Anda di halaman 1dari 11

PEMAHAMAN DAN PEMBENTUKAN KARAKTER MASYARAKAT:

REALITAS DAN PANDANGAN ANTROPOLOGI


==========================================================

Nursyirwan Effendi

Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas
neffendi_99@yahoo.com

ABSTRACT

This article raised issues related to anthropological views in the character building of the
community. The authors look at the concept of scientific and socio-anthropological
approach in building the character of the community as well as the approach of
behaviorism, interactionism, and construction. In this paper the authors also described
how the construction of the human characters in the study based on the anthropology and
cross-cultural studies. Interestingly, this article attempts to discuss the dialectic model of
role of science in building the character by using three approaches, namely behaviorism,
interactionism, and construction, so as to provide answers about the position of science
in the normative and academic levels in the character building.

Keywords: character, character building, anthropological perspective

ABSTRAK

Tulisan ini mengangkat isu tentang pandangan antropologi dalam pembentukan karakter
masyarakat. Penulis melihat konsep dan pendekatan ilmiah sosio-antropologi dalam
pembentukan karakter dalam masyarakat seperti pendekatan behaviorisme dan
interaksionisme serta konstruksi. Dalam tulisan ini juga dipaparkan bagaimana konstruksi
karakter manusia dalam kajian antropologi dengan berpatokan pada studi-studi lintas
budaya. Menariknya artikel ini mencoba mendiskusikan model dialektika peran ilmu
terhadap pembentukan karakter dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu
behaviorisme, interaksionisme dan konstruksi, sehingga memberikan jawaban tentang
posisi ilmu dalam tataran normatif dan akademis dalam pembentukan karakter.

Kata Kunci: Karakter, pembentukan karakter, pandangan antropologis

A. Pendahuluan
Salah satu isu nasional akhir-akhir ini doktor yang terjebak dalam kasus korupsi
adalah perilaku korupsi yang di Tanah Air. Angka tersebut menun-
ditampilkan oleh pegawai negeri dan jukkan betapa kuatnya cengkeraman
para pelaku pendidik di Indonesia. korupsi hingga menjangkiti kalangan
Wakil Ketua KPK Busyro Muqodas
mengungkap ada 10 profesor dan 200

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 175


akademisi atau masyarakat paling Jika dikaitkan dengan isu yang
terdidik sekalipun1. ingin didiskusikan dalam tulisan ini,
Mereka melakukan korupsi dan melihat fakta bahwa masih
sampai miliaran rupiah dengan banyak lulusan perguruan tinggi (anak
berbagai modus, seperti gratifikasi, didik) yang tidak memiliki soft skill
mark-up harga barang dalam tender, yang memadai untuk masuk dalam
memotong uang proyek untuk kancah kehidupan sosial, maka dapat
asuransi, memasukkan dalam reke- dikatakan bahwa produk lulusan
ning deposito, project fee, dan lain- lembaga pendidikan (misalnya seko-
lain. Kasus korupsi pada kalangan lah dan perguruan tinggi) umumnya
terdidik dan pendidik merupakan belum menjalani pembentukan
salah datu penanda penting terjadinya karakter yang standard sesuai dengan
fenomena kehancuran karakter sosial. tuntutan norma sosial masyarakat
Dalam konteks tulisan ini, perilaku secara umum, meskipun telah belajar
korupsi dapat menjadi pintu masuk tentang ilmu yang berkaitan dengan
memahami penyimpangan karakter pemahaman pembentukan karakter
berbasis nilai yang luhur. dan kepribadian. Kenapa ini dapat
Kita semua mungkin memahami terjadi? Hampir dapat dipastikan
bahwa bila seorang pegawai negeri bahwa proses pendidikan ternyata
masih berada pada golongan III, belum menjamin terbangunnya
biasanya secara finansial mereka karakter yang positif. Dimana letak
masih dianggap pas-pasan dan secara salahnya? Banyak faktor yang
pendidikan mereka baru tamat dari mungkin sebagai penyebab kegagalan
perguruan tinggi, gelarnya masih pembangunan karakter siswa dan
setara S1, namun tidak tertutup lulusan perguruan tinggi pada
kemungkinan ada yang juga sudah umumnya, antara lain penerapan
bergelar S2. Dengan pengertian lain, sistem kelembagaan pendidikan,
mereka adalah kelompok individu profesional/ pengajar, pola pergaulan
yang baru saja selesai mendapat dan lingkungan sosial, invasi ideologi
pendidikan di perguruan tinggi dan kehidupan global, dan lingkungan
dapat dikatakan masih fresh karena keluarga, dan sebagainya.
belum menerima kontaminasi Dari sejumlah faktor tersebut,
kehidupan yang lebih kompleks. faktor profesional/pengajar dan faktor
Namun, kenapa mereka bisa begitu materi pembelajaran/kurikulum men-
cepat melakukan penyimpangan jadi dua faktor kunci dalam
norma hukum dan nilai kejujuran membentuk individu memiliki
dengan melakukan korupsi? Apakah karakter tertentu yang diinginkan.
pendidikan yang diterimanya di Namun bagaimana cara dua faktor ini
perguruan tinggi tidak membuat bekerja dalam sistem pendidikan?
mereka menjadi individu yang taat Secara sosio-antropologis, keduanya
menjalankan norma yang berlaku? bekerja dalam setting sosial melalui
pola interaksi yang dibangun antara
pendidik dan yang dididik (siswa).
1 Secara teoritis, pola interaksi akan
Sumber: http://nasional.sindonews.com/
read/ 935616/13
dibangun dalam suasana yang relatif

176 TINGKAP Vol. XI No. 2 Th. 2015


stabil dan terkontrol, karena berada individu atau sekumpulan individu.
dalam lingkup yang terbatas di Dalam bahasa Inggris, karakter
lembaga pendidikan. Secara antro- dikonsepkan dengan character.
pologis, unsur budaya berupa nilai Secara etimologis, karakter
kejujuran dan harga diri menjadi (character) diartikan sebagai ciri-ciri
penentu bagi terbentuknya karakter (nature) mental atau moral; atau
individu dan masyarakat. Faktanya, seluruh kualitas moral atau mental
dunia pendidikan tidak menjamin tersebut yang membuat seorang
terlaksananya proses pembentukan individu atau sekelompok individu
karakter yang dapat menghindari diri berbeda dengan individu atau
dari perbuatan korupsi, seperti halnya kelompok individu lainnya atau ras
di atas, meskipun para mahasiswa suatu masyarakat2. Penjelasan yang
dididik oleh pelaku profesional/ memuaskan tentang definisi karakter
pengajar. Hasilnya adalah sebagian dalam antropologi tidaklah ada
siswa yang telah lulus cenderung didapat. Koentjaraningrat agaknya
berperilaku di luar kesepakatan sosial menempatkan pembahasan karakter di
yang berlaku. dalam isu kepribadian, yang disebut
Berdasarkan argumen ini, maka dengan ciri-ciri watak3. Kottak4 juga
penting untuk diketahui posisi tidak memberikan penjelasan yang
pendidik dan materi ajar yang tegas tentang definisi karakter,
diberikan kepada siswa. Sebagian ada malahan tidak ditemukan istilah
yang beranggapan bahwa materi ilmu character dalam bukunya tersebut.
sosiologi dan antropologi dapat Kottak agaknya mengarahkan pen-
menjadi software untuk membangun carian pemahaman tentang karakter
soft skill pendidik agar dapat ke dalam isu unsur psikologis yang
membantu membentuk karakter membentuk variasi perilaku budaya
positif siswa yang mereka ajar. suatu masyarakat. Menurutnya,
Tulisan ini akan mencoba Malinowski adalah tokoh antropologi
membahas isu ilmu pengetahuan yang berkontribusi di dalam studi
untuk memahami karakter. Struktur psikologi manusia dalam konteks
uraian dimulai dari pemahaman lintas budaya. Penjelasan yang agak
tentang posisi karakter dalam mengarah tentang karakter ini adalah
masyarakat, pendekatan sosio- dari Theodorson dan Theodorson5.
antropologis tentang karakter, proses
praktis pembentukan karakter antara 2
Hornby, A.S., E.V. Gatenby and H. Wake-
permasalahan dan solusi, dan field. 1955. The Advanced Learners Dic-
kesimpulan. tionary of Current English. London: Oxford
University Press.
3
B. Definisi Karakter dan Tipe Kepri- Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu An-
badian Masyarakat tropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
4
Kottak, Phillip Conrad. 2006. Anthropology:
Dalam bahasa Indonesia, karakter The Exploration of Human Diversity:
dipahami sebagai tatanan sifat Boston: McGraw Hill.
5
individu dan kolektif yang berbeda. Theodorson, George A dan Achilles G.
Karakter lebih mengacu kepada sifat- Theodorson. 1969: A Modern Dictionary
sifat khas yang menandai kerpibadian of Sociology. New York: Barnes & Noble
Books.

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 177


Mereka mendefinisikan istilah Sejauh yang dapat diamati,
karakter nasional (national character) studi tentang fenomena psikologis
sebagai suatu struktur kepribadian dengan menggunakan istilah karakter
yang dianggap khas dari masyarakat (character) dalam antropologi
tertentu. Lebih jauh mereka psikologi tidak begitu populer,
menjelaskan bahwa konsep karakter sementara yang paling sering muncul
nasional ini dapat mengasumsikan adalah istilah kepribadian, atau dalam
bahwa pola budaya yang yang konsep generik adalah culture and
berbeda dari suatu masyarakat akan personality. Namun, kedua istilah
menghasilan tipe kepribadian yang tersebut mengarah kepada lokus yang
berbeda. Menurut Levy6, persoalan sama yaitu relung psikologis manusia.
psikologi manusia merupakan salah Dalam konteks ini, penulis
satu bagian dari upaya memahami beragumen, bahwa istilah karakter
ciri-ciri manusia. Ia menempatkan dapat disamakan dengan istilah
istilah ganda untuk itu yaitu kepribadian. Paling tidak dapat
Kebudayaan dan Kepribadian. Untuk dikatakan bahwa karakter tergambar
melihat ciri-ciri manusia dalam dari kepribadian seseorang.
kaitannya antara kebudayaan dan Dapat dikatakan bahwa indikasi
kepribadian adalah melalui kajian suatu karakter dimulai dari level
tentang emosi. Emosi menurutnya individu, kemudian kepada kelompok
adalah konsep psikoanalisis yang dan akhirnya kepada masyarakat.
paling signifikan untuk memahami Pembentukan karakter dapat dimulai
dinamika psikologi manusia atau dari stimulus yang diberikan oleh
personality organization. masyarakat lalu mencapai pengaruh-
Berdasarkan penjelasan di atas, nya kepada tingkat individu, yang
maka dapat dikatakan bahwa konteks kemudian dalam antropologi sering
memahami fenomena karakter dalam disebut dengan kepribadian dasar
suatu masyarakat adalah kepada ruang (basic personality), dan sebaliknya
psikologi dari para individu. Dengan dapat dimulai dari respon pada level
demikian proses membentuk dan individual yang kemudian mempenga-
mengembangkan karakter suatu ruhi terbentuknya kepribadian umum
masyarakat adalah pada perkem- masyarakat (general personality).
bangan dan kondisi psikologis dari Berdasarkan argumen ini, mengacu
manusia yang hidup dalam masya- kepada Margareth Mead dalam
rakat tersebut. Pengalaman individu, Pattern of Cultures7, ia membuat
kondisi psikologis dan lingkungan tipologi kepribadian umum suatu
sosial merupakan rangkaian proses masyarakat kedalam tiga bentuk
yang berkontribusi kepada pemben- yaitu:
tukan karakter. 1) Tipe kepribadian masyarakat yang
disebut Appolonian yaitu karakter
masyarakat yang suka menolong,
6
Levy, Robert, I. 1984. Emotion, Knowing bekerja sama, toleransi, santun
and Culture. Dalam Shweder, Richard A
dan Robert A. LeVine. Culture Theory:
7
essays on Mind, Self, and Emotion. Mead, Margareth. 1928. Coming of Age in
Cambridge: Cambrige University Press. Samoa. New York: Morrow.

