Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum

Ilmu Gulma dan Pengelolaannya

KOMPETISI GULMA

NAMA : ISNA NURFADHILAH


NIM : G111 15 535
KELAS :B
KELOMPOK : 14
ASISTEN : ROSMADINA

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia gulma merupakan makhluk hidup berhijau daun yang dapat

menurunkan kualitas dari tanaman yang di budidayakan oleh semua petani.

Beberapa cara pengendalian gulma telah dilakukan agar gulma tidak menurunkan

produksi. Didalam komoditas suatu tanaman selalu ada persaingan dalam

penyerapan makanan yang terjadi.Terutama persaingan antara tanaman yang

dibudidayakan dan gulma yang memperebutkan unsure hara.

Gulma merugikan manusia dalam keadaan, tempat dan waktu tertentu. Tetapi,

pada peinsipnya gulama merupakan tumuhan yang tidak dikehendaki tumbuh atau

hidup disuatu tempat. Hal ini disebabkan karena gulma biasanya tumbuh tersebut

dapat berkompetisi dengan tanaman pokok yang dibudidayakan oleh manusia.

Gulma dan tanaman budidaya mengadakan kompetisi dalam rangka mendapatkan

faktor-faktor tumbuh yang terbatas disuatu agro-ekosistem.

Apabila tanaman tersebut kalah dalam kompetisinya dengan gulma, biasanya

tumbuhnya kurang atau terhambat pertumbuhannya, sehingga kurang mampu

untuk berproduksi dengan baik. Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua

organisme atau lebih untuk memperebutkan objek yang sama. Baik gulma

maupun tanaman mempunyai keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang normal, yaitu unsur hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh

dan CO2.
Berdasarkan uraian diatas maka dilaksanakanlah praktikum ini mengenai

kompetisi gulma. Agar kita dapat mengetahui seberapa besarkah gulma tersebut

merugikan tanaman budidaya serta teknik pengendaliannya.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh gulma yang tumbuh terhadap

tanaman bayam yang dibudidayakan serta mengetahui teknik pengendaliannya.

Kegunaan dilaksanakannya praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi dan

perbandingan antara materi yang didapatkan diruang kuliah dan hasil yang

didapatkan dilapangan pada saat praktikum berlangsung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gulma

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman

budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang

sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak

diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain

yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut. Pendapat para ahli

gulma yang lain ada yang mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai

tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak

diinginkan dan menimbulkan kerugian. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman

budidaya dapat merugikan pertumbuhan dan hasil tanaman karena bersaing pada

unsur hara, air, cahaya dan sarana tumbuh lainnya (Sebayang, 2008).

Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi

secara subjektif dan definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah:

1. Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.

2. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.

3. Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.

4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara

langsung maupun tidak langsung.

5. Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.

Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun

sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves),
dan gulma pakis-pakisan (ferns). Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat

dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual

weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat tumbuhnya

gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan

(terestrial weeds). Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi

gulma kelas A, B, C, D dan E (Emanuel, 2003).

Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif

maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan

berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun

manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang

berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk

tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman dari gulma tersebut,

misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan

baru jika terpotong-potong (Arie, 2008).

2.2 Pengaruh Gulma Terhadap Tanaman (Persaingan)

Kehadiran gulma pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang sangat

serius dalam mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh,

dampaknya hasil tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh kompetisi dengan gulma

sangat ditentukan oleh lokasi atau kesuburan tanah, tanaman budidaya, jenis

gulma, tingkat kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan, pupuk, stadia

tanaman, dan tingkat populasi gulmanya (Madkar dkk., 1986).


Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang

sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif

bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dialam

keadaan terbatas secara bersamaan. Kompetisi yang ada dialam meliputi

kompetisi intraspesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi

interspesifik yaitu interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan berbeda jenis.

Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk

berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita

usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan

penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-

kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas (Emanuel, 2003).

Persaingan memperebutkan hara setiap lahan berkapasitas tertentu didalam

mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di

permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap

walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda, oleh karena itu jika gulma tidak

diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Gulma

menyerap lebih banyak unsur hara dari pada pertanaman. Persaingan

memperebutkan air sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga

membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan

menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah

kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen

saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik,
gulma membutuhkan 330 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir

dua kali lipat kebutuhan pertanaman (Arie, 2008).

Persaingan memperebutkan cahaya apabila ketersediaan air dan hara telah

cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur, maka faktor pembatas

berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai

pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil

bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu

tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain

yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang

terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat (Madkar dkk., 1986).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Bayam

Bayam biasannya tumbuh sepanjang tahun baik didtaran rendah maupun

dataran tinggi, suhu udara yang dikehendaki 200C 320C, derajat keasaman (pH)

6-7. Tanaman ini memerlukan cukup banyak air, sehingga paling tepat ditanam

pada awal musim penghujan dan dapat ditanam pada awal musim kemarau yaitu

pada tanah yang gembur dan cukup subur (Hadisoeganda dan Widjaja, 1996).

Adapun teknik budidaya tanaman bayam menurut Rukmana (1994) yaitu:

1. Pembibitan

Benih yang dipilih sebaiknya harus berasal dari induk yang sehat, bebas dari

hama dan penyakit, daya kecambah 80 prosen, dan memiliki kemurnian benih

yang tinggi. Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih atau

bibit yang digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan

terhadap hama dan penyakit.


2. Penyiapan benih

Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman

terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan

benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5 - 1,0 gram per m2

luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan

yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian biji

dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman. Untuk

memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000 - 40000 tanaman,

kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2 kg benih.

3. Penyemaian benih dan pemindahan bibit

Benih bayam disebar merata atau berbaris - baris pada tanah persemaian dan

ditutup dengan selapis tanah tipis. Dalam pemeliharaan benih / bibit perlu

dilakukan penyiraman dengan teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga

perlu dipupuk agar kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya

pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama /

penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah. Setelah

bibit tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot

yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah

diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1).

Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7 - 14 hari setelah

dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.


4. Persiapan lahan

Lahan yang akan ditanami dicangkul atau dibajak sedalam 30 - 40 cm,

bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan

lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar tanah

matang benar. Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan

lebar sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan

ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman 30 cm

untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar barisan

60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.

5. Pemupukan

Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu

pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara

pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian diaduk

dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per lubanng tanam,

cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam.

Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan

lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar.

Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 - 2 kg per lubang

tanam.

6. Teknik penanaman

Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x

40 cm. Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan

penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam


dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada jarak

antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah

disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga cukup

basah.

7. Pemeliharaan tanaman

Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata

maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) perlu dilakukan

penjarangan. Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka

setelah penanaman di lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu

dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Penyiangan

dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput

liar lainnya. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk

tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk

organik akan berkisar 15 - 30 ton.

8. Panen

Panen pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian

panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari

harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut kualitasnya

menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan tanaman telah berbunga.

Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih

tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk

tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.


2.4 Teknik Pengendalian Gulma

Menurut Sukman dan Yakup (2002), pengendalian gulma merupakan suatu

usaha untuk mengubah keseimbangan ekologis yang bertujuan untuk menekan

pertumbuhan gulma, tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya.

Adapun teknik pengendalian gulma yaitu:

1. Preventif

2. Pengendalian secara fisik

Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor

yang berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di

dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari

gulma, penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi,

b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)

Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan

relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada

waktu pemangkasan, interval (ulangan) Pembabatan sebaiknya dilakukan pada

waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh

dengan hebat.

c. Penggenangan

Penggenangan efektif untuk memberantas gulma dengan menggenangi

sedalam 15 25 cm selama 3 8 minggu. harus cukup terendam sehingga

pertumbuhan gulma tertekan.


d. Pembakaran

Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45

550 C, kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh

koagulasi pada protoplasmianya. Pembakaran secara terbatas masih sering

dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah

dipangkas. Pembakaran juga dapat mematikan insekta dan hama lain serta

penyakit seperti cendawan, bakteri kekurangan dari sistem ini dapat mengurangi

kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi.

e. Mulsa (mulching, penutup seresah)

Penggunaan mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma,

sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan

pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat

digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji,

kertas dan plastik.

3. Pengendalian secara biologi

Pengendalian gulma secara biologis (hayati) dengan menggunakan organisme

lain, seperti insekta, fungi, bakteri sebagainya. Pengendalian biologis yang

intensif dengan insekta atau fungi dapat berpotensi mengendalikan gulma secara

biologis.

4. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia

yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik
secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak

maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau

pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan

efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya

keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan.

Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini

harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya

tidak berhasil.
BAB III

METODE PENEITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum di laksanakan pada hari Jumat, 15 September 2017 pukul 16.00

selesai dengan pembuatan dan Penanaman bayam pada hari Minggu, 17

September 2017 pukul 16.30 selesai di Lahan Percobaan Exfarm, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Kompetisi Gulma adalah cangkul,

meteran, penggaris, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah tali

rapiah, patok 4 buah, air dan benih tanaman kangkung.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Plot

Adapun prosedur kerja pembuatan plot adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Memilih lahan yang akan digunakan.

3. Mengukur panjang dan lebar plotdengan ukuran 1 x 1 m menggunakan

meteran.

4. Membersihkan rumput atau gulma yang ada di dalam plot.

5. Menancapkan patok pada empat sisi plot yang telah diukur.

6. Mengikatkan tali rapiah pada patok mengelilingi plot.

7. Merapikan plot agar dapat dijadikan bedengan pertanaman komoditi yang akan

di amati.
3.3.2 Penanaman Tanaman Bayam

Adapun prosedur kerja penanaman bayam adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menjenuhkan plot dengan air sebelum ditanami.

3. Membuat 6 larikan atau baris tanam pada plot dengan jarak 15 cm per larik.

4. Menaburkan benih bayam pada larikan yang telah dibuat, kemuadian di tutup

kembali dengan tanah.

5. Menyiram tanaman secara rutin, pagi dan sore hari.

6. Mengamati tinngi tanaman dan jumlah daun setiap pekannya.


Arie, Arifin. 2008. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Surabaya:
Usaha
Nasional.
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta:
Kanisus.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen.
Kanisius. Yogyakarta.
Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia.

Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai