Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang professional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai
tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional
seperti peracikan dan penyadiaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi
modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien diantaranya
layanan klinik, evaluasi efikasi, dan keamanan penggunaan obat dan
penyediaan informasi obat (Syamsuni, 2006)
Dengan kata lain berbicara soal farmasi tentu saja berbicara seputar
obat-obatan. Obat adalah racikan dari zat-zat aktif yang didapat dari alam
yang umumnya zat-zat aktif tersebut diambil atau diekstrasi dari hewan atau
tumbuhan.tidak lepas dari itu semua di farmasi juga terdapat reaksi reaksi
fisika yang terjadi pada saat pembuatan sediaan obat.
Di bidang farmasi sering dijumpai berbagai fenomena fisika dan
kimia, oleh sebab itu seorang ahli farmasi harus mempelajari farmasi fisika.
Ilmu inilah yang mengaplikasikan ilmu fisika ke dalam bidang farmasi.
Salah satu fenomena dalam fisika yang kerap muncul di bidang farmasi
yaitu kompleksasi obat. Kompleksasi obat adalah suatu metode yang
digunakan untuk menetapkan kelarutan suatu senyawa dengan penambahan
zat pengompleks. Sedangkan senyawa pengompleks yaitu senyawa yang
terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang
masing-masingnya dapat berdiri sendiri (Martin,1990).
Banyak bahan obat yang mempunyai kelarutan dalam air yang
rendah atau dinyatakan praktis tidak larut, umumnya mudah larut dalam
cairan organik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukkan
absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu (Linda, 2009).
Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk
menambah kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa
1
2
obat tak dapat larut dengan baik pada pelarut tertentu sehingga diperlukan
penambahan senyawa pengkompleks. Mengingat pentingnya kompleksasi
dalam bidang farmasi maka dilakukanlah percobaan ini, dimana yang akan
digunakan sebagai sampel adalah Paracetamol yang sukar larut dengan Na2
EDTA sebagai zat pengkompleks.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kelarutan suatu zat dengan
penambahan zat pengompleks.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menetapkan kelarutan paracetamol dalam larutan dengan penambahan
Na2EDTA menggunakan metode spektrofotometri.
I.3 Prinsip Percobaan
Penetapan kelarutan paracetamol dalam larutan dengan penambahan
Na2EDTA dengan konsentrasi yang berbeda-beda didasarkan pada
kompleks yang terjadi antara paracetamol dengan Na2EDTA yang diukur
dengan menggunakan spektofotometer UV.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Kompleksasi
Kompleks atau senyawa koordinasi menurut definisi klasik,
diakibatkan oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis
antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda.Setiap atom atau ion
nonlogam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam
senyawa ionik, yang dapat menyumbangkan satu pasang elektron, dapat
bertindak sebagai donor.Akseptor, atau konstituen yang ambil bagian
dalam pasangan elektron, seringkali berupa ion logam, walaupun dapat
juga berupa atom netral (Martin, 1990).
Dalam pelaksanaan analisisis anorganik kualitatif banyak
digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks.
Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.Jumlah relatif
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti
stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di
dalam lingkup konsep valensi klasik (Roth, 1994).
Metode-metode analisis pembentukan kompleks ada beberapa
macam, antara lain (Day, 1995):
1. Metode Variasi Berkesinambungan
Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa apabila dua senyawa
membentuk kompleks maka terjadi perubahan sifat fisika dan kimia.
2. Metode Titrasi
Metode ini diterapkan pada pembentukan kompleks glisin dan Cu
yang dititrasi dengan NaOH.
3. Metode Distribusi
Metode distribusi diterapkan pada pembentukan kompleks iodium dan
KI.Iodium dilarutkan dalam CS2 dan KI dilarutkan dalam
air.Kelarutan iodium dalam air karena terbentuk kompleks.
3
4
4. Metode Kelarutan
Kelarutan pada amino benzoate akan menambah kelarutan kofein,
dimana kadar kofein diukur dengan spektrofotometer.
Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks
adalah vanderwaals dari dispersi, dipolar, dan tipe dipolar induksi. Ikatan
hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks
molekuler, dan kovalen koordinat sangat penting dalam kompleks logam.
Perpindahan muatan dan interaksi hidrofobis pun terjadi (Martin, 1990).
Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat
dan sejumlah ligam yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.Atom
pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks
yang stabil dengan satu atom pusat.Susunan logam-logam sekitar atom
pusat adalah simetris (Svehla, 1990).
G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi
karena pentumbanagn atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan
kepada atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan
Ligan menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan
elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat.
Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d
atom pusat, yang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks
itu (Energi Stabilitas Medan Ligan) (Svehla, 1990).
Pada pembagian besar logam cenderung untuk membentuk kompleks.
Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan untuk
membuat kation tidak dapat bereaksi. Untuk analisis kuantitatif yang
penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi.Pada
pembentukan dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara
disosiasi pertama dan kedua.Disosiasi pertama merupakan disosiasi
menjadi kation dan anion kompleks atau menjadi anion dan kation
kompleks, yang biasanya terjadi secara sempurna (Roth, 1994).
5
Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan
makin tidak stabil kompleks yang terjadi.Selain itu diketahui juga bahwa
banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap.Ion kompleks
tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat
(Day, 1995).
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan
dipakai untuk pemisahan atau identifikasi.Salah satu fenomena yang
paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan
warna larutan dan kenaikan larutan (Svehla, 1990).
Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan
suatu anion atau molekul netral.Ion logam di dalam kompleks disebut
atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan.
Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan
koordinasi dari logam, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi
dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks
Ag(CN)2 yang sangat stabil.Higuchi dan kawan-kawannya telah
menyelidiki kompleksasi kafein dengan sejumlah obat yang bersifat asam.
