Anda di halaman 1dari 9

LARUTAN

Pengetahuan tentang larutan sangat penting, karena sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi
dalam bentuk cairan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan didefinisikan sebagai
suatu sistem campuran homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih. Campuran yang terjadi ada
tiga kemungkinan:
a). campuran kasar, contoh campuran tanah dan pasir, gula
dan garam, dan lain-lain
b). dispersi koloid, contoh larutan tanah liat dan air, Fe(OH)3,
dan lain-lain.
c). larutan sejati, contoh: larutan gula dalam air, garam
dalam air dsb
Larutan terdiri dari zat yang dilarutkan (solute) dan pelarut (solvent). Untuk gula dalam air, gula
merupakan zat terlarut dan air sebagai pelarutnya. Larutan seperti ini disebut aqueous solution.
Bagaimana untuk alkohol dalam air?.

Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada temperatur tertentu,
bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini,
disebut tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh.

Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh: jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur dan
tekanan. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat bercampur baik, sedang yang tidak,
biasanya sukar bercampur (like dissolves like). Air dan alkohol bercampur sempurna (completely
miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscibel), sedang air dalam minyak sama sekali
tidak bercampur (completley immiscible).

Cara menyatakan Konsentrasi Larutan

Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam cara seperti berikut, :
a). Persen berat : bagian berat zat terlarut tiap 100 bagian
berat larutan. Larutan 25% asam cuka artinya larutan 25
gram asam cuka dalam 100 gram larutan atau dalam 75
gram air.
b). Persen volume : bagian volume zat terlarut tiap 100
bagian volume larutan
c). Molalitas (m) : jumlah mol zat terlarut tiap 1000 gram
pelarut. Larutan 0,1 m glukosa artinya 0,1 mol glukosa
tiap 1000 gram air
d). Molaritas (M): jumlah mole zat terlarut tiap liter larutan.
Larutan 0,1 M H2SO4 artinya 0,1 mol H2SO4/liter larutan.
e). Normalitas (N): jumlah gram ekuivalen (grek) zat terlarut
tiap liter larutan. Larutan 0,1 N H2SO4 artinya 0,1 grek
H2SO4/liter larutan.
h). Fraksi mole (X) : jumlah mole zat terlarut dibagi jumlah
mole larutan.

Misal: zat A = nA mole dan zat B = nB mole


WA
nA MA
XA (1)
n A nB W A WB
MA MB
Dimana ni , WI , MI adalah jumlah mole, massa dan berat molekul masing-masing zat.

Contoh
Larutan asam asetat dibuat dengan melarutkan 164,2 g asam ke dalam air dan volumenya 800 ml pada
200C. Rapat (densitas) larutan pada suhu tersebut 1,026 g/ml. Hitunglah:
a). molaritas, b) molalitas, c) fraksimol, d) persen mol dan e) persen berat asam sulfat

Jawab
a. Molaritas (M): mole asam asetat = 164,2/60 = 2,737 mol
M = 2,737/0,8 = 3,421 mol/l

b. Molalitas (m): berat larutan = 800 x 1,026 = 820,8 gram


berat asam asetat = 164,2 gram

berat pelarut (air) = 656,6 gram


m = 2,737/0,6566 = 4,168 mol/1000 gram

c. fraksi mol: mole air = 656,6/18 = 36,44 mol


fraksi mole asam asetat (XAS) = 2,737/(2,737
+ 36,44) = 0,0699
fraksi mole air (XA) = 1- 0,0699 = 0,9301
d. Persen mole
persen mole asam = 0,0699 x 100% = 6,99 %
persen mole air = 0,9301 x 100% = 93,01 %
e. Persen berat
persen berat asam =164,2/820,8x100% =20 %

Jenis Larutan

Kemungkinan larutan banyak sekali, tetapi yang penting ialah larutan biner, ada 9 kemungkinan yaitu:
No Pelarut Zat terlarut Contoh
1 Gas Gas Udara (O2 dalam N2)
2 Gas Cair Uap air dalam udara
3 gas Padat I2 dalam udara
4 Cair Gas CO2 dalam air
5 Cair Cair Alkohol dalam air
6 Cair Padat Garam dalam air
7 Padat Gas H2 dalam Pd
8 Padat Cair H2O dalam CuSO4
9 Padat Padat C dalam Fe (baja)

