Anda di halaman 1dari 49

APR

Organ reproduksi ternak jantan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri etik individu
makhluk hidup ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi tua
kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau sebagainya. Karena itu
perlu suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi yang telah tiada. Jadi kelangsungan
hidup individu sebagian ditunjukkan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak
bagi kelestarian spesies.
Organ reproduksi jantan secara umum dapat berfungsi sebagai tempat menghasilkan
sperma (testis). Testis sendiri adalah merupakan pabrik penghasil dua macam produk yaitu
sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon (testosteron). Testis sendiri terdiri dari saluran
buntu, yang disebut tubuli seminiferi yang bermuara kedalam epididymis. Dinding dalam
tubuli tersebut dilapisi oleh selapis sel-sel bakal sel kelamin berbentuk bulat yang disebut
spermatogonia. Diantara spermatogonia yang melapisi dinding tubuli seminiferi adalah sel-
sel yang berbentuk langsing, letaknya berselang-seling dengan spermatogonia dan mengarah
kedalam lumen. Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil hormon testosteron.
Organ kelamin pada jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder, luar dan
kelenjar pelengkap. Organ-organ tersebut memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda-
beda. Untuk mengetahui hal itu perlu pembelajaran yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatar
belakangi dilakukannya praktikum ini.

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum Dasar Reproduksi Ternak ini mengenai Pengenalan Organ
Reproduksi Betina adalah untuk mengetahui bentuk, ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-
bagian organ kelamin betina serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.
Kegunaannya adalah agar dapat mengenal dan mengetahui letak, fungsi dan bentuk
dari masing-masing bagian organ kelamin betina serta mengetahui ukuran dari masing-
masing bagian.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Organ Kelamin Primer


Testis
Organ kelamin primer pada hewan jantan adalah testis atau biasa disebut orchis atau
didimos, disebut organ kelamin primer karena bersifat esensial yaitu menghasilkan
sperma, dan menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu testosteron.pada semua spesies testis
berkembang didekat ginjal yaitu pada daerah krista genitalia primitif. Pada mamalia, testis
mengalami penurunan yang cukup jauh,sedangkan pada kebanyakan spesies berakhir pada
scrotum. Testis akan rusak bila suhunya sama dengan suhu tubuh. Hewan yang tidak
mengalami penurunan testis ke dalam skrotum atau yang mengalami cryptorchid,
spermatogenesis (pembentukan sperma) tidak akan terjadi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hal tersebut semata-mata karena pengaruh suhu. Karena bila testis yang cryptorchid
didinginkan secara buatan, spermatogenesisi tetap berlangsung. (Anonima, 2009).
Testis terbagi secara tak sempurna oleh mediastinum, suatu septum yang terbatas.
Helai-helai jaringan ikat berjalan dari pusat testis pada sumbu longitudinal dan bersambung
dengan selaput pemisah. Segmen-segmen testis mengandung banyak tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok, jaringan longgar dan sel-sel interstial yang berserakan (Salisbury, 1985).
Testis terletak pada daerah prepubis terbungkus dalam kantong scrotum dan
digantung oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testis
dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis ingualis kedalam
scrotum.pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu
panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-
16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur,
berat badan, dan bangsa sapi (Toelihere, 1977).

Gambar 12. Testis

Testis sapi jantan berbentuk bulat panjang, terletak di dalam kantung scrotum dan
tergantung pada chorda spermaticus dengan bagian anterior testis lebih ke bawah atau dengan
posisi ventral. Pada hewan dewasa panjang testis 10 - 12 cm, lebar 5 6,25 cm dengan
berat 500 gram. Testis ini diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis,
disebut tunica albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Sedangkan panjang
tubuli keseluruhan pada sapi jantan dewasa diperkirakan 4,5 km, dan setiap tubulus bergaris
tengah 200 mikron lebih sedikit, dan kira-kira 80% dari berat testis seeekor sapi jantan
normal terdiri dari tubuli (Salisbury,1985).
Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan
ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah
permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah
lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang
tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil
didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli
seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia,
dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah
lebih sedikit daripada spermatogonia (Keiko, 2009)
Fungsi testis ada dua macam yaitu (Anonimb, 2009) : 1) Sebagai tempat yang menghasilkan
hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron). Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh
ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam
jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa ; 2) Sebagai penghasil gamet jantan disebut spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat
berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah
pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit
sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut
spermiogenesis, kemudian tumbuh menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian
tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor.
B. Organ Kelamin Sekunder
a. Vas Deferens
Vas deferens (ductus deferens) adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi
mendorong spermatozoa dari Epididymis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas
deferens meninggalkan ekor Epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan
bagian dari korda spermatic dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang,
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua vas deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso caudal kandung kemih, serta dalam lipatan peritoneum
yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum
lebar pada betina (Frandson, 1992).
Vas deferens mengangkut sperma dari ekor Epididymis ke uretra. Dindingnya
mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu
ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali berwarna kekuningan.
Dekat badan Epididymis, vas deferens menjadi lurus dan bersama buluh-buluh darah dan
lymphe serta serabut-serabut saraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui
canalis ingualis ke dalam cavum abdominalis. Ampulla pada sapi mempunyai panjang 10
sampai 14 cm, dengan diameternya 2 sampai 2,5 cm. Ampulla tidak terdapat pada anjing,
babi kecil dan kucing (Toelihere, 1977).
Vas deferens berfungsi untuk mengangkut sperma dari ekor Epididymis ke urethra.
Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen
waktu ejakulasi. Diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan
konsistensinya seperti tali dekat ekor Epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan
sejajar dengan badan Epididymis. Dekat kepala Epididymis, vas deferens menjadi lurus dan
bersama buluh- buluh darah dan limfe dan serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus
yang berjalan melalui canalis inguinalais ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens,
yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar
membentuk ampullae ductus deferentis (Bhima, 2009).
b. Epididymis
Epididymis adalah suatu struktur yang memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Epididymis mengandung ductus Epididymis yang sangat berliku-liku, dan mencapai panjang
lebih 40 meter jantan dewasa dan kurang lebih 60 meter pada babi dan 80 meterpada kuda.
Epididymis dapat dibagi atas kepala, badan, dan ekor. Kepala (caput Epididymis) membentuk
suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis.
Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas 1/3
dari bagian testis. Melalui serosa, saluran Epididymis tersusun dalam lobuli dan mengandung
ductus efferentes testis dengan saluran Epididymis berjumlah 13 sampai 15 buah dekat ujung
proximal testis, caput Epididymis menjadi pipih dan bersambung ke badan (corpus
Epididymis) yang langsing dan berjalan distal sepanjang tepi posterior testis. Pada ujung
distal testis, corpus menjelma menjadi cauda Epididymis yang pada sapi dewasa mencapai
ukuran sebesar ibu jari dan agak berayun dalam kedudukannya. Didekat ligamentum testis,
saluran Epididymis menjadi lebih kasar pada pelipatan sekeliling ligamen, bersambung ke
proximal sebagai ductus deferens (Toelihere, 1977).
Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran
kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang
dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang
bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan
mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen
corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan
urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti
dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial
(Nurhayadi, 2000).
Gambar 13. Epididymis
Epididymis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada
androgen testikularis untuk memelihara status diferesiansi epitel terdiri dari sejumlah 8-25
duktuli eferentes dan duktus Epididymis yang panjangnya berliku-liku. Secara
makrokoskopik, Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh tudika
albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis viseral
tunika vaginalis.pada kuda jantan, tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang
tersebar didalamnya (Brown, 1992).
Menurut Toelihere (1977), fungsi dari Epididymis ada empat macam yaitu sebagai
berikut :
1. Transportasi
Transportasi adalah masa spermatozoa dialirkan dari rete testis ke dalam ductus
efferens oleh tekanan cairan dan spermatozoa dalam testis secara tepat bertambah banyak.
Perpindahan spermatozoa dibantu oleh gerakan silia dan gerakan peristaltik dari
muskulature pada dinding ductus Epididymis.
2. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan tempat yang berada didalam ductus Epididymis cairan testis
yang menjadi medium masa spermatozoa, airnya diserap oleh epitel dinding Epididymis.
Sesampainya dibagian ekor konsentrasi sperma itu menjadi sangat tinggi.
3. Maturasi
Maturasi adalah pemasakan atau pendewasaan spermatozoa. Pemasakan ini mungkin
disebabkan oleh adanya sekresi dari sel-sel epitel di ductus Epididymis.
4. Timbunan
Bagian ekor dari Epididymis merupakan tempat penimbunan sperma yang utama,
karena disinilah yang cocok untuk penghidupan spermatozoa yang masih belum bergerak.
Kondisi ini di dalam cauda Epididymis adalah optimal untuk mempertahankan kehidupan
sperma yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim apabila Epididymis ini
diikat sperma akan tetap hidup dan fertil di dalam Epididymis sampai 60 hari
Jadi dari keempat fungsi epididmis, caput (kepala) Epididymis berfungsi sebagai
tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan) Epididymis berfungsi sebagai
transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda) Epididymis berfungsi sebagai
tempat penimbunan sperma.