178 TINGKAP Vol. XI No. 2 Th. 2015


dan tenang, suka damai dan selalu reward and punishment. Secara
bersikap positif. praxis, karakter adalah kondisi emosi,
2) Tipe kepribadian masyarakat yang pikiran atau potensi perilaku yang
disebut, Dyonisian, yaitu karakter berbeda-beda dan berlangsung pada
yang berlawanan dengan tipe setiap individu. Konsekuensinya,
pertama, yaitu egois, kasar, tidak tidak ada pola tunggal yang mampu
suka menolong, suka berperang merangkum keberadaan karakter dari
dan selalu curiga kepada orang berbagai individu dalam suatu
lain. masyarakat, karena tingkat variasi
3) Tipe kepribadian megalomanic perilaku individu dalam suatu
paranoid, yaitu karakter masya- masyarakat juga sangat tinggi. Dapat
rakat yang bersifat suka bermu- dikatakan, bahwa pada tataran praksis
suhan, berperang, membenci ini, pengaruh lingkungan, interaksi
orang lain. individu yang berbeda kebudayaan
dan invasi/serbuan gagasan dari
Tipologi yang dikemukakan di
kebudayaan lain yang masuk secara
atas merupakan suatu contoh
abstrak dan ideologis dari satu
pemahaman tentang kepribadian yang
masyarakat ke masyarakat lain
muncul dalam karakter masyarakat-
menjadi sebagian faktor stimulus
nya dan mengarah kepada pemben-
untuk menciptakan karakter/kepriba-
tukan karakter individual, atau
dian individu yang berbeda-beda.
sebaliknya, mengenali karakter indivi-
Secara lambat namun pasti pem-
dual untuk mengenali karakter umum
bentukan karakter individu seperti ini
dari masyarakatnya. Jadi karakter
mengarah kepada pola yang tidak
berkait secara fungsional dengan
persis sama yang diinginkan oleh
suatu kepribadian.
kebudayaan dalam masyarakat
Keterkaitan fungsional tersebut
tersebut. Oleh karena itu, pemba-
berawal dari pemahaman bahwa suatu
ngunan karakter dalam kondisi seperti
masyarakat dibangun dari struktur
interaksi dan hubungan sosial antar ini membutuhkan pemahaman yang
agak ekstra, karena menyangkut
individu yang sebagiannya menghasil-
analisis perilaku menyimpang dan
kan suatu tatanan dan pola perilaku
konflik.
yang khas. Dalam argumen episte-
Pada suatu sisi, karakter (atau
mologis, tatanan dan pola perilaku
dalam konteks Indonesia juga kadang
individu yang khas dalam suatu
disandingkan dengan istilah budi
masyarakat dipandang sebagai suatu
pekerti8) masyarakat dibentuk oleh
representasi sekaligus pembentuk
karakter yang khas dari suatu
masyarakat. Dalam konteks kebu- 8
Dalam pemahaman ppenulis, karakter dan
dayaan, karakter khas yang terpancar pekerti sebenarnya sulit untuk dibedakan.
dari suatu masyarakat secara Karakter dan pekerti sebenarnya terwujud
antropologis dikenal dengan istilah sama. Keduanya dianggap berbeda,
etos budaya. Karakter tersebut seolah menurut saya, karena ada pelekatan nilai di
dalamnya. Karakter lebih bersifat general,
telah menjadi semacam nilai ideal bisa baik dan bisa buruk, sementara pekerti
yang menjadi referensi bagi standar lebih dianggap sebagai karakter positif.
perilaku, dan mengandung efek Pembentukan pekerti harus diambildari
sejumlah karakter positif yang telah