Kelarutan gas dalam cairan tergantung jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur.
Soal-soal untuk latihan:
1. Sebutkan definisi dari: larutan, pelarut, kelarutan, larutan jenuh, fraksi mole, molalitas, molaritas,
normalitas dan persen mol.
2. Bagaimana membuat konsentrasi larutan NaOH 0,2 N bila tersedia larutan NaOH 1 M?
3. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 64,92 g MgCl2 dan volume dijadikan 600 ml. Densitas
larutan 1,082 g/ml. Hitunglah molalitas, molaritas, normalitas dan fraksi mole?
4. Jika 100 ml larutan dalam air berisi 0,01 g I2 digojok dengan 10 ml CHCl3, berapa iodium tertinggal
dalam air?. Dan bila dilakukan dua kali, masing-masing dengan 5 ml CHCl3, berapa iodium sisa
dalam air?

Sifat Koligatif Larutan

Dengan adanya zat terlarut, tekanan uap dari pelarut akan berkurang dan ini mengakibatkan kenaikan
titik didih, penurunan titik beku dan terjadinya tekanan osmosa. Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh jenis zat terlarut. Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif
larutan.

1). Penurunan tekanan uap


Untuk larutan ideal berlaku rumus dari Raoult, rumus ini juga berlaku bagi larutan non-ideal, tetapi
sangat encer, karena sifat-sifat larutan yang sangat encer hampir sama dengan sifat-sifat pelarut murni.
Bila zat terlarut sukar menguap maka PPelarut = PLarutan.
n1
PTotal P X 1P 0 P0 (2)
n1 n2
dimana P = tekanan uap larutan, P0 = tek. uap pelarut, n1 = jumlah mole palarut, n2 = jumlah mole zat
terlarut, X1 = fraksi mole pelarut dan X2 = fraksi mole zat terlarut. Turunnya tekanan uap larutan P
adalah:
P = P0 P = P0 X1P0 = (1 X1)P0
P = X2P0 atau P/P0 = X2 (3)
Jadi turunya tekanan uap larutan hanya tergantung dari fraksi mole zat terlarut dan tekanan uap murni.
Besarnya penurunan tekanan uap relatif P/P0 hanya tergantung fraksi mole zat terlarut. Penurunan
tekanan uap larutan dapat dipakai untuk menentukan berat molekul dari zat terlarut:

760
P
P0
P1 Peningkatan
mmHg konsentrasi zat
P2
terlarut

T1 T 0C
W2
P P 0 P n2 M2
0
0
X2 (4)
P P n1 n2 W2 W1
M2 M1

untuk larutan yang sangat encer, maka n2 < n1 rumus disederhanakan menjadi

P n2 W2 M 1
x (5)
P0 n1 M 2 W1

Contoh 2.
Berapa konsentrasi zat terlarut dari larutan dalam air yang tekanan uapnya pada 200C adalah 17 mmHg?
Tekanan uap air pada 200C adalah 17,4 mmHg.

Jawab:
Diambil pelarutnya = 1000 gram air, maka n1 = 1000/18 = 55,5 mol
P0 P n2 17,4 17 n2
0
dan diperoleh n2 = 1,3 mol (kons.larutan)
P n2 n1 17,4 n2 55,5

Contoh 3.
Berapa tekanan uap larutan yang berisi 30 g urea pada 15 0C dalam 450 g air?. Tekanan uap air pada
150C 12,7 mmHg dan BM urea = 60,1

Jawab:
450 / 18
P = X1 P0 = x12,7 P = 12,5 mmHg
450 / 18 30 / 60,1

Soal latihan: suatu larutan terdiri dari 8,5 g urea dalam 100 ml air. Bila pada suhu 50 0C tekanan uap
larutan adalah 89,2 mmHg dan tekanan uap jenuh air 91,5 mmHg. Berapa berat molekul
urea?

2). Kenaikan titik didih larutan

Suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi dari pelarutnya, selisihnya disebut kenaikan titik
didih larutan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam diagram PT ini.