Gambar 14 Organ Reproduksi Jantan secara lengkap

C. Organ Kelamin Luar


a. Scrotum
Scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan
dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang
berambut. Selapis jaringan fibroelastik bercampur dengan serabut otot polos disebut tunika
dartos, terdapat disebelah dalam dari kulit dan pada cuaca dingin serabut-serabut otot dari
dartos tersebut berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding
abdominal. Tunika dartos melintas bidang median antara dua testis membantu membentuk
septum scrotal yang membagi scrotum menjadi dua bagian lateral pada masing-masing
testikel (Frandson, 1992).

Gambar 15. Scrotum

Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini
dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis
mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan
testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Dengan kata lain fungsi scrotum yaitu
mengatur temperatur testes dan epidermis agar tidak terlalu rendah dengan suhu
tubuh (termoregulator testes) (Anonimb, 2009).
b. Penis
Penis hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm.
Berbentuk penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas.
Bagian ujung penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi
penis membesar sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan
penis mengendor atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum
penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus. Pada
waktu penis menegang huruf S ini akan menjadi lurus yang menyebabkan penis mencapai
panjang 91,4 cm (Salisbury, 1985).
Penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat
reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine. Penis terbungkus oleh tunica fibrosa
yang padat dan putih yang disebut tunica albuginea. Penis dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian pangkal yang melekat pada facia atau ligamentum yang kuat dan disebut crush
penis (bagian badan) dimana bagian badan dimana bagian tangannya melipat melingkar
menyerupai huruf S disebut flexura sigmoidea dan bagian ujung penis disebut glans penis,
yang dilengkapi dua macam perlengkapan yaitu musculus refraktor penis yang dapat
merelaksasi dan mengkerut dan corpus convernosum penis untuk menegangkan penis
(Partodihardjo, 1992).
Glands penis pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip; sedangkan
glands penis pada kambing menyerupai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm, dengan
panjang glands penis 5-7,5 cm. Penis pada sapi jantan dewasa panjangnya mencapai 100
cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan
pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Pada kambing
penisnya memiliki panjang 35 cm dengan flexura sigmoidea yang berkembang baik.
Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari pangkal penis
ke ujung yang bebas (Anonimc, 2009).
Penis sapi termasuk dalam tipe fibro-elastic dan bersifat agak kaku walaupun tdalam
keadaan tidak ereksi. Sebagian besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf
S (flexura sigmoidea) yang berada disebelah dorsal caudal scrotum (Toelihere, 1977).
Gambar 16. Penis berbagai Hewan

c. Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato
dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan
embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak
betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan
bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan
kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan
pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang
kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut (Nuryadi, 2000).
Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar
merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari
penis. Preputium kuda merupakan lipatan rangkap, sehingga dua lapisan konsentrik
mengelilingi penis apabila penis ditarik kembali. Preputium babi mempunyai divertikulum
(kantung)disebelah dorsal dari orifisium preputial. Kantung itu mengakumulasi urine,
sekresi-sekresi dan sel-sel mati yang menyebabkan adanya bau khas pada babi dewasa
(Frandson, 1992).
Lubang preputium terletak sedikit dibelakang umbilicus dan biasanya dikelilingi oleh
rambut panjang. Rongga preputium tempat ujung penis yang bebas itu terletak, mempunyai
panjang 37,5 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. preputium berdinding sel epitel pipih bertanduk
dengan tinggi yang berbeda-beda. Pada waktu ereksi penis biasanya memenjang tetapi tidak
lebih dari 25 sampai 30 cm melewati muara preputium dan akan mencapai perpanjangan
yang sempurna hanya pada detik sapi itu mencapai titik tertinggi dari aktifitas kopulasi
(Salisbury, 1985).
D. Kelenjar-Kelenjar Kelamin Aksesoris
Kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris pada hewan jantan meliputi ampulla, ductus
deferens, kelenjar vesikuler (vesikulaseminalis), kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralis
(Cowpers). Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan sebagian besar bahan ejakulasi atau semen,
yang berperan dalam transport sperma, sebagai medium yang cocok untuk makanan dan
sebagai buffer terhadap sifat keasaman yang berlebih pada saluran genitalia betina (Brown,
1992).
Bentuk dan ukuran bermacam-macam kelenjar kelamin asessoris berbeda sangat
berbeda dari spesies ke spesies tapi tetapi lokasi relatifnya sama pada semua hewan
(Frandson, 1992).
a. Kelenjar Vesikuler (Vesikula Seminalis)
Kelenjar vesikularis adalah sepasang kelenjar yang bermuara dengan duktus deferens
melalui bermacam-macam duktus ejakulataris ke dalam urethra pelvix kemudian ke kaudal
leher kandung kencing (Frandson, 1992).
Lumen kelenjar vesikularis bermuara kedalam uretra sebelah kranial dari muara kedua
ampula, atau muara-muara tersebut menjadi satu. Terdapat variasi dari beberapa individu sapi.
Lumen kelenjar ini luasnya 0,3 mm, pada dindingnya terdapat 2 lapisan epitelium. Pada
postmortem zat cair yang dihasilkan oleh kelenjar ini berupa cairan agak kental dan lengket
yang mengandung potasium, asam sitrat, fruktose dan beberapa macam enzim. Seringkali
cairan ini berwarna kuning karena mengandung banyak asam askorbat dengan pH 5,7 sampai
6,2 (Partodihardjo 1992).
Pada sapi jantan, kelenjar vesikuler merupakan organ dengan lobulasi kompak. Saluran
kelenjar intralobularis menampung sekreta dari kelenjar tubualveolar yang sedikit mengulir,
dan sebaliknya, sekretanya akan dikosongkan oleh saluran penyalur utama. Sel-sel silinders
yang bersekresi mengandung butir lipid kecil dan glikogen dan memberikan reaksi fosfatase
alkali positif. Beberapa sel silindris memiliki apeks carah dan menonjol. Sel-sel basal
ditandai oleh adanya butir-butir lipid besar, sering dengan posisi infranuklear (Brown, 1992).
Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10-15 cm dan diameter 2
sampai 4 cm. Pada penyayatan, jaringan kelenjar yang berwarna kekuning-kuningan biasanya
menjendol ke luar dari permukaan sayatan. Saluran-saluran sekretoris dari lobuli membentuk
satu saluran ekskretoris utama yang terletak pada pertengahan kelenjar dan membentang ke
caudal di bawah kelenjar prostate.
Kelenjar-kelenjar vesiculares pada sapi berlobulasi dengan septa muskuler yang kuat di
antara lobuli. Saluran sekretoris yang berbelit-belit dan bercabang mempunyai diameter
sekitar 0,3 mm. saluran-saluran ini dibatasi oleh dua lapis sel, sel-sel kolumnar yang terletak
sentral dengan tinggi 25-30 , dan sel perifer berisi butir-bvutir lipida besar.

