Deskripsi:
Tujuan:
Bahan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan:
Cara Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Membahas:
Data Pasien: Nama: Tn. MF Umur:36 tahun No. Reg:
Tinjauan Pustaka
Cutaneous Larva Migrans merupakan kelainan kulit yang merupakan peradangan yang
berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul, dan progresif, disebabkan oleh invasi cacing
tambang yang berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum,
dan Ancylostoma ceylanicum.
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing,
yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Biasanya larva ini merupakan stadium
ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada
kotoran binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi
kekulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan jalan tanpa tujuan sepanjang dermo epidermal, setelah
beberapa jam atau hari, akan timbul gejala di kulit.
Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi
inflammasi dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya. Pada hewan, Larva ini
mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam.
Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui folikel, fissura atau menembus kulit utuh
menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki
enzym collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam.
GEJALA KLINIS:
Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula mula , pada point of
entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau
berkelok kelok (snakelike appearance bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul
dengan lebar 2 3 mm, panjang 3 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi
papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau
hari. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late
onset dari CLM.
Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok,
polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa
sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter setiap harinya.
Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 5 cm. Rasa gatal
biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal ini juga dapat berlanjut,
meskipun larva telah mati.
Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien sering
menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder. Larva nematoda dapat
ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau dermis. Tempat predileksi
adalah di tempat tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas, duduk, ataupun
berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana
saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada
DIAGNOSIS:
Berdasarkan bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau
berkelok kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya
PROGNOSA
Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Pengobatan
dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa ketidaknyamanan pasien.
Umumnya pengobatan selalu memberikan hasil yang baik.
PENATALAKSANAAN
Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow, piperazine citrate, dan
elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva sering tidak lolos atau tidak mati.
Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony jugatidak berhasil.
Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik topikal maupun sistemik2.
SISTEMIK (ORAL)
1. Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari 2 kali,
diberikan berturut turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh
dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan
muntah.
2. Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi selama 24
48 jam. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan dicampur dengan vaseline,
di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan band-aid/kasa. Campuran ini memberikan
jaringan kadar antihelmints yang cukup untuk membunuh parasit, tanpa disertai efek samping
sistemik.
3. Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut turut.
4. Ivermectin (Stromectol)
Daftar Pustaka
Djuanda Adhi, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Balai Penerbit FK UI,
Jakarta
Hasil Pembelajaran
1. Menegakkan diagnosis Cutaneous Larva Migrans
2. Menentukan Penatalaksanaan Cutaneous Larva Migrans dari segi farmakologi dan non
farmakologi
1. Subjektif :
Keluhan Utama : Merah dan gatal di lengan kanan
2. Objektif
Status Lokalisata
Kepala : Normal
Mata : Pupil : Isokor Konjungtiva: Anemis (-/-), Refleks Cahaya :+/+
Telinga : Normal
Hidung : Septum nasi simetris, sekret (-), massa (-)
Mulut : Normal
Leher : TVJ: R-2cm H2O (normal)
Thorax:
Inspeksi :- Fusifomis (bentuk dan ukuran kedua dada normal dan simetris
Palpasi : Stem fremitus : kiri = kanan (normal)
Perkusi : Sonor (kedua lapangan paru)
Auskultasi : SP : Vesikuler
ST : Tidak ada (-)
Abdomen :
- Abdomen anterior : Normal
- Abdomen posterior : Vesikel multipel dengan dasar eritema, unilateral dan mengikuti
dermatom pada regio paralumbal sinistra
Ekstremitas:
Superior : Akral hangat
Inferior : Akral hangat
Status Dermatologi
Regio/Lokasi : Regio antebrachii dextra
Efloresensi :
- Efloresensi primer : Lesi eritema berkelok-kelok, oedema (+), berpindah tempat dari hari
ke hari, dan menimbul.
3. Assessment:
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Plan
Diagnosis : Cutaneous Larva Migrans
Pengobatan :
Terapi non medikamentosa :
Mencegah garukan pada luka
Edukasi untuk memakai alas kaki dan menghindari kontak kulit langsung dengan tanah
Terapi medikamentosa :
Albendazole 1x400mg 3 hari
Cetirizine 1x10 mg 3 hari ( malam hari )
Betamethasone cream 2x sehari sue
Kontrol ulang 3 hari kemudian
5. Follow up:
Pasien kontrol ulang 1 minggu kemudian
Keluhan : gatal berkurang dan kemerahan berkurang
Pemeriksaan :
Regio/Lokasi : Regio antebrachii dextra
Efloresensi :
Efloresensi primer : Lesi eritema (+)
Anjuran :
- Hindari kontak langsung kulit dengan tanah
- Memakai alas tangan
- Hindari menggaruk jika gatal
- Kontrol kembali jika keluhan berulang
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pendamping