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 179


proses pembelajaran perilaku yang
diberikan dari generasi sebelumnya a. Pendekatan behaviorism
kepada generasi berikut. Pada sisi Pendekatan ini memfokuskan kepada
lain, karakter individu dipengaruhi analisis perilaku yang tampak dan
oleh pola karakter umum dari mengartikan pola perilaku manusia
masyararakat, yang berfungsi sebagai merupakan hasil pengkondisian yang
acuan atau referensi. Pada konteks ini,
menggunakan mekanisme reward and
karakter menjadi bagian dari proses punishment. Selanjutnya, pendekatan
pembudayaan yang dilakukan para ini menganalisis perilaku pada level
individu dalam lingkup kolektif dari makro dan level mikro. Pada level
generasi sebelumnya kepada generasi makro pendekatan ini mengabaikan
berikut dalam konteks kebudayaannya eksistensi dan pengaruh sistem sosial
sendiri. Proses ini dikenal dengan
dan aspek-aspek kultural serta
istilah enkulturasi. struktural dari sistem tersebut; pada
Dikaitkan dengan isu aktual level mikro, pendekatan ini menolak
tentang pembangunan karakter dan pentingnya makna dalam tindakan
pekerti bangsa, secara antropologis, dan interaksi manusia, sehingga juga
proses pembentukan karakter mem- mengabaikan pembedaan perilaku
butuhkan pemahaman yang berkait
manusia secara sosiologis antara
antara realitas kebudayaan, kenaeka- perilaku yang sederhana dan tindakan
ragaman perilaku dan kajian inter yang bermakna yang membutuhkan
kultural (lintas budaya). Timbul suatu interpretasi terhadapnya 9.
pertanyaan, bagaimana mengawal George C. Homanns berfokus
pembentukan karakter individu atau kepada konsern utilitarian yang
masyarakat di tengah keaneka-
mengandalkan kepada kepentingan
ragaman kebudayaan dari masyarakat individual (individual self-interest).
Indonesia dan di dalam konteks Setiap individu apabila memiliki
masyarakat global yang telah menja- suatu kebutuhan akan mulai
lani pengaruh ideologis/gagasan lintas berperilaku untuk memuaskan
kultural? kebutuhan tersebut 10. Lebih lanjut
untuk mengetahui pendekatan peri-
C. Pendekatan Sosio-Antropologis da- laku ini, ada lima prinsip yang perlu
lam Pembentukan Karakter dipahami:
Antara Behaviorisme dan Inter- 1) Organisme/individu akan ber-
aksionisme upaya menghindari suatu penga-
laman yang dianggap kurang
Proses pembentukan karakter dapat
menyenangkan, namun kalaupun
dilihat dari dua pendekatan yaitu
harus mengalaminya, manusia
behaviorism dari George C. Homans
akan membatasi biaya yang harus
dan interactionism dari Sheldon
dikeluarkan untuk menjalani
Stryker tentang Identitas dan George
P.McCall dan J.L. Simmons 9
Turner, Jonathan H., 1998. The Structure of
Sociological Theory. Belmont, CA: Wads-
worth Publishing Company.
tertanam di dalam konteks kebudayaan 10
Ibid
suatu masyarakat.

180 TINGKAP Vol. XI No. 2 Th. 2015


pengalaman yang kurang menye- maka individu tersebut akan
nangkan tersebut. melakukan tindakan yang sama.
2) Organisme/individu akan melan- Sedangkan proposisi nilai yaitu
jutkan melaksanakan perilaku semakin bernilai hasil tindakan
tertentu sepanjang perilaku terse- kepada seseorang, maka semakin
but dilakukan untuk memproduksi cenderung tindakan tersebut dila-
hasrat dan harapan yang diingin- kukan oleh orang tersebut 12.
kan.
3) Sepanjang kebutuhan telah dicapai b. Pendekatan Interaksionisme
melalui perilaku yang ditampil- Pendekatan ini memfokuskan kepada
kan, individu enggan mengganti rincian yang konkrit dari apa yang
perilaku tersebut. dilakukan oleh para individual sehari-
4) Perilaku masa lalu telah mem-
hari, sebagaimana yang ditampilkan
berikan ganjaran bagi diri berbeda dari sistem sosialnya 13.
individu, namun bila ganjaran Pendekatan ini mempelajari bagai-
tersebut tiba-tiba berhenti, maka mana menggunakan dan menginter-
individu akan besikap marah dan pretasikan simbol yang dipergunakan
menghentikan perilaku tersebut. tidak hanya untuk berkomunikasi
5) Jika suatu peristiwa telah mem-
antar individu tetapi juga
berikan secara stimulan suatu mermpertahankan identitas diri (self).
ganjaran atau hukuman, peristiwa Berdasarkan perspektif ini kehidupan
tersebut akan menjadi stimulus sosial terdiri dari jalinan struktur yang
yang mungkin menghasilkan kompleks dari interaksi yang tak
perilaku atau perilaku yang terhingga banyaknya sehingga kehi-
menghindari peristiwa tersebut 11.
dupan tersebut terbentuk dan
Lebih jauh Homanns meng- memiliki makna tersendiri.
ajukan suatu proposisi yang disebut Pada pendekatan interaksion-
dengan proposisi rasionalitas (ratio- isme, Sheldon Stryker beranggapan
nality proposition) yakni suatu rang- bahwa perilaku manusia dikelola oleh
kaian proposisi-proposisi stimulus, penandaan yang simbolik dari
sukses, dan nilai. Rumusannya adalah lingkungan, baik fisik maupun sosial.
bahwa: Behavior = Value x Proba- Stryker berpandangan bahwa terdapat
bility. hubungan yang erat antara keberadaan
Proposisi stimulus adalah jika diri seseorang (self) dan struktur
pada tindakan masa lalu telah sosial. Konsepnya adalah commit-
memberikan ganjaran pada diri ment. Konsep ini mengartikan tentang
seseorang, maka kondisi kekinian tingkatan hubungan, dimana hubung-
yang mirip dengan masa lalu menjadi an seseorang dengan orang lain
stimuli untuk tindakannya sekarang. tergantung kepada telah terbentuknya
Proposisi sukses yaitu untuk seluruh identitas tertentu dari individu
tindakan yang diambil seseorang, tersebut. Semakin besar ketergan-
dimana tindakan tersebut telah tungan tersebut, seseorang akan
memberikan ganjaran bagi individu,
12
Ibid
11
Ibid 13
Ibid