Gambar 17. Kelenjar Vesikula Seminalis

Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni
tidak dijumpai pada substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran campuran
anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi
spermatozoa sapida spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah.
Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate
buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika
terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa (Keiko, 2009).
b. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretra
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian : bagian padat kelenjar atau bagian luar
(corpus prostatae), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata
prostatae). Bagian luar adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus
seminalis, dan yang menutup bagian dorsalnya saja. Pars diseminata terletak dalam propria-
submukosa uretra pelvis (Brown, 1992).

Gambar 18. Kelenjar Prostat


Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan
sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan
kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapi dan kuda dapat di
raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging
uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen
pada cairan semen pada beberapa jenis ternak yang diteliti. Cairan prostat bersifat encer dan
seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam.
Tetapi beberapa menunjukkan bahwa setidak tidaknya sumbangan kelenjar prostate
sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak
ion ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan (Anonime, 2009).
Kelenjar prostate berukuran lebar 2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per
rektal sebagai suatu penonjolan lonjong melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Pars
disseminate mengelilingi urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra. Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin
jantan yang memberikan bau yang khas terhadap semen yang dihasilkan oleh jantan, dan
diketahui bahwa kelenjar prostat pada sapi menghasilkan cairan yang mengandung mineral
dengan kadar yang tinggi (Toelihere, 1977).
c. Kelenjar Bulbouretral (Cowpers)
Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat
dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk
seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada
babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada
cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa-sisa
urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes-
tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan
sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen
babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan-
gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui
canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina (Anonimd, 2009).
Kelenjar cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan
pada sapi sedikit lebih kecil daripada kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 sampai
5 cm. kelenjar tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Saluran
sekretoris dari setiap kelenjar bergabung membentuk satu saluran ekskretoris yang
panjangnya 2-3 cm. kedua saluran ekskretoris kelenjar cowper mempunyai muara kecil
terpisah di tepi lipatan mukosa uretra (Bhima, 2009).

Kelenjar Cowpers dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong
atau bulat telur berukuran panjang 2,5 cm. Setiap kelenjar akan mengeluarkan hasil produksi
cairannya melewati satu muara kedalam uretra. Kelenjar ini memproduksi subtansi berupa
lendir yang bersifat licin dan kental (Anonimd, 2009).
Pada ruminansia, kelenjar cowpers juga dibalut oleh otot bulbokafernosa, sedangkan
pada sapi dan domba jantan suatu penghubung pendek menghubungkan ujung kelenjar
dengan alat penyalur yang dibalut oleh epitel kubus sebaris. Pada kambing jantan, ujung
kelenjar bermuara langsung dalam alat penyalur tersebut. Sel-sel otot polos banyak tersebar
dalam interstisium (Anonimd, 2009).
Berikut adalah perbandingan dari kelenjar-kelenjar tambahan beberapa ternak (Keiko,
2009):

Gambar 19. Kelenjar Assesoris

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Organ Reproduksi Betina
dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Oktober 2009 pada pukul 09.30 WITA sampai selesai yang
bertempat di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Materi Praktiukum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah scalpel, papan pengalas, jarum
pentul dan mistar.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu organ kelamin jantan yang terdiri dari organ
kelamin sapi bali dan sapi Brahman normal serta organ kelamin sapi Brahman abnormal,
benang, sabun, tissue roll dan air.
Metode Praktikum
Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, termasuk organ kelamin jantan kemudian
membersihkan dengan air dan membersihkan dari sisa-sisa lemak yang membungkus organ
tersebut. Lalu mengidentifikasi setiap bagian organ, memperhatikan letak dan fungsinya
masing-masing serta mengukur panjang dan diameter masing-masing bagian organ kelamin
tersebut. Kemudian mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Bali Normal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Bulat Putih
Gland Penis 3,5 3,5
melengkung Kekuningan
Memanjang Putih
Penis 64 6
silinder Kekuningan
Kel. Cowper Bulat kecil Kemerahan 1,5 1
Putih
Kel. Prostat Lonjong 3,5 6
kemerahan
Putih
Vas Deferens Panjang 12 1
kemerahan
Epididymis
Caput Pipih Putih pucat 5,5 4,5
Corpus Panjang, silinder Putih pucat 9 1
Cauda oval Putih pucat 4 4,5
Testes Lonjong Putih pucat 10 10
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak
Tabel 5. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Abnormal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Kekuningan 2,5 5
Penis Silinder Kekuningan 24 8,5
Kel. Cowper Silinder Merah pucat 7,5 4,5
Kel. Prostat Lonjong Putih pucat 4,5 5,5
Vas Deferens Lonjong Putih pucat 23 0,5
Epididymis
Caput Oval Putih pucat 8 6
Corpus Memanjang Putih pucat 14 2
Cauda oval Putih pucat 4,5 8
Testes
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak

Tabel 6. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Normal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Krem 4 3,5
Penis Lonjong Krem 60 9
Kel. Cowper
Kel. Prostat Lonjong Coklat - -
Vas Deferens Panjang Krem 21 0,5
Epididymis
Caput Belok-belok Krem 11 -
Corpus panjang Krem 14 1
Cauda belok-belok Krem 5 4
Testes Lonjong Krem 14 18
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak

Pembahasan
a. Organ Kelamin Primer
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa testes
pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Ukuran
testes pada berbagai jenis ternak bervariasi hal ini dapat disebabkan karena perbedaan genetic
dan lingkungan di samping perbedaan umur ternak juga sangat mempengaruhi perkembangan
ukuran bagian-bagian tubuhnya. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya
mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana
panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977)
bahwa pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu
panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-
16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur,
berat badan, dan bangsa sapi. Lebih lanjut dikatakan oleh Keiko (2009) bahwa lapisan luar
dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna
putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga warna testes akan terlihat putih
ataupun kekuningan.
Disamping itu dapat pula diketahui bahwa pada sapi yang abnormal yang mengalami
kelainan kelamin dimana testesnya tidak dapat turun, maka kita tidak dapat mengukur
testesnya karena perkembangan testesnya mengalami gangguan hal ini dapat disebabkan
karena kerja hormon yang terhambat serta pengaruh suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anonima (2009) yang menyatakan bahwa kejadian tidak turunnya testes ke dalam
scrotum semata-mata karena pengaruh suhu. Dimana suhu yang tinggi akan menyebabkan
kematian pada spermatozoa, sehingga dengan melakukan pendinginan terhadap testes yang
criptochid maka spermatozoa akan aktif kembali.
Di dalam testes sapi terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi yang sangat
faal. Testis diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis, disebut tunica
albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Testes juga mengandung tubulus
seminiferi yang mengakibatkan testes dapat berfungsi sebagai penghasil sperma. Disamping
itu adanya tubulus-tubulus di dalam testes yang dirangsang oleh FSH mengakibatkan testes
juga dapat menghasilkan hormon yakni testosteron yang berfungsi untuk mempertahankan
sifat kelamin sekunder serta merangsang terjadinya libido (keinginan seksual). Hal ini sesuai
dengan pendapat Keiko (2009) yang menyatakan bahwa Lapisan luar dari testis adalah tunica
albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis serta lapisan fungsional dari testis,
yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma mempunyai pipa-
pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak).
Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimb (2009) bahwa Sel-sel intersituial dari Leydig atas
pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen)
yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa. Spermatozoa
dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH.
b. Organ Kelamin Sekunder
a. Vas Deferens
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa saluran
reproduksi pada jantan terdiri dari vas deferens. Vas deferens merupakan saluran yang
panjang dan berliku-liku, yang berdampingan dengan corpus epididymis. Vas deferens
memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas
deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Ukuran fas deferens pada berbagai sapi
bervariasi, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lingkungan tempat tinggal serta
perbedaan genetik. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm
dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm.
Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan
diameter 0,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009) bahwa vas deferens
diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan konsistensinya seperti tali
dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan
Epididymis.
Vas deferens merupakan saluran yang berdampingan dengan corpus epididymis,
dimana saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula
pada saat terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai pendapat Frandson (1992) bahwa vas deferens
adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari Epididymis ke
duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor
Epididymis ke uretra. Dindingnya berupa otot-otot licin yang penting dalam mekanisme
pengangkutan semen saat ejakulasi.
b. Epididymis
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa
epididymis memiliki struktur yang panjang dan bertautan dengan testes, yang panjang dan
berliku. Terdiri dari 3 bagian yaitu caput epididymis yang merapat dibagian atas testes,
kemudian diarah lateral memanjang corpus epididymis, dan diujung testes terdapat
ekor/cauda epididymis. Setiap bagian epididymis memiliki fungsi yang berbeda dimana caput
epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testes dan
menyimpannya hingga tercapai maturasi. Selanjutnya Corpus epididymis menjadi saluran
yang membawa sperma dari caput menuju ke kauda epididymis. Lalu sperma berakhir di
cauda epididymis, yang berfungsi untuk menimbun sperma hingga akhirnya terjadi ejakulasi
dan sperma akan keluar menuju vas deferens. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977)
bahwa Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi
seluas 1/3 dari bagian testis. Epididymis memiliki empat fungsi yakni caput (kepala)
Epididymis berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan)
Epididymis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda)
Epididymis berfungsi sebagai tempat penimbunan sperma.
Ukuran epididymis pada berbagai ternak sangat bervariasi, dimana saluran ini sangat
panjang bahkan ada yang mencapai 60 m. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni
panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda
epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman
normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda
epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman
abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm
sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Dari nilai nilai tersebut
diketahui bahwa saluran epididimis sangat panjang dan berliku-liku disekitaran testes. Hal ini
sesuai dengan pendapat Brown (1992) yang menyatakan bahwa epididymis mengandung
ductus Epididymis yang sangat berliku-liku dan panjang. Akan tetapi ukuran-ukuran yang
diperoleh tersebut tidak sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) yang menyatakan bahwa
saluran epididymis mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa. Hal ini terjadi karena
perbedaan genetik ternak, umur serta lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini didukung oleh
Brown (1992) bahwa Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh
tudika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis
viseral tunika vaginalis. Tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar
didalamnya, sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown,
1992).
c. Organ Kelamin Luar
a. Scrotum
Dari hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa scrotum merupakan lapisan terluar
dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang
tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi
testes serta mempertahankan suhu testes sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa Scrotum adalah kulit berkantong yang
ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum
adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Fungsi utama skrotum adalah untuk
memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin
dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya
pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk
memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar
lebih dingin.
b. Penis
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diketahui bahwa penis merupakan organ
kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan penis. Gland penis pada sapi
memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Ukurannyapun kecil tati bervariasi
tergantung pada jenis dan umur ternak serta lingkungan. Glan penis pada sapi bali normal
panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter
3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Hal ini
sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Glands penis memiliki
bentuk yang menipis di ujung yang bebas pada penis. Ukurannya berbeda-beda dari masing-
masing jenis dan umur ternak, pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip
dengan panjang glands penis 5-7,5 cm.
Lain halnya dengan gland penis, penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder
(lonjong). Sama seperti gland penis, penispun ukurannya berbeda-beda. Pada sapi bali normal
panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm
diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm.
Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) bahwa penis pada sapi jantan dewasa
panjangnya mencapai 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis
sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang
25-60 cm. Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari
pangkal penis ke ujung yang bebas. Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimc(2009) bahwa Penis
hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Berbentuk
penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Bagian ujung
penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi penis membesar
sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan penis mengendor
atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum penis tadi
membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus.
Gland penis pada ujung testes menjadi pusat saraf pada penis, karena gland penis ini
dialiri oleh banyak pembulus saraf dan merupakan tempat ujung saraf yang mendukung
proses ejakulasi. Sedangkan penis merupakan organ kopulasi yang berfungsi untuk
menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine.
Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), yang menyatakan bahwa penis
mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina
dan sebagai tempat keluarnya urine karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra
sedangkan diujung penis dimana terdapat gland penis yang dialiri banyak pembuluh saraf dan
merupakan tempat ujung saraf.
c. Preputium
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa preputium
merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi
untuk yang membungkus atau menutup ujung penis. Setelah masa pubertas tercapai pada
seekor jantan maka preputium ini akan terbuka yang memungkinkan penis untuk kelus masuk
pada saat ereksi dan relaksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000), bahwa
preputeum adalan bagian dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas
dari penis. Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar
merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari
penis.
d. Kelenjar Pelengkap
a. Kelenjar Vesikula Seminalis
Dari hasil praktikum, maka diketahui bahwa kelenjar vesikula merupakan sepasang
kelenjar yang mempunyai lobuler, mirip segerombol anggur, berbonggol bonggol. Panjang
kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapi dan babi yaitu berkisar 13 15
cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1992),
bahwa kelenjar vesikuler merupakan organ dengan lobulasi kompak. Sel-sel silinders yang
bersekresi mengandung butir lipid kecil dan glikogen dan memberikan reaksi fosfatase alkali
positif. Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10-15 cm dan diameter 2
sampai 4 cm. Pada penyayatan, jaringan kelenjar yang berwarna kekuning-kuningan biasanya
menjendol ke luar dari permukaan sayatan.
Kelenjar ini befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang
tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma. Lebih lanjut diungkapkan oleh
Keiko (2009) bahwa Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic
yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi substansi lain di mana saja pada tubuh.
Campuran campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan
sumber energi utama bagi spermatozoa sapi.
b. Kelenjar Prostata
Dari tabel pengamatan dapat terlihat bahwa kelenjar prostat pada ternak bervariasi
dari segi ukuranya. Pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman
abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman
normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan
dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-
merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) bahwa bagian luar kelenjar prostat
adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus seminalis, dan yang
menutup bagian dorsalnya saja dan berwarna seperti susu. Kelenjar prostate berukuran lebar
2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per rektal sebagai suatu penonjolan lonjong
melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra.
Kelenjar ini merupakan kelenjar pensekresi cairan yang kental seperti susu yang
tercampur pada semen yang memberikan bau yang khas terhadap semen. Disamping itu
kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral yang tinggi yang digunakan
sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salisbury (1985) bahwa Ekskresi kelenjar prostate berupa cairan prostat bersifat encer dan
seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam.
Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin yang memberikan bau yang khas terhadap semen
selain itu kelenjar prostat pada sapi juga menghasilkan cairan yang mengandung mineral
dengan kadar yang tinggi
c. Kelenjar Bulbourethalis/Cowpers
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dsapat diketahui bahwa kelenjar
bulbourethalis/cowper terletak di sebelah menyebelah ureter dipelvis yang berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar
pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, disamping itu cairan kelenjar ini juga
berfungsi untuk menetralisir pH ureter yang akan dilalui semen pada saat ejakulasi. Hal ini
didukung oleh pendapat Anonimd (2009) yang menyatakan bahwa kelenjar bulborethal terdiri
sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari
ruang pelvis. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa-sisa urine yang ada
dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi.
Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Ukurannya
bervariasi dari masing-masing jenis dan umur ternak akibat perbedaan kemampuan dan
kematangan alat reproduksinya. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan
berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5
cm. Namun pada sapi brahman normal kelenjar ini tidak dapat diidentifikasi karena
banyaknya timbunan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bima (2009) bahwa Kelenjar
cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi
sedikit lebih kecil daripada kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 sampai 5 cm.
kelenjar tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kelenjar
Cowpers dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong atau bulat telur
berukuran panjang 2,5 cm.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai
kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10
cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya
14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon
kelamin jantan (testosterone)
2. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah
terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal
saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi
Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman
abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
3. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ;
panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan
diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11
cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan
diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8
cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis
panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Berfungsi sebagai tempat maturasi, konsentrasi,
transportasi serta penimbunan sperma sebelum diejakulasikan
4. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus
testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat
sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes
5. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Glan penis
pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal
panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang
2,5 dan diameter 5 cm. Penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Pada
sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal
panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24
dan diameter 8,5 cm.Penis secara umum berfungsi sebagai orga kopulasi pada jantan.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit
abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang
tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi
Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi
Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar
prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna
yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap
semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan
makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter
dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine,
Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada
sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal
panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.

Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka sebaiknya bahan/sampel organ
yang disiapkan merupakan sampel organ yang telah bersih dari sisa-sisa lemak dan daging
guna efisiensi pemanfaatan waktu yang relatif sangat singkat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2009. Testis. http//www.Google.com. Diakses, 4 Oktober 2009.

Anonimb, 2009. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Jantan. http://peternakanuin. blogspot.com/


2007/12/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-jantan.mht. Diakses, 4 Oktober 2009.

Anonimc, 2009. Galnds Penis. http//glands-penis.htm. Diakses, 4 Oktober 2009.

Anonimd, 2009. Kelenjar Assesoris Jantan. http//kelenjar-assesoris-jantan.html. Diakses, 4


Oktober 2009.

Anonime, 2009. Kelenjar Prostate. http://tianshicenter.blogspot.com/feeds/prostate.


Diakses, 4 Oktober 2009.
Bhima. 2009. Sistem Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya
( Domba, Kuda dan Babi ). MIPA FKIP Biologi Universitas
Jambi;http://bhimashraf.blogspot.com/2009/04/archive.407003_8573.html

Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada Univercity. Yogyakarta.

Keiko. 2009. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. http://changes-


theworld.blogspot.com/2009/05

Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. http://changes-theworld.blogspot.


com/2009_05_01_archive.html. Diakses, 07 Oktober. 2009.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Produksi Mutiara. Jakarta.

Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada
Univercity. Yogyakarta.

Toelihere. 1977. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.


.

Diposting 8th April 2012 oleh Itha Puspitasari

1
Lihat komentar

1.

KLINIK APOLLO23 Mei 2017 00.22

Blog yang menarik dan informatif sekali

Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan
Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern
menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil
kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini,Wasir dan Ambeien

Ciri Terkena Penyakit Prostat

Radang Prostat dan Pembengkakan Prostat


Balas

Itha Puspitasari
Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis
1.
APR

Organ reproduksi ternak jantan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri etik individu
makhluk hidup ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi tua
kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau sebagainya. Karena itu
perlu suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi yang telah tiada. Jadi kelangsungan
hidup individu sebagian ditunjukkan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak
bagi kelestarian spesies.
Organ reproduksi jantan secara umum dapat berfungsi sebagai tempat menghasilkan
sperma (testis). Testis sendiri adalah merupakan pabrik penghasil dua macam produk yaitu
sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon (testosteron). Testis sendiri terdiri dari saluran
buntu, yang disebut tubuli seminiferi yang bermuara kedalam epididymis. Dinding dalam
tubuli tersebut dilapisi oleh selapis sel-sel bakal sel kelamin berbentuk bulat yang disebut
spermatogonia. Diantara spermatogonia yang melapisi dinding tubuli seminiferi adalah sel-
sel yang berbentuk langsing, letaknya berselang-seling dengan spermatogonia dan mengarah
kedalam lumen. Sel tersebut adalah sel sertoli penghasil hormon testosteron.
Organ kelamin pada jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder, luar dan
kelenjar pelengkap. Organ-organ tersebut memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda-
beda. Untuk mengetahui hal itu perlu pembelajaran yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatar
belakangi dilakukannya praktikum ini.

Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum Dasar Reproduksi Ternak ini mengenai Pengenalan Organ
Reproduksi Betina adalah untuk mengetahui bentuk, ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-
bagian organ kelamin betina serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.
Kegunaannya adalah agar dapat mengenal dan mengetahui letak, fungsi dan bentuk
dari masing-masing bagian organ kelamin betina serta mengetahui ukuran dari masing-
masing bagian.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Organ Kelamin Primer


Testis
Organ kelamin primer pada hewan jantan adalah testis atau biasa disebut orchis atau
didimos, disebut organ kelamin primer karena bersifat esensial yaitu menghasilkan
sperma, dan menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu testosteron.pada semua spesies testis
berkembang didekat ginjal yaitu pada daerah krista genitalia primitif. Pada mamalia, testis
mengalami penurunan yang cukup jauh,sedangkan pada kebanyakan spesies berakhir pada
scrotum. Testis akan rusak bila suhunya sama dengan suhu tubuh. Hewan yang tidak
mengalami penurunan testis ke dalam skrotum atau yang mengalami cryptorchid,
spermatogenesis (pembentukan sperma) tidak akan terjadi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hal tersebut semata-mata karena pengaruh suhu. Karena bila testis yang cryptorchid
didinginkan secara buatan, spermatogenesisi tetap berlangsung. (Anonima, 2009).
Testis terbagi secara tak sempurna oleh mediastinum, suatu septum yang terbatas.
Helai-helai jaringan ikat berjalan dari pusat testis pada sumbu longitudinal dan bersambung
dengan selaput pemisah. Segmen-segmen testis mengandung banyak tubuli seminiferi yang
berkelok-kelok, jaringan longgar dan sel-sel interstial yang berserakan (Salisbury, 1985).
Testis terletak pada daerah prepubis terbungkus dalam kantong scrotum dan
digantung oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testis
dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis ingualis kedalam
scrotum.pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu
panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-
16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur,
berat badan, dan bangsa sapi (Toelihere, 1977).

Gambar 12. Testis

Testis sapi jantan berbentuk bulat panjang, terletak di dalam kantung scrotum dan
tergantung pada chorda spermaticus dengan bagian anterior testis lebih ke bawah atau dengan
posisi ventral. Pada hewan dewasa panjang testis 10 - 12 cm, lebar 5 6,25 cm dengan
berat 500 gram. Testis ini diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis,
disebut tunica albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Sedangkan panjang
tubuli keseluruhan pada sapi jantan dewasa diperkirakan 4,5 km, dan setiap tubulus bergaris
tengah 200 mikron lebih sedikit, dan kira-kira 80% dari berat testis seeekor sapi jantan
normal terdiri dari tubuli (Salisbury,1985).
Lapisan luar dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan
ikat elastis berwarna putih. Pembuluh darah dalam jumlah besar dijumpai tepat di bawah
permukaan lapisan ini. Lapisan fungsional dari testis, yaitu parenchyma terletak di bawah
lapisan tunica albuginea. Parenchyma ini berwarna kekuningan, terbagi-bagi oleh septa yang
tidak sempurna menjadi segmen-segmen. Parenchyma mempunyai pipa-pipa kecil
didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak). Tubuli
seminiferi berasal dari primary sex cord yang berisi sel-sel benih (germ cells), spermatogonia,
dan sel-sel pemberi makan, yaitu sel sertoli. Sel sertoli berukuran lebih besar dengan jumlah
lebih sedikit daripada spermatogonia (Keiko, 2009)
Fungsi testis ada dua macam yaitu (Anonimb, 2009) : 1) Sebagai tempat yang menghasilkan
hormon seks jantan yaitu androgen (testosteron). Sel-sel intersituial dari Leydig atas pengaruh
ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen) yang terdapat di dalam
jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa ; 2) Sebagai penghasil gamet jantan disebut spermatozoa.
Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH. Tubulus-tubulus tersebut sangat
berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah
pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit
sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut
spermiogenesis, kemudian tumbuh menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian
tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor.
B. Organ Kelamin Sekunder
a. Vas Deferens
Vas deferens (ductus deferens) adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi
mendorong spermatozoa dari Epididymis ke duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas
deferens meninggalkan ekor Epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang merupakan
bagian dari korda spermatic dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang,
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua vas deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso caudal kandung kemih, serta dalam lipatan peritoneum
yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum
lebar pada betina (Frandson, 1992).
Vas deferens mengangkut sperma dari ekor Epididymis ke uretra. Dindingnya
mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu
ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali berwarna kekuningan.
Dekat badan Epididymis, vas deferens menjadi lurus dan bersama buluh-buluh darah dan
lymphe serta serabut-serabut saraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui
canalis ingualis ke dalam cavum abdominalis. Ampulla pada sapi mempunyai panjang 10
sampai 14 cm, dengan diameternya 2 sampai 2,5 cm. Ampulla tidak terdapat pada anjing,
babi kecil dan kucing (Toelihere, 1977).
Vas deferens berfungsi untuk mengangkut sperma dari ekor Epididymis ke urethra.
Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen
waktu ejakulasi. Diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan
konsistensinya seperti tali dekat ekor Epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan
sejajar dengan badan Epididymis. Dekat kepala Epididymis, vas deferens menjadi lurus dan
bersama buluh- buluh darah dan limfe dan serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus
yang berjalan melalui canalis inguinalais ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens,
yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar
membentuk ampullae ductus deferentis (Bhima, 2009).
b. Epididymis
Epididymis adalah suatu struktur yang memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Epididymis mengandung ductus Epididymis yang sangat berliku-liku, dan mencapai panjang
lebih 40 meter jantan dewasa dan kurang lebih 60 meter pada babi dan 80 meterpada kuda.
Epididymis dapat dibagi atas kepala, badan, dan ekor. Kepala (caput Epididymis) membentuk
suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis.
Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas 1/3
dari bagian testis. Melalui serosa, saluran Epididymis tersusun dalam lobuli dan mengandung
ductus efferentes testis dengan saluran Epididymis berjumlah 13 sampai 15 buah dekat ujung
proximal testis, caput Epididymis menjadi pipih dan bersambung ke badan (corpus
Epididymis) yang langsing dan berjalan distal sepanjang tepi posterior testis. Pada ujung
distal testis, corpus menjelma menjadi cauda Epididymis yang pada sapi dewasa mencapai
ukuran sebesar ibu jari dan agak berayun dalam kedudukannya. Didekat ligamentum testis,
saluran Epididymis menjadi lebih kasar pada pelipatan sekeliling ligamen, bersambung ke
proximal sebagai ductus deferens (Toelihere, 1977).
Caput epididymis, nampak pipih di bagian apeks testis, terdapat 12-15 buah saluran
kecil, vasa efferentia yang menuyatu menjadi satu saluran. Corpus epididymis memanjang
dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang testis, merupakan saluran tunggal yang
bersambungan dengan cauda epididymis. Panjang total dari epididymis diperkirakan
mencapai 34 meter pada babi dan kuda. Lumen cauda epididymis lebih lebar daripada lumen
corpus epididymis. Struktur dari epididymis dan saluran eksternal lainnya, vas deferens dan
urethra adalah serupa pada saluran reproduksi betina. Tunica serosa di bagian luar, diikuti
dengan otot daging yang licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial
(Nurhayadi, 2000).

