Guillan Barre Syndrome
Guillan Barre Syndrome
Oleh:
Dwi Wilyani
Rifki Muhammad
Pembimbing:
2017
Guillan Barre Syndrome
Pendahuluan
yang ditandai oleh kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik, paralisis, hiporefleksia simetris,
asendens dan sifatnya progresif dengan atau tanpa disertai gejala sensorik atau otonom. GBS
didahului oleh infeksi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus yang mampu mimikri atau
menyerupai myelin atau akson pada tubuh sehingga terjadilah proses autoimun.
Epidemiologi
Kejadian GBS di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan 0,8-1,9 kejadian dari 100.000
penduduk pertahun. Kejadian GBS meningkat 0,6 dari 100.000 penduduk per tahun pada anak
dan 2,7 dari 100.000 penduduk per tahun pada dewasa. GBS dapat mengalami outbreak bila
disuatu daerah terdapat wabah, semisal diare karena Campylobacter jejuni. GBS juga dapat
terjadi pada anak yang sedang melakukan imunisasi semisal vaksin influenza.
Patofisiologio
Infeksi oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain memasuki sel Schwann dari saraf dan
kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini
beberapa teori mengenai pembentukan autoantibodi, yang pertama adalah virus dan bakteri
mengubah susunan sel-sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing.
Teori yang kedua mengatakan bahwa infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun
untuk mengenali dirinya sendiri berkurang. Autoantibodi ini yang kemudian menyebabkan
destruksi myelin bahkan kadang kadang juga dapat terjadi destruksi pada axon.
Teori lain mengatakan bahwa respon imun yang menyerang myelin disebabkan oleh
karena antigen yang ada memiliki sifat yang sama dengan myelin. Hal ini menyebabkan
terjadinya respon imun terhadap myelin yang di invasi oleh antigen tersebut. Destruksi pada
myelin tersebut menyebabkan sel-sel saraf tidak dapat mengirimkan signal secara efisien,
sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima
Gejala utama
2. Relatif simetris
Pemeriksaan Laboratorium
3. Terlihat adanya perlambatan atau blok konduksi impuls saraf pada EMG
Gejala yang menyingkirkan diagnosis
5. Ptosis
6. Pupillary abnormalitas
8. Kelemahan descenden
Miller Fisser Sindrom merupakan variasi dari GBS, yaitu dengan trias oftalmoplegia,
ataksia, dan arefleksia. Sedangkan GBS pada anak prasekolah dapat menunjukkan manifestasi
yang atipikal.
Klasifikasi Elektrofisologi
Konduksi saraf dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan membedakan subtype
dari GBS yaitu kerusakan myelin atau axon dan dapat pula digunakan untuk mennetukan
prognosis.
Pendekatan Terapi & Trial Klinik
Tatalaksana
1. IVIG
2. Plasma Exchange
TRF pada GBS & Akut Onset Kronik Inflamasi Demielinasi Neuropati
TRF biasa terjadi pada minggu ke delapan setelah pemberian terapi IVIG atau plasma
exchange pada 10% pasien GBS, sehingga memerlukan terapi dengan waktu yang lebih lama.
Pada pasien dengan akut onset kronik inflamasi demielinasi neuropati memerlukan maintenan
IVIG atau plasma exchange atau bahkan terapi diganti dengan steroid.
Morbiditas GBS dapat terjadi meskipun sudah menggunakan terapi yang sesuai.
Mortalitas di Eropa dan Amerika Utara dapat mencapai 3% dan 7%. 20% pasien GBS masih
belum bisa berjalan pada bulan ke enam dari onset. Sebagian besar perbaikan terjadi pada tahun
yang pertama, namun ada pula di tahun ke tiga. Prognosis dari GBS dapat memburuk bila terjadi
pada pasien dengan umur > 40 tahun, riwayat diare > 4 minggu dan mengalami kecacatan yang
buruk.
Kesimpulan
GBS merupakan inflamasi demielinisasi polineuropati akut yang ditandai oleh kelemahan
atau arefleksia dari saraf motorik, paralisis, hiporefleksia simetris, asendens dan sifatnya
progresif dengan atau tanpa disertai gejala sensorik atau otonom yang didahului oleh infeksi baik
itu virus maupun bakte. GBS memiliki 4 subtipe yaitu AMAN, AIDP, MFS.
Sumber:
Hugh JW, Bart CJ, Pieter AD. Guillan Barre Syndrome. Lancet 2016; 388: 71727