P B D

P0 F
T0 = titik didih pelarut murni
P pelarut
E T = titik didih larutan
P AB = kurva tek. Uap pelarut
0 CD = kurva tek uap larutan
mmHg A Konsentrasi larutan

C T0C
T0 T
Tekanan uap larutan lebih kecil daripada tekanan uap pelarut. Karena P < P0 maka titik didih larutan T >
T0. Selisih keduanya merupakan kenaikan titih didih (Tb) = T T0.

Menurut Clausius-Clapeyron, karena titik E dan F terletak dalam satu garis, maka
dP Hv RT 2 dP
P atau dT (6)
dT RT 2 Hv P
Untuk larutan encer pada titik didihnya AB dan CD dianggap sejajar (berdekatan), sehingga
RT02 P RT02 n2
Tb
Hv P 0 Hv n2 n1
Bila larutannya sangat encer, n2 << n1, hingga n2 dapat diabaikan dan T T0
RT 2 n2 n2 m2
Tb dimana
Hv n1 n1 1000 / M 1
RT02 RT02
Tb .m2 .m2
1000Hv / M 1 1000hv
dimana Hv/M1 = hv yaitu panas penguapan per gram.

Tb K b .m2 (7)
dimana Kb= kenaikan titik didih molal
RT02 W2 1000
Kb dan m2 x (8)
1000hv M 2 W1
1000 W2
sehingga Tb x xK b (9)
W1 M 2

Contoh 4.
Suatu larutan berisi 0,5126 g naftalena dengan berat molekul 128,16 dalam 50 g CCl4 mempunyai Tb =
0,402 0C. sedang larutan 0,6216 g dari zat tak dikenal dalam larutan yang sama mempunyai Tb = 0,647
0
C. berapakah berat molekul zat tersebut.

Jawab: W1 = 50 g, W2 = 0,5126 g, , Tb =0,402 0C dan


M2 = 128,16
T .W .M 0,402 x50 x128,16
Kb b 1 2 5,030 C
1000.W2 1000 x0,5126
Harga Kb ini dipakai untuk larutan kedua:
W1 = 50 g, W2 = 0,6216 g, , Tb =0,647 0C dan Kb = 5,03
100.W2 .K b 1000 x0,6216 x5,03
M2 96,7 g mol-1
W1.Tb 50 x0,647

3). Penurunan titik beku

Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarutnya. Larutan akan
membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Hal ini dapat dilihat dalam diagram PT berikut.
Pelarut
Larutan 1
P Larutan 2

mmHg
Titik beku larutan murni (pelarut)

T2 T1 T 0C
Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni. Dengan menggunakan
penurunan rumus yang sama dengan yang digunakan dalam kenaikan titik didih larutan, diperoleh
bahwa penurunan titik beku juga sebanding dengan konsentrasi zat terlarut (molalitas). Sehingga dapat
diperoleh:

RT02
T f .m2 K f .m2
1000h f
dimana Kf = penurunan titik beku molal
w 1000
m2 2 x (10)
M 2 w1
1000 w2
T f x xK f (11)
w1 M 2

Dengan jalan mengukur Tb larutan, maka dapat ditentukan berat molekul zat terlarut, cara ini disebut
cara ebulioskopis. Demikian juga dengan mengukur besarnya Tf dapat ditentukan berat molekul, cara
ini disebut cara krioskopis.

Contoh 5.
Suatu senyawa menurut analisa berisi 40% C, 6,6% H dan 53,33% O. Bila 3 g zat tersebut dilarutkan
dalm 100 g air, maka larutan ini membeku pada suhu 0,372 0C, Kf air = 1,86. a) Bagaimana rumus
molekul zat tersebu, b) bila larutan diencerkan hingga suhu 25 0C, tekanan uap menjadi 17,488 mm.
Tekanan uap air pada suhu ini 17,535 mmg. Berapa % air telah ditambah.