Gambar 13. Epididymis


Epididymis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, tergantung pada
androgen testikularis untuk memelihara status diferesiansi epitel terdiri dari sejumlah 8-25
duktuli eferentes dan duktus Epididymis yang panjangnya berliku-liku. Secara
makrokoskopik, Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh tudika
albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis viseral
tunika vaginalis.pada kuda jantan, tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang
tersebar didalamnya (Brown, 1992).
Menurut Toelihere (1977), fungsi dari Epididymis ada empat macam yaitu sebagai
berikut :
1. Transportasi
Transportasi adalah masa spermatozoa dialirkan dari rete testis ke dalam ductus
efferens oleh tekanan cairan dan spermatozoa dalam testis secara tepat bertambah banyak.
Perpindahan spermatozoa dibantu oleh gerakan silia dan gerakan peristaltik dari
muskulature pada dinding ductus Epididymis.
2. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan tempat yang berada didalam ductus Epididymis cairan testis
yang menjadi medium masa spermatozoa, airnya diserap oleh epitel dinding Epididymis.
Sesampainya dibagian ekor konsentrasi sperma itu menjadi sangat tinggi.
3. Maturasi
Maturasi adalah pemasakan atau pendewasaan spermatozoa. Pemasakan ini mungkin
disebabkan oleh adanya sekresi dari sel-sel epitel di ductus Epididymis.
4. Timbunan
Bagian ekor dari Epididymis merupakan tempat penimbunan sperma yang utama,
karena disinilah yang cocok untuk penghidupan spermatozoa yang masih belum bergerak.
Kondisi ini di dalam cauda Epididymis adalah optimal untuk mempertahankan kehidupan
sperma yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim apabila Epididymis ini
diikat sperma akan tetap hidup dan fertil di dalam Epididymis sampai 60 hari
Jadi dari keempat fungsi epididmis, caput (kepala) Epididymis berfungsi sebagai
tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan) Epididymis berfungsi sebagai
transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda) Epididymis berfungsi sebagai
tempat penimbunan sperma.

Gambar 14 Organ Reproduksi Jantan secara lengkap

C. Organ Kelamin Luar


a. Scrotum
Scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan
dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang
berambut. Selapis jaringan fibroelastik bercampur dengan serabut otot polos disebut tunika
dartos, terdapat disebelah dalam dari kulit dan pada cuaca dingin serabut-serabut otot dari
dartos tersebut berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi terhadap dinding
abdominal. Tunika dartos melintas bidang median antara dua testis membantu membentuk
septum scrotal yang membagi scrotum menjadi dua bagian lateral pada masing-masing
testikel (Frandson, 1992).
Gambar 15. Scrotum

Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang
memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini
dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis
mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan
testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Dengan kata lain fungsi scrotum yaitu
mengatur temperatur testes dan epidermis agar tidak terlalu rendah dengan suhu
tubuh (termoregulator testes) (Anonimb, 2009).
b. Penis
Penis hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm.
Berbentuk penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas.
Bagian ujung penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi
penis membesar sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan
penis mengendor atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum
penis tadi membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus. Pada
waktu penis menegang huruf S ini akan menjadi lurus yang menyebabkan penis mencapai
panjang 91,4 cm (Salisbury, 1985).
Penis mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat
reproduksi betina dan sebagai tempat keluarnya urine. Penis terbungkus oleh tunica fibrosa
yang padat dan putih yang disebut tunica albuginea. Penis dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian pangkal yang melekat pada facia atau ligamentum yang kuat dan disebut crush
penis (bagian badan) dimana bagian badan dimana bagian tangannya melipat melingkar
menyerupai huruf S disebut flexura sigmoidea dan bagian ujung penis disebut glans penis,
yang dilengkapi dua macam perlengkapan yaitu musculus refraktor penis yang dapat
merelaksasi dan mengkerut dan corpus convernosum penis untuk menegangkan penis
(Partodihardjo, 1992).
Glands penis pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip; sedangkan
glands penis pada kambing menyerupai suatu penonjolan filiformis sepanjang 4-5 cm, dengan
panjang glands penis 5-7,5 cm. Penis pada sapi jantan dewasa panjangnya mencapai 100
cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis sapi dalam keadaan ereksi dan
pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang 25-60 cm. Pada kambing
penisnya memiliki panjang 35 cm dengan flexura sigmoidea yang berkembang baik.
Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari pangkal penis
ke ujung yang bebas (Anonimc, 2009).
Penis sapi termasuk dalam tipe fibro-elastic dan bersifat agak kaku walaupun tdalam
keadaan tidak ereksi. Sebagian besar badan penis pada keadaan tidak ereksi berbentuk huruf
S (flexura sigmoidea) yang berada disebelah dorsal caudal scrotum (Toelihere, 1977).

Gambar 16. Penis berbagai Hewan

c. Preputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung adalah ivaginato
dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas dari penis. Perkembangan
embrionik dari organ ini sama dengan perkembangan dari organ labia minira pada ternak
betina. Prepuce dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian prepenile, lipatan luar dan
bagian penile, lipatan dalam. Sekitar lubang prepuse ditumbuhi oleh rambut panjang dan
kasar. Pada saat penampungan semen dalam program inseminasi buatan, perlu diadakan
pencukuran terhadap rambut ini, untuk menjaga agar semen tidak tercemar oleh kotoran yang
kemungkinan besar menempel pada rambut tersebut (Nuryadi, 2000).
Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar
merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari
penis. Preputium kuda merupakan lipatan rangkap, sehingga dua lapisan konsentrik
mengelilingi penis apabila penis ditarik kembali. Preputium babi mempunyai divertikulum
(kantung)disebelah dorsal dari orifisium preputial. Kantung itu mengakumulasi urine,
sekresi-sekresi dan sel-sel mati yang menyebabkan adanya bau khas pada babi dewasa
(Frandson, 1992).
Lubang preputium terletak sedikit dibelakang umbilicus dan biasanya dikelilingi oleh
rambut panjang. Rongga preputium tempat ujung penis yang bebas itu terletak, mempunyai
panjang 37,5 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. preputium berdinding sel epitel pipih bertanduk
dengan tinggi yang berbeda-beda. Pada waktu ereksi penis biasanya memenjang tetapi tidak
lebih dari 25 sampai 30 cm melewati muara preputium dan akan mencapai perpanjangan
yang sempurna hanya pada detik sapi itu mencapai titik tertinggi dari aktifitas kopulasi
(Salisbury, 1985).
D. Kelenjar-Kelenjar Kelamin Aksesoris
Kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris pada hewan jantan meliputi ampulla, ductus
deferens, kelenjar vesikuler (vesikulaseminalis), kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralis
(Cowpers). Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan sebagian besar bahan ejakulasi atau semen,
yang berperan dalam transport sperma, sebagai medium yang cocok untuk makanan dan
sebagai buffer terhadap sifat keasaman yang berlebih pada saluran genitalia betina (Brown,
1992).
Bentuk dan ukuran bermacam-macam kelenjar kelamin asessoris berbeda sangat
berbeda dari spesies ke spesies tapi tetapi lokasi relatifnya sama pada semua hewan
(Frandson, 1992).
a. Kelenjar Vesikuler (Vesikula Seminalis)
Kelenjar vesikularis adalah sepasang kelenjar yang bermuara dengan duktus deferens
melalui bermacam-macam duktus ejakulataris ke dalam urethra pelvix kemudian ke kaudal
leher kandung kencing (Frandson, 1992).
Lumen kelenjar vesikularis bermuara kedalam uretra sebelah kranial dari muara kedua
ampula, atau muara-muara tersebut menjadi satu. Terdapat variasi dari beberapa individu sapi.
Lumen kelenjar ini luasnya 0,3 mm, pada dindingnya terdapat 2 lapisan epitelium. Pada
postmortem zat cair yang dihasilkan oleh kelenjar ini berupa cairan agak kental dan lengket
yang mengandung potasium, asam sitrat, fruktose dan beberapa macam enzim. Seringkali
cairan ini berwarna kuning karena mengandung banyak asam askorbat dengan pH 5,7 sampai
6,2 (Partodihardjo 1992).
Pada sapi jantan, kelenjar vesikuler merupakan organ dengan lobulasi kompak. Saluran
kelenjar intralobularis menampung sekreta dari kelenjar tubualveolar yang sedikit mengulir,
dan sebaliknya, sekretanya akan dikosongkan oleh saluran penyalur utama. Sel-sel silinders
yang bersekresi mengandung butir lipid kecil dan glikogen dan memberikan reaksi fosfatase
alkali positif. Beberapa sel silindris memiliki apeks carah dan menonjol. Sel-sel basal
ditandai oleh adanya butir-butir lipid besar, sering dengan posisi infranuklear (Brown, 1992).
Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10-15 cm dan diameter 2
sampai 4 cm. Pada penyayatan, jaringan kelenjar yang berwarna kekuning-kuningan biasanya
menjendol ke luar dari permukaan sayatan. Saluran-saluran sekretoris dari lobuli membentuk
satu saluran ekskretoris utama yang terletak pada pertengahan kelenjar dan membentang ke
caudal di bawah kelenjar prostate.
Kelenjar-kelenjar vesiculares pada sapi berlobulasi dengan septa muskuler yang kuat di
antara lobuli. Saluran sekretoris yang berbelit-belit dan bercabang mempunyai diameter
sekitar 0,3 mm. saluran-saluran ini dibatasi oleh dua lapis sel, sel-sel kolumnar yang terletak
sentral dengan tinggi 25-30 , dan sel perifer berisi butir-bvutir lipida besar.