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 181


semakin komitmen terhadap identitas- yang terdiri dari cinta, benci, iri,
nya dan semakin identitas ini berada cemburu, simpati marah atau rasa
pada hirarki yang sangat jelas pada bangga; (3) aspek perilaku yang
diri individu tersebut14. terdiri dari keahlian, kecerdikan,
Ahli interaksionisme lain adalah kompetensi dan potensi kemampuan
George P. McCall dan J.L. Simon. lainnya18.
Kedua ahli ini mengajukan konsep Karakter dalam pandangan
identitas peran (role identity). Konsep antropologi adalah sifat-sifat manusia
ini mengartikan bahwa karakter dan yang dapat dianggap universal
peran yang seseorang pakai sebagai maupun partikular. Setiap manusia
penunjukan dirinya akan menjadi memiliki karakter yang tidak
faktor penguat bagi posisi sosial diperoleh melalui transmisi genetik,
tertentu. Identitas peran menjadi melainkan dipelajari dan diakusisi
bagian dari perencanaan seseorang secara sistematis dalam rentang waktu
dan tujuan-tujuan seseorang untuk yang panjang dari sejak kecil sampai
bertindak, karena akan melegitimasi dewasa dan bahkan sampai usia tua.
keberadaan dirinya terhadap pan- Penanaman karakter berlangsung
dangan orang lain15. Konsep lain dalam konteks kebudayaan tertentu
adalah dukungan peran (role support). dan dilakukan melalui proses
Konsep ini mengartikan bahwa enkulturasi dan internalisasi. Proses
keberadaan pemerhati (audiens) ini kemudian dilengkapi dengan
dipihak luar yang mengamati dan persiapan individu untuk masuk
merespon tindakan seseorang akan dalam kancah sosial kolektif melalui
menjamin seseorang pada suatu hak istilah yang telah dikenal yaitu
untuk menduduki suatu posisi16. sosialisasi. Dengan demikian suatu
karakter memiliki keanekaragaman
Konstruksi Karakter secara lintas budaya dari satu
masyarakat ke masyarakat lain.
Kepribadian, dalam hal ini karakter,
dapat dipahami melalui konstruksi Dengan demikian, secara
ringkas, kajian tentang karakter dalam
pola pikiran, perasaan dan tindakan
studi-studi antropologi dimasukkan ke
yang relatif berpola stabil dalam diri
dalam kajian antropologi psikologi,
seseorang17. Konstruksi kepribadian
yang memfokuskan kepada konsep
atau karakter tersebut diproses
utama, yakni kepribadian (per-
melalui komponen-komponen (1)
sonality). Terbentuknya kartakter
kognitif yang terdiri dari pola pikiran,
masyarakat berada dalam konteks
memori, kepercayaan persepsi dan
kebudayaan suatu masyarakat.
kapasitas intelektualnya; (2) emosi,
Dengan demikian terbentuknya kepri-
badian, sangat bergantung kepada
14
Ibid proses pembelajaran dalam perilaku
15
Ibid individu (learned behaviors) yang
16 mendukung kebudayaan tersebut.
Ibid
17
Scupin, Raymond dan Christopher R. De
Corse. 1998. Anthropology: A Global
18
Perspective. New Jersey: Prentice Hall. Ibid

