoleh hasil telur yang
berada ditengah dengan jumlah tertinggi sebanyak 17 telur dan terendah sebanyak 1 telur, telur
yang berada di kutub, jumlah terbanyak adalah 17 telur dan terendah sebanyak 2 telur. Telur
yang melebur dengan jumlah tertinggi sebanyak 20 telur dan terendah sebanyak 5 telur.
Diameter telur
Pada letak inti telur lebih dominan kearah tengah, rata-rata jumlah letak inti telur di tengah yaitu
6,67, letak inti menuju kutub 6.4, dan letak inti melebur 13. Dengan tingkat kematangan gonad
yang dominan TKG IV, seharusnya telurnya masih bulat dan letak intinya sudah harus menuju
kutub. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa yang tingkat kematangan
gonad yang bukan di fase TKG IV.
Fekunditas
Fekunditas ikan seren berkisar antara 2.351-99.735 butir. Berdasarkan perhitungan fekunditas
pada ikan serenbetina, rata-rata nilai fekunditas yang didapatkan yaitu sebanyak 51.043 telur.
Nilai fekunditas yang tinggi tersebut dikarenakan berat gonad yang lebih besar, sehingga ukuran
yang besar dapat menampung telur yang kecil dan lebih banyak. Perbedaan fekunditas bisa
terjadi karena kondisi lingkungan yang berbeda, ikan mas yang diambil pada perairan yang sama
seharusnya memiliki nilai fekunditas tidak terlalu jauh berbeda. Menurut Nikolsky (1969) hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh kesediaan makanannya. Bukan hanya itu, fekunditas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang, berat, umur, pemijah, ukuran telur, ras, dan
populasi.
Indeks preponderan
Bagian
Desmidiacae
Platyhelmintes
Copepoda
Rhizopoda
Ikan
Rotatoria
Nemata
Tardigrada
Detritus
Cyanophycae
Chlorophycae
Chrysophycae
Bagian hewan
Entomostraca
Benthos
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa dari sampel populasi yang sudah dikeluarkan isi perutnya
lalu diamati menggunakan mikroskop, presentase tertinggi berada pada jenis detritus pada ikan
seren yaitu 54,4% dan 40,6%. Grafik tersebut didapat dari data Indeks Preponderan, karena
kebiasaan makan dianalisis dengan menggunakan indeks preponderan (Effendie, 1979).
Berdasarkan grafik indeks preponderan pada ikan seren dapat diketahui bahwa pakan utama
ikan seren adalah detritus dkarenakan memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 40,6% dan
Bagian tumbuhan merupakan pakan pelengkap karena persentase yang didapat sebesar 14,6%
dan sisanya sebagai pakan tambahan.
Tingkat trofik
Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau material dan energi
seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Tingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat
trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan
tingkat 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjhjo 2001
dalam Nugraha 2011). Hasil tingkat trofik yang diperoleh untuk ikan seren sebesar 1,01012. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan seren dikategorikan sebagai ikan herbivora. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, diperoleh hasil bahwa ikan seren merupakan ikan omnivora. Sama hal nya dengan
ikan lalawak, hal ini dapat berbeda dikarenakan pakan yang ada pada perairan ikan seren yang
diuji pada praktikum ini dengan penelitian lain berbeda jadi dapat menyebabkan hasil yang
berbeda.
Saran
Sebaiknya penelitian mengenai Analisis Aspek Biologi pada Ikan Seren ini dilakukan dengan
lebih teratur dalam pengerjaannya dan lebih diperjelas lagi bagaimana proses dan tujuannya agar
mahasiswa lebih memahami apa yang harus mereka lakukan. Kedisiplinan dan ketelitian sangat
dibutuhkan dalam praktikum ini agar data yang didapat lebih akurat.
Daftar Pustaka
Bagenal, T. B. 1978. Aspects of Fish Fecundity. Ecology of Fresh Water Fish Production. Black.
Well Scientific Publications, Oxford.
Biswas, S.P. (1993). Manual of methods in fish biol- ogy. South Asian Publishers Pvt Ltd. New
Delhi.
Boyd, C.E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Amsterdam : Elsevier Scientific
Publ. P:319.
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama : Auburn University.P : 482.
Cholik F, R.P. Poernomo dan A.Jauzi. 2005 . Aquakultur : Tumpuan Harapan Masa Depan
Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dan Taman Akuarium Air Tawar - TMII,
Jakarta.
Eaton, A. D et al. 1995. APHA (American Public Health Association) : Standard Method for
Examination of Water and Waste water 19th ed., AWWA (American Water Work
Association), and WPCF (Water Pollution Control Federation). Washington D.C.
Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayan Dewi Sri. Bogor. 112 hlm.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. London : Faber and Faber. P : 348.
Hoole D, Bucke D, Burgess P, Wellby I. 2001. Disease of Carp and Other Cyprinid Fishes. Oxford:
Blackwell Science.
Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture. Fishing News (Book) Ltd., London Meretsky, V.J.,
Valdez, R.A., Douglas, M.E., Brouder, M.J., Gorman, O.T., &
Marsh, P.C. (2000). Spatiotemporal variation in length-weight relationships of endangered
humpback chub: implications for conservation and management. Transactions of the
American Fisheries Society 129, 419-428.
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 Hlm.
Murua, H., and F. Saborido-Rey. 2003. Female reproductive strategies ofmarine fish species of
The North Atlantic. J. Northw. At/. Fish. Sci. 33:23-31.
Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. 313 hlm.
Nugraha, R, H. 2011 Identifikasi dan Studi Kebiasaan Makanan Ikan Hasil Tangkapan Di Sungai
Cimanuk Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmi
kelautan, Universitas Padjadjaran. Jatinangor. 63 hlm.
Richter, T.J. 2007. Development and Evaluation of Standart Weight Equations for Bridgelip
Sucker and Largescale Sucker. North American Journal of Fisheries Management, Vol
27 : 936-939.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta : Bina Cipta
Sri, M. 1990. Statistika. Edisi III. Jakarta. Universitas Indonesia.
Stickney, R. R. 1993. Advance in Fisheries Science: Culture of Nonsalmonid Freshwater Fishes.
2th edition. Florida: CRC Press.
Supartiwi, E. N. 2000. Karakteristik Komunitas Fitoplankton dan Perifiton Sebagai Indikator
Kualitas Lingkungan Sungai Ciujung, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tresna, L, K. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.3 No.3 : 163-173.
Tutupoho, S. N.E. 2008. Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides
Bleeker, 1852) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Periairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Unus, F., & Omar, S.B.A. (2010). Analisa fekunditas dan diameter ikan malalugis biru
(Decapterus macarellus Cuvier, 1833) di perairan Kabupaten Banggai Kepulauan,
Provinsi Sulawasi Tengah. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan), 20, 37- 43.
Wahyuningsih, Hesti dan Dr. Ing Ternala Alexander Barus. 2006. Buku Ajar Ikhtiologi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Wedemeyer, G.A. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Northwest Biological
Science Center National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman
ang Hall. p: 232.
Wootton, R. J. 1990. Ecology of Teleost Fishes. Chapman And Hall. London New York.