Anda di halaman 1dari 8

MINGGU II

JAMUR PATOGEN TANAMAN

A. PENGERTIAN PATOGEN TANAMAN

Organisme yang menyebabkan penyakit disebut patogen. Suatu jasad


saprofit mungkin mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin, dengan
toksin ini jasad tadi mampu menyebabkan penyakit, maka jasad tersebut
dikatakan sebagai patogen. Meskipun prosesnya tidak langsung, patogen dapat
menyebabkan penyakit dengan beberapa cara, yaitu:
1. Mengkonsumsi isi sel inang.
2. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel inang melalui toksin, enzim
atau zat tumbuh.
3. Melemahkan inang dengan menghisap isi sel untuk digunakan sendiri.
4. Memblokir jaringan pembuluh pada inang.

Patogenisitas adalah kemampuan patogen untuk menimbulkan penyakit,


melalui suatu proses yang disebut patogenesis. Ada beberapa proses penting
dalam patogenesis, yaitu:
1. Inokulasi atau penularan; inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh
tanaman inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya.
2. Penetrasi; proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam sel,
jaringan atau tubuh tanaman inang.
3. Infeksi; suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien (sari
makanan) dari inang.
4. Invasi; tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah terjadi infeksi.
5. Dispersi atau penyebaran; proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain.

Jamur merupakan salah satu patogen tanaman yang sering dijumpai pada
tanaman budidaya. Jamur masuk dalam kerajaan/kingdom Fungi, dinding selnya
kebanyakan mengandung zat kitin, yang terdiri dari rangkaian molekul N-
acetylglocosamina. Bentuk vegetatifnya khas berupa thallus, yaitu sistem berupa
benang yang disebut hifa. Beberapa hifa tersusun membentuk miselium yang
mungkin tanpa sekat/septa (disebut coenocytis) berupa sel panjang dengan banyak
inti misalnya Oomycetes dan Zygomycetes. Sedangkan pada kelas lain umumnya
bersekat/septa misalnya Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Reproduksi jamur dapat terjadi secara seksual (pembelahan inti sel dan
meiosis), dan/atau aseksual (sepenuhnya pembelahan inti sel secara mitosis)
(Webster dan Weber, 2007).

B. KLASIFIKASI JAMUR

Secara garis besar, klasifikasi jamur menurut Alexopoulus dan Mims


(1979) memiliki tiga Kingdom besar yaitu Kingdom Fungi, Stramenopila dan
Protista.
Kingdom Fungi terbagi menjadi 4 divisi, yaitu Chytridiomycota,
Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Dalam kingdom ini terdapat 3
kelas dan 1 forma kelas jamur yang umumnya dan penting dipelajari dalam
mikologi untuk mengetahui lebih jelas tentang jamur patogen tumbuhan. Kelas-
kelas jamur tersebut antara lain kelas Zygomycetes, Basidiomycetes,
Ascomycetes dan forma kelas Deuteromycetes.
Selain itu, jamur patogen tumbuhan juga terdapat dalam beberapa kelas di
kingdom lainnya, yaitu kelas Oomycetes dari Kingdom Stramenopila dan kelas
Plasmodiophoromycota dari kingdom Protista.

1. ZYGOMYCETES

Istilah Zygomycetes didasarkan atas pembentukan spora istirahat seksual


yaitu zygospora. Kelas jamur ini memiliki talus menggelembung, hifanya tidak
besekat dan miseliumnya memiliki banyak inti sel (multinukleus). Sel-sel
gametnya berkonjugasi dan membentuk dinding yang tebal, spora istirahat yang
berlangsung lama, yang dinamakan zygospora. Sporangiosfor dan konidia
biasanya terbentuk dan tersebar oleh udara. Zygomycetes tergolong ke dalam
divisi zygomycota. Divisi ini memiliki dua kelas, yaitu Zygomycetes dan
Trichomycetes (biasanya menjadi parasit pada serangga). Kedua kelas ini
dibedakan berdasarkan karakter morfologi dan struktur kimia (Horst, 2008).
Zygospora merupakan struktur seksual istirahat yang diproduksi dan
terbentuk dari hasil peleburan sempurna antara dua sel gamet. Pembelahan selnya
terjadi di awal atau sesaat sebelum terjadinya meiosis dan perkecambahan
zygospora. Zygospora merupakan tipe spora dari Zygomycota. Zygospora
biasanya berukuran besar, berdinding tebal, strukturnya bulat kecil dengan
cadangan lemak yang melimpah, dan tidak cocok untuk penyebaran spora jarak
jauh. Perkecambahan zygospora oleh tabung kecambah atau kumpulan kecambah
sporangium (Webster dan Weber, 2007).
Secara garis besar Zygomycetes mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
1. Perkembangan seksual berlangsung dengan kopulasi sel gamet dan
menghasilkan zygospora.
2. Perkembangan aseksual berlangsung dengan perantara spora yang tdak
dapat bergerak dalam bentuk sporangiospora atau konidium.

Secara biologis, Zygomycetes meliputi jamur-jamur saprofit, parasit


fakultatif yang lemah pada tumbuhan, parasite khusus pada hewan dan parasite
obligat pada Zygomycetes yang lainnya (Sastrahidayat, 2011).

2. BASIDIOMYCETES

Basidiomycetes merupakan kelas paling besar kedua setelah Ascomycetes


dengan 13.000 spesies dan dapat dengan mudah ditemukan di lapangan. Pada
kelompok ini terdapat dua bangsa jamur mikro yang tersebar luas serta menjadi
parasit obligat pada tanaman yaitu karat (rust) dan jelaga hitam (smut).
Basidiomycetes biasanya saprofit, ada juga yang hidup bersimbiosis membentuk
ektomikoriza.
Ciri-ciri kelas ini yaitu memiliki miselium bercabang dan adanya sekat
pada hifa. Divisi ini juga dicirikan dengan pembentukan spora seksual disebut
basidiospora dan terbentuk pada struktur khusus seperti gada yang disebut
basidium. Basidium memiliki keistimewaan seperti askus yang merupakan tipe
khusus dari srorangium yang dapat menghasilkan spora, biasanya berjumlah
empat buah secara eksternal (Sastrahidayat, 2011).
Basidiospora merupakan spora seksual yang menjadi karakteristik
kelompok jamur Basidiomycota atau Basidiomycetes. Perbedaan morfologi
dengan askospora, basidiospora lebih seragam. Basidiomycota jua memiliki
ukuran terkecil sekitar 3 sampai 20 mm (Webster dan Weber, 2007).
Pembiakan aseksual biasanya terjadi dengan pembentukan konidium.
Contoh: Puccinia sorghi (karat pada jagung), Exobasidium vexans (karat daun
teh).

3. ASCOMYCOTA

Ascomycetes merupakan kelas jamur terbesar, karena memiliki lebih dari


20.000 spesies jamur. Kelompok jamur ini memperlihatkan ciri khas dengan
adanya unit spora yang disebut askus, yaitu struktur kantung yang biasanya berisi
askospora. Askospora terdiri dari jumlah tertentu yang dibentuk sebagai hasil dari
kariogami dan meiosis. Umumnya di dalam askus dibentuk delapan askospora.
Ciri khas lainnya, berupa miselium yang bersekat dan sel-selnya tidak berflagel
(Sastrahidayat, 2011).
Perkembangan seksual Ascomycetes menggunakan askospora, sedangkan
perkembangan aseksual Ascomycetes dapat berlangsung dengan pembelahan,
pertunasan, fragmentasi arthospora, khlamidiospora atau konidium. Diantara
badan buah biasanya terdapat Piknidium (struktur berongga, berbentuk bulat atau
berbentuk botol yang dindingnya terdiri atas jaringan pseudoparenkim yang
diatasnya lalu dibentuk konidiofor. Aservulus (anyaman hifa yang biasanya
dibentuk oleh jamur parasit di bawah epidermis atau kutikula dari inang dan
membentuk konidium pendek tersusun sangat rapat) (Sastrahidayat, 2011).
Contoh: Colletotrichum capsici pada cabai merah, Gloesporium sp. (busuk
buah apel), Exserohilum turcicum (hawar daun jagung).

4. DEUTEROMYCETES (forma-kelas)

Deuteromycetes atau fungi imperfecti terdiri atas sejumlah besar forma


genus dan spesies yang hanya melakukan perkembangbiakan secara aseksual
menggunakan konidium, oidium atau khlamidiospora. Kebanyakan jamur
dalam kelas ini merupakan penyebab penyakit yang serius pada tanaman atau
hewan. Klasifikasi deuteromycetes didasarkan pada perkembangan konidiumnya,
misalkan ukuran, jumlah sel dan warna konidium. Ada juga berdasarkan ada atau
tidaknya piknidium, aservuli atau sinema. Karena cara klasifikasi yang belum
dapat dipastikan ketentuan hubungannya tersebut, maka grup ini disebut sebagai
forma kelas (Sastrahidayat, 2011). Contoh: Fusarium oxysporum pada tomat dan
cabai, Pyricularia oryzae (penyakit blas pada padi), Marsonina rosae (bercak
hitam mawar), Alternaria porri (penyakit bercak ungu pada bawang) dan
sebagainya.
Dalam kelas deuteromycetes, terdapat beberapa jamur yang tidak
menghasilkan konidia atau alat-alat perkembangbiakan lainnya sehingga
dimasukkan dalam bangsa khusus dinamakan Mycelia sterelia. Contoh jamur
yang masuk ke dalam bangsa ini mencakup kurang lebih 20 jamur, seperti
Rhizoctonia solani (busuk kering/ hawar pada batang) dan Sclerotium rolfsii
(penyakit rebah kecambah).
5. OOMYCETES