182 TINGKAP Vol. XI No. 2 Th. 2015


Untuk itu, pemahaman pemba- dari kondisi subjektifnya. Hal ini yang
ngunan karakter membutuhkan kajian disebut oleh Peter L. Berger sebagai
yang sangat dekat dengan pola subjektivasi, karenanya konsep dan
kepribadian individu yang telah fakta tentang karakter yang dipelajari
dibentuk oleh kebudayaan dan oleh dalam ilmu pengetahuan tidak selalu
kondisi aktual dalam jangka panjang. berada dalam tataran objektiv
Pemahaman secara kultur historis dan (objektivasi) dari ilmuan yang
lintas kultur dari masyarakat Indo- mempelajarinya. Dialektika model
nesia perlu agaknya menjadi perhatian dari kondisi subjektif dan objektif dari
yang penting sebagai bahan mencari karakter akan memberi pemahaman
dan mengarah kepada pembangunan tentang adanya hubungan akademis
karakter yang dinginkan oleh negara dan personal dari ilmuan yang
ini. mempelajarinya. Jadi karakter selain
sebagai objek studi juga secara tidak
D. Peranan Ilmu terhadap Pemben- langsung telah menjadi ekspresi orang
tukan Karakter yang mempelajarinya.
Berdasarkan argumen di atas,
Berdasarkan uraian di atas bahwa
maka tidak dipungkiri bahwa kebe-
karakter telah dikaji dalam ilmu
radaan lembaga yang menaungi
Sosiologi maupun Antropologi.
model pembelajaran untuk objek
Pengertian, dimensi, proses, dan efek
tertentu, seperti karakter, ikut pula
dari karakter secara teoritis telah
bertanggung jawab di dalam menyu-
dapat dipahami sebagai bagian dari
sun model pembelajaran yang
pekerjaan ilmuan kedua ilmu tersebut.
langsung berdampak kepada pengajar
Kedudukan ilmu pengetahuan dalam
dan mereka yang dididik (maha-
pembentukan karakter berada dalam
siswa). Dalam konteks ini, ilmu
tataran normatif dan akademis.
pengetahuan memiliki fungsi reflektif
Namun, secara komprehensif, ilmu
dari pelaku yang mempelajarinya.
pengetahuan telah membuka jalan
bagi orang lain untuk mencari pola Untuk menghasilkan karakter
yang diharapkan dari ilmu yang
implementasi dari apa yang telah
dipelajari, maka pendekatan pembe-
dikaji dalam ilmu tersebut dalam
lajaran karakter dalam suatu lembaga
dunia empirik atau praktek.
keilmuan memerlukan pendekatan-
Ilmu Pengetahuan yang mempe-
pendekatan sebagai berikut:
lajari karakter, semestinya juga ikut
1) Pendekatan behaviorism. Melalui
mempengaruhi pembentukan karakter
pendekatan ini pembelajaran
dari orang/individu yang mempela-
dilaksanakan dalam kerangka
jarinya. Argumennya adalah karakter
yang jelas, tujuan yang fokus
merupakan suatu konsep sekaligus
untuk membina karakter secara
kompleksitas fakta empirik seperti
individual. Lembaga harus dapat
yang dipahami oleh ilmu Sosiologi
menjamin pembentukan karakter
maupun Antropologi. Dengan demi-
dengan model reward and
kian, seseorang yang mempelajari
punishment. Sepanjang individu
konsep karakter ataupun fakta empirik
yang dibina untuk diarahkan
dari karakter tersebut, semestinya ikut
pembentukan karakternya dapat
pula memahaminya sebagai bagian
memenuhi harapan lembaga,