Mereka menemukan interaksi antara kafein dengan obat misalnya
silfonamida atau barbiturat disebabkan oleh gaya dipol-dipol atau ikatan
hidrogen antara gugus karbonil yang terpolarisasi dari kafein dan atom
hidrogen dari asam. Interaksi sekunder mungkin terjadi antara bagian-
bagian molekul nonpolar dan kompleks ditekan keluar dari fase air
karena tekanan internal air yang besar.Kedua efek ini menyebabkan
derajat interaksi yang tinggi (Martin, 1990).
II.1.2 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan fototube atau tabung foton
hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat
yang di gunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
6
H H
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasi Fisika tentang Kompleksasi Obat dilaksanakan
pada hari Minggu 8 Oktober 2017 pada pukul 08.00 WITA. Bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
12
13
III.2.2 Bahan
Paracetamol Tisu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Larutan Standar
No Sampel Absorban (nm)
= 0,0000008
IV.2.3 Konsentrasi Sampel
Paracetamol 0,1 g dan Na2EDTA 0,1 g
Dik: Ax = 0,23 nm
As = 0,017 nm
Cs =5
Fp = 0,0000008
Dit: Cx = .....
17
18
Peny: Cx = x Cs x fp
0,23
= 0,017 x 5 x 0.0000008
= 0.00005412 g/mL
Paracetamol 0,1 dan Na2EDTA 1 g
Dik: Ax = 0,47 nm
As = 0,017 nm
Cs =5
Fp = 0,0000008
Dit: Cx = .....
Peny: Cx = x Cs x fp
0,47
= 0,017 x 5 x 0.0000008
= 0.00011059 g/mL
Paracetamol 0,1 dan Na-EDTA 1,5 g
Dik: Ax = 0,46 nm
As = 0,017 nm
Cs =5
Fp = 0,0000008
Dit: Cx = .....
Peny: Cx = x Cs x fp
0,46
= 0,017 x 5 x 0.0000008
= 0.00010824 g/mL
IV.3 Pembahasan
Kompleksasi obat adalah suatu metode yang digunakan untuk
menetapkan kelarutan suatu senyawa dengan penambahan zat pengompleks.
Sedangkan senyawa pengompleks yaitu senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya
dapat berdiri sendiri (Martin, 1993)
Pada percobaan kali ini kami akan membuat larutan standar, larutan
blangko dan larutan sampel. Tujuan dari pembuatan larutan standar yaitu
19
Menurut Tahir (2007) Ada tiga macam kesalahan dalam analisis kimia
yaitu:
Kesalahan serius (Gross error), tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga
konsekuensinya pengukuran harus diulangi. Contoh dari kesalahan ini
adalah kontaminasi reagent yang digunakan, peralatan yangmemang rusak
total, sampel yang terbuang, dan lain lain.
Kesalahan acak (Random error), golongan kesalahan ini merupakan
bentuk kesalahan yang menyebabkan hasil darisuatu perulangan menjadi
relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil secara individual berada
di sekitar harga rata-rata.
Kesalahan sistematik (Systematic error), kesalahan sistematik
merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan, standarisasi prosedur,
standarisasi bahan, kalibrasi instrument.
Pada percobaan kali ini kemungkinan kesalahan yang terjadi pada
proses pengukuran pada spektrofotmeter yaitu adanya serapan oleh pelarut,
selain itu juga kesalahan dalam perhitungan
23
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dengan penambahan Na2EDTA sebagai zat pengompleks dalam
melarutkan paracetamol, maka dapat ditetapkan bahwa paracetamol
dapat ditingkatkan dengan menambahkan zat pengompleks yaitu
Na2EDTA. Penambahan zat pengompleks dengan tiga konsentrasi yang
berbeda, dapat meningkatkan pula kelarutan zat, namun dapat juga
menurun karena berbagai kemungkinan kesalahan yang terjadi
Pada penambahan Na2EDTA dengan konsentrasi yang berbeda-
beda yaitu, konsentarsi sampel PCT 0,1 g +NaEDTA 0,1 g adalah
0,00005412 g/mL, kemudian untuk sampel PCT 0,1 g +Na2EDTA 1 g
diperoleh konsentrasi 0,00011059 g/mL yang menunjukkan adanya
peningkatan dan untuk sampel PCT 0,1 g +Na2EDTA 1,5 g konsetrasi
yang diperoleh adalah 0,00010824 g yang menunjukkan penurunan
konsentrasi.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Jurusan
Saran kami kepada pihak jurusan agar memperhatikan keadaan
laborotorium dan melengkapi alat-alat praktikum yang masih kurang
untuk kepentingan bersama
V.2.2 Saran untuk asisten
Agar lebih sabar dalam membimbing praktikan dan diharapkan
kepada asisten agar lebih mengawasi dan tegas kepada praktikan yang
mengganggu kenyamanan praktikan lainnya yang sedang
memperhatikan.
V.2.3 Saran untuk praktikan
Agar lebih berhati-hati saat melakukan praktikum dan tetap
menjaga kebersihan laboratorium.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar .I.B, Rohman Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Day RA. 1995. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Day RA and Underwood Al. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga
Harjadi W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia
Khopar. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC
Martin A. 1990. Farmasi Fisik Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Miller, J.N and Miller, J.C. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice Hall : Harlow.
Roth, H. 1994. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Tes Analisis Anorganik. Jakarta: PT Kalman
Media
Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Tahir, Iqmal. 2007. Arti Penting Kalibrasi Pada Proses Pengukuran
Analitik Aplikasi padaPenggunaan pHmeter dan Spektrofotometer Uv-
Vis. Laboratorium Kimia Dasar,Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.