Jamur dalam kelas ini mempunyai miselium yang hifanya tidak bersekat
(senositik). Jamur-jamur yang termasuk ke dalam kelas Oomycetes berkembang
biak secara aseksual dengan perantara zoospora yang mempunyai dua flagellum.
Satu flagellum tipe cambuk berumbai yang mengarah ke belakang. Anggota yang
paling tinggi tingkatannya merupakan parasite obligat bagi tanaman inangnya,
infeksi dari satu tanaman ke tanaman lain banyak dilakukan oleh spora melalui
perantara angin. Struktur tubuhnya berbeda-beda mulai dari thalus sederhana yang
terdiri dari satu sel hingga terdiri dari miselium berbentuk benang dan bercabang-
cabang (Sastrahidayat, 2011).
Oospora dibentuk dalam oogonia dan masuk didalamnya. Bagian tengah
dari oogonium mengalami diferensiasi menjadi satu atau lebih oosfir, yang bila
masak berinti satu. Contoh jamur kelas ini Pythium sp. (rebah kecambah pada
mentimun), Phytophtora infestan, Peronosclerospora maydis (bulai pada jagung).

6. PLASMODIOPHOROMYCETES

Jamur yang termasuk kelas ini hidup secara parasite dengan thallus yang
berinti banyak, sel-selnya tidak berdinding dan hidup dalam sel tumbuhan
inangnya. Spora istirahat dibentuk dalam massa, tetapi tidak di dalam tubuh buah
tertentu.
Anggota dalam kelas ini merupakan parasite pada tanaman hijau dan
jamur lainnya, berkembangbiak dalam jaringan inangnya dan dengan beberapa
pengecualian menyebabkan hypertrophy dan hyperplasia pada tanaman inang
dan menghasilkan kelainan bentuk anatomi tanaman seperti tumor. Struktur
somatic dari Plasmodiophoromycetes adalah plasmodium yang berkembang di
dalam sel-sel tanaman inang. Plasmodium kemudian membentuk zoosporangia
yang berisi zoospora atau langsung membentuk spora istirahat. Spesies penting
dalam kelas ini yang menjadi pathogen tanaman dan mempunyai nilai ekonomi
penting adalah Plasmodiophora brassicae (penyakit puru akar pada tanaman
kubis) (Sastrahidayat, 2011).

C. DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C. J. dan Mims, C. W. 1979. Introductory Mycology. Third Edition.


John Wiley & Sons. Inc. New York.
Horst, R. K. 2008. Westcotts Plant Disease Handbook. Springer. New York.
Sastrahidayat, I. R. 2011. Mikologi (Ilmu Jamur). UB Press. Malang.
Webster, J. dan Weber, R. W. S. 2007. Introduction to Fungi. third Edition.
Cambriedge University Press. New York.

D. TEKNIS PRAKTIKUM JAMUR PATOGEN TANAMAN

Praktikan diharapkan membawa spesimen tanaman yang terserang


penyakit akibat jamur pathogen tanaman, berupa

1. Colletotrichum capsici, penyebab penyakit busuk buah pada cabai.


2. Alternaria porri, penyebab penyakit bercak ungu pada tanaman bawang
merah.
3. Fusarium oxysporum, penyebab penyakit layu pada tanaman tomat.
4. Sclerotium rolfsii, penyebab penyakit rebah semai pada tanaman kedelai atau
kacang-kacangan.

Spesimen ini nantinya akan digunakan pada minggu ketiga tentang materi
isolasi jamur patogen tanaman dan sebagai bahan praktik. Praktikan dalam satu
kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil sebagai pembagian jenis spesimen yang
harus dibawa. Pada minggu kedua, praktikan (individu) diharapkan meresume
materi tentang masing-masing spesimen, berupa tanaman inang, gejala di lapang,
klasifikasi patogen, kenampakan secara makroskopis pada media dan kenampakan
mikroskopis (pada mikroskop). Selanjutnya hasil resume dipresentasikan secara
kelompok sesuai urutan maupun acak berdasarkan spesimen yang didapatkan oleh
masing-masing kelompok praktikum. Nilai dalam minggu kedua memiliki nilai
individu (hasil resume) dan nilai kelompok (hasil presentasi).

Anda mungkin juga menyukai