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 183


maka pelaksanaannya oleh perilaku. Lembaga dan individu
lembaga harus dapat memberikan yang menjalani pembangunan
keuntungan atau ganjaran bagi karakter memantapkan fondasi
individu yang bersangkutan. komponen ini untuk kemudian
Pendekatan kelembagaan untuk menjadi komponen utama dari
membina karakter tidaklah untuk karakter tersebut.
menguntungkan lembaga, namun
harus digeser kepada keuntungan E. Kesimpulan
yang akan diperoleh oleh individu Paper sederhana ini berupaya
yang mempelajarinya. menyampaikan konstruksi gagasan
2) Pendekatan interactionism. Mela- tentang proses pembentukan karakter
lui pendekatan ini, proses dari pihak yang ingin karakter
membangun dan membina karak-
tersebut terbentuk mulai dari lembaga,
ter harus ada link antara individu pelaku dan target. Pada dasarnya ilmu
dan sistem sosial (termasuk sistem sosiologi ataupun antropologi telah
kelembagaan yang berlaku) dari mempelajari karakter melalui sejum-
lembaga dan lingkungan di luar lah pendekatan dan sejumlah teori.
lembaga. Kunci pelaksanaan dari Kedua hal ini telah dimasukkan ke
pendekatan ini seperti yang
dalam agenda analisis untuk menge-
dikemukakan oleh Stryker adalah tahui perkembangan masyarakat
commitment, yakni ikatan untuk secara umum dan posisi individu di
merasa memiliki ketergantungan dalam sistem sosial. Oleh karena itu,
antara kepentingan individual dan tidak ada alasan untuk tidak
kepentingan sistem atau lembaga. memperdalam keilmuan tersebut
Pendekatan ini memberikan dam-
untuk mengetahui bagaimana karakter
pak yang menyeluruh terhadap telah dipelajari dan diteorisasi.
proses pembentukan karakter, Lembaga pendidikan yang
karena melibatkan pelaku utama menjalankan dan mengajarkan
(individu) dan pelaku pendukung keilmuan untuk mempelajari karakter,
(sistem/lembaga). Untuk menguat- dalam hal ini adalah para pendidik,
kan komitmen ini, dibangun juga
memerlukan perhatian khusus untuk
identitas peran, dimana individu menyerap konten ilmu sebagai bagian
yang menjalani pembangunan dari modal ilmiah untuk mengisi
karakter harus diberi posisi yang proses pembangunan karakter pada
jelas atas peran mereka, dan diri mereka sendiri. Commitment dan
dibangun pendukung peran, identitas peran dari pendidik dalam
dimana pemerhati atau pihak lain
mempelajari ilmu harus diperjelas,
yang akan menjadi sasaran jangan sampai hanya memperlakukan
implementasi karakter perlu diberi ilmu tersebut sebagai komoditas
perhatian agar posisi penerima objektif bagi orang lain, namun perlu
karakter semakin jelas dan kuat. juga menjadikannya sebagai komo-
3) Pendekatan konstruksi. Melalui ditas subjektif bagi dirinya sendiri.
pendekatan ini, karakter dibangun
Secara tematis, pembangunan
atas sejumlah komponen utama karakter, terutama karakter bangsa,
yaitu kognisi, emosi dan aspek

184 TINGKAP Vol. XI No. 2 Th. 2015


merupakan isu yang sangat penting tema ini perlu terus menerus
untuk terus dikaji dan dirumuskan. dilakukan, khususnya untuk memban-
Bangsa ini secara dinamis akan tu pengajar/profesional dan anak didik
mengalami perubahan dalam cara bersama membangun karakter yang
hidup, cara pandang tentang sesuai dengan kehidupan budaya
kehidupan dan cara merespon tentang Indonesia.
kehidupan. Karena itu, kajian tentang

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hornby,A.S., E.V. Gatenby dan H.Wakefield. 1955. The Advanced Learners


Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kottak, Phillip Conrad. 2006. Anthropology: The Exploration of Human
Diversity: Boston: McGraw Hill.
Levy, Robert, I. 1984. Emotion, Knowing and Culture. Dalam Shweder,
Richard A dan Robert A. LeVine. Culture Theory: essays on Mind, Self,
and Emotion. Cambridge: Cambrige University Press.
Mead, Margareth. 1928. Coming of Age in Samoa. New York: Morrow.
Scupin, Raymond dan Christopher R. DeCorse, 1998. Anthropology: A Global
Perspective. New Jersey: Prentice Hall
Theodorson, George A dan Achilles G. Theodorson. 1969: A Modern Dictionary
of Sociology. New York: Barnes & Noble Books.
Turner, Jonathan H., 1998. The Structure of Sociological Theory. Belmont, CA:
Wadsworth Publishing Company.

Pemahaman dan Pembentukan Karakter Masyarakat 185

Anda mungkin juga menyukai