Jawab:
a. Berat C : H : O = 40 : 6,67 : 53,33
atom C : H : O = 40/12 : 6,67/1 : 53,33/16 = 1 : 2 : 1
Rumus perbandingan : (CH2O)n
Tf = Kf . m = Kf (3/M2) (1000/100)
M2 = (Kf / Tf) . 30 = (1,86/0,372) x 30 = 150
(12 + 2 + 16)n = 150 , maka n = 5
Rumus molekul : C5H10O5

b. Misalkan berat air yang ditambahkan x gram


P0 P n2 17,535 17,488 n2
0
dan
P n2 n1 17,535 3 / 150 x / 18
diperoleh x = 134
Air yang ditambahkan = 134 100 = 34 gram
Atau = 34/100 x 100% = 34%

Soal latihan: 100 gram urea dilarutkan dalam 200 g air.


Hitung
a) kenaikan titik didih (Hv= 40,67 kJ mol-1) dan
b) penurunan titik beku larutan ((Hf = 6 kJ mol-1).

4) Tekanan Osmosa

Bila suatu pelarut dipisahkan dengan membran semi permeabel dengan larutannya, maka terjadi aliran
pelarut murni ke dalam larutan. Peristiwa ini disebut osmosa. Membran disebut semi-permeabel, bila
hanya dilalui oleh molekul-molekul pelarut dan menahan molekul-molekul zat terlarut.

pelarut murni larutan

membran semipermeabel

Larutan-larutan isotonik adalah larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama.

Tekanan osmosa suatu larutan didefinisi kan sebagai tekanan luar yang harus dikenakan pada larutan
untuk mencegah mengalirnya molekul-molekul pelarut murni ke dalam larutan apabila dipisahkan oleh
membran semi permiabel

Membran semipermeabel dapat berupa kertas perkamen, kolodion, membran selofan, lapisan
Cu2Fe(CN)6 yang dibuat dengan pengendapan CuSO4 dan K4Fe(CN)6,

Pada gambar, apabila osmosis telah mencapai keseimbangan, maka tinggi larutan di sebelah kanan lebih
besar daripada sebelah kiri setinggi h cm. Hubungan h dengan tekanan osmosis adalah:

Tekanan osmosis = = gh (12)

Hukum tekanan osmosa dapat dideduksi dari percobaan atau secara termodinamika. Hasil dari
percobaan dapat ditunjukkan bahwa:
a) /T = konstanta (tekanan osmosa suatu larutan berbanding lurus dengan suhu absolut)
b) /M2 = konstanta (tekanan osmosis suatu larutan berbanding lurus dgn konsentrasi (molar)
c) larutan nonelektrolit encer pada konsentrasi yang sama mempunyai yang sama pd T tetap

Bila digabungkan diperoleh: kontanta, konstanta ini mempunyai nilai yang sama dengan
MT
konstanta gas umum (R) yaitu 0,0821 liter atm mol-1 K-1. Sehingga diperoleh:

V = n2 RT atau = (c/M2) RT (13)


dimana c = konsentrasi larutan (g liter-1)
Hal ini berarti tekanan osmosa larutan encer sama dengan tekanan yang disebabkan oleh gas. Bila gas
mempunyai volume dan temperatur yang sama dengan larutan.

Pengukuruan tekanan osmosa juga dapat dipakai untuk menentukan berat molekul zat terlarut (M2), hal
ini sukar dilakukan kecuali untuk zat dengan berat molekul yang besar. Pelarut yang digunakan selain
air juga pelarut organik seperti benzen.

V = w2/M2 RT
M2 = w2 RT/V (14)

Contoh: Berapa tekanan osmosa larutan yang berisi 80 g sukrosa (M=342) dalam 500 ml larutan pada
suhu 20 0C

Jawab:
= n2 RT/V = (80/342 x 0,0821 x 298) / (0,500) = 11,3 atm

Contoh 6.
Berapa gram urea (M=60) harus ada dalam 800 ml larutan, agar = 15 atm pd 100C.
Jawab:
n = V/(RT) = (15 x 0,800)/(0,0821 x 283) = 0,52 mol
berat urea = 0,52 x 60 = 31 gram

Sifat-sifat Larutan Elektrolit

Berdasarkan Arrhenius (1887) dengan teori ion atau disosiasi elektrolit, yaitu:
a) larutan elektrolit dalam air terurai menjadi ion-ion

(misal: HCl H+ + Cl-)

b) ion adalah gugus atom yang bermuatan listrik, ion + (kation) dan ion (anion). Muatan ion sama
dengan valensinya
c) karena elektrolit bersifat netral, maka jumlah muatan ion dalam
larutan selalu sama
d) ionisasi elektrolit merupakan reaksi kesetimbangan antara ion-ion yang terjadi dan molekul-molekul
yang tidak terurai.

Larutan elektrolit dapat menghantarkan aliran listrik oleh elektron-elektron yang dibawa oleh ion positif
dan negatif, reaksi redoks disebut elektrolisis. Larutan elektrolit menunjukkan sifat kologatif lebih besar
daripada larutan nonelektrolit. Karena masing masing molekul elektrolit dalam larutan terurai menjadi
ion-ion. Reaksi larutan elektrolit berjalan cepat. Elektrolit-elektrolit yang dalam air terion sempurna
disebut elektrolit kuat, sedangkan yang terion sebagian disebut elektrolit lemah. Untuk elektrolit kuat
derajat ionisasi yaitu bagian elektrolit yang terion, harganya mendekati satu. Konsentrasi efektif dari
ion disebut aktivitas ion yang diberi simbol a. Dalam tabel berikut nilai rata-rata pada 25 0C.

a=m dan/atau a=c (15)


m 0,00 0,01 0,05 0,10 0,50 1,0
NaCl 1,0 0,903 0,823 0,778 0,680 0,656
KCl 1,0 0,901 0,816 0,770 0,650 0,607
HCl 1,0 0,905 0,830 0,796 0,758 0,810

Dimana = koefisien aktifitas ( 1), m = molalitas larutan. Pengertian aktifitas dan koefisien aktifitas
mula-mula diberikan oleh G.N Lewis (Univ. California). Tahun 1923 Debye dan Hckel menjelaskan
secara teori yang dikenal teori gaya tarik antar ion dan pembatasan D-H

log = - Kz2 di mana = ci z2I (16)


+ -
atau log = - 0,5091(z )(z ) (17)

dimana K = konstanta (0,05091), z = muatan ion, = kekuatan ion dan c = konsentrasi.

Contoh 7.
Hitunglah aktivitas ion dalam 0,5 m larutan NaCl pada 25 0C. hitung tekanan osmosanya.

Jawab: a). aNa+ = aNa- = 0,5 x 0,68 = 0,340


Konsentrasi efektif = 2 x 0,340 = 0,680
b). = c RT = (0,680) (0,0821) (298) = 16,63 atm

Contoh 8:
a) hitung kekuatan ion larutan yang berisi 0,001 M NaCl dan 0,002 M BaCl2
b) hitung aktivitas Na+ dan Ba+ pada 25 0C bila K = 0,509

Jawab:
a). = CNa+ . (1)2 + CCl- . (1)2 + CBa++ . (2)2 + CCl- . (1)2
= (0,001) (1)2 + (0,001)(1)2 + (0,002)(2)2 + (0,004)(1)2 = 0,007
b). log Na+ = - 0,509 x 12 x 0,007 log a++ = - 0,509 x 22 x 0,007 = 0,68
Na+ = 0,91 aBa++ = 0,68 x 0,002 = 0,0014 M
+
aNa = 0,91 x 0,001 = 0,0009 M
dalam hal ini c = m

Tetapan dielektrikum (D) dapat melemahkan gaya tarik antar ion (F). Besarnya gaya tarik antar ion
dinyatakan:

z1.z2
F r = jarak antar ion. (18)
D.r 2

Makin besar harga D, makin kecil harga F hingga ionisasi makin baik. Air merupakan pelarut yang baik
karena D nya besar hingga gaya pengionannya besar.
Pada tahun 1923 T.M. Lowry dan J.N. Bronsted memberikan teori untuk: asam adalah zat yang dapat
memberikan proton (donor proton) dan basa zat yang menerima proton (proton akseptor). Kalau
Arrhenius, asam adalah zat yang larutannya dalam air menghasilkan ion H+ dan basa yang larutannya
dalam air menghasilkan ion OH-.

Anda mungkin juga menyukai