Gambar 17. Kelenjar Vesikula Seminalis

Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni
tidak dijumpai pada substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran campuran
anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi
spermatozoa sapida spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah.
Sekresi kelenjar vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate
buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika
terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa (Keiko, 2009).
b. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretra
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian : bagian padat kelenjar atau bagian luar
(corpus prostatae), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata
prostatae). Bagian luar adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus
seminalis, dan yang menutup bagian dorsalnya saja. Pars diseminata terletak dalam propria-
submukosa uretra pelvis (Brown, 1992).
Gambar 18. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak mengelilingi dan
sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar vesicular. Badan
kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapi dan kuda dapat di
raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot daging
uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen
pada cairan semen pada beberapa jenis ternak yang diteliti. Cairan prostat bersifat encer dan
seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam.
Tetapi beberapa menunjukkan bahwa setidak tidaknya sumbangan kelenjar prostate
sebagaimana substantial kelenjar vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak
ion ion anorganik, meliputi Na, Cl, dan Mg semuanya dalam larutan (Anonime, 2009).
Kelenjar prostate berukuran lebar 2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per
rektal sebagai suatu penonjolan lonjong melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Pars
disseminate mengelilingi urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra. Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin
jantan yang memberikan bau yang khas terhadap semen yang dihasilkan oleh jantan, dan
diketahui bahwa kelenjar prostat pada sapi menghasilkan cairan yang mengandung mineral
dengan kadar yang tinggi (Toelihere, 1977).
c. Kelenjar Bulbouretral (Cowpers)
Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat
dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini mempunyai ukuran dan bentuk
seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih kecil dibandingkan pada
babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum. Sumbangannya pada
cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa-sisa
urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat di lihat sebagai tetes-
tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya mengakibatkan
sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan jika semen
babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam, gumpalan-
gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar melalui
canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina (Anonimd, 2009).
Kelenjar cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan
pada sapi sedikit lebih kecil daripada kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 sampai
5 cm. kelenjar tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Saluran
sekretoris dari setiap kelenjar bergabung membentuk satu saluran ekskretoris yang
panjangnya 2-3 cm. kedua saluran ekskretoris kelenjar cowper mempunyai muara kecil
terpisah di tepi lipatan mukosa uretra (Bhima, 2009).

Kelenjar Cowpers dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong
atau bulat telur berukuran panjang 2,5 cm. Setiap kelenjar akan mengeluarkan hasil produksi
cairannya melewati satu muara kedalam uretra. Kelenjar ini memproduksi subtansi berupa
lendir yang bersifat licin dan kental (Anonimd, 2009).
Pada ruminansia, kelenjar cowpers juga dibalut oleh otot bulbokafernosa, sedangkan
pada sapi dan domba jantan suatu penghubung pendek menghubungkan ujung kelenjar
dengan alat penyalur yang dibalut oleh epitel kubus sebaris. Pada kambing jantan, ujung
kelenjar bermuara langsung dalam alat penyalur tersebut. Sel-sel otot polos banyak tersebar
dalam interstisium (Anonimd, 2009).
Berikut adalah perbandingan dari kelenjar-kelenjar tambahan beberapa ternak (Keiko,
2009):

Gambar 19. Kelenjar Assesoris

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Organ Reproduksi Betina
dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Oktober 2009 pada pukul 09.30 WITA sampai selesai yang
bertempat di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Materi Praktiukum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah scalpel, papan pengalas, jarum
pentul dan mistar.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu organ kelamin jantan yang terdiri dari organ
kelamin sapi bali dan sapi Brahman normal serta organ kelamin sapi Brahman abnormal,
benang, sabun, tissue roll dan air.

Metode Praktikum
Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, termasuk organ kelamin jantan kemudian
membersihkan dengan air dan membersihkan dari sisa-sisa lemak yang membungkus organ
tersebut. Lalu mengidentifikasi setiap bagian organ, memperhatikan letak dan fungsinya
masing-masing serta mengukur panjang dan diameter masing-masing bagian organ kelamin
tersebut. Kemudian mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak yang telah dilakukan, maka
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Bali Normal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Bulat Putih
Gland Penis 3,5 3,5
melengkung Kekuningan
Memanjang Putih
Penis 64 6
silinder Kekuningan
Kel. Cowper Bulat kecil Kemerahan 1,5 1
Putih
Kel. Prostat Lonjong 3,5 6
kemerahan
Putih
Vas Deferens Panjang 12 1
kemerahan
Epididymis
Caput Pipih Putih pucat 5,5 4,5
Corpus Panjang, silinder Putih pucat 9 1
Cauda oval Putih pucat 4 4,5
Testes Lonjong Putih pucat 10 10
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak
Tabel 5. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Abnormal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Kekuningan 2,5 5
Penis Silinder Kekuningan 24 8,5
Kel. Cowper Silinder Merah pucat 7,5 4,5
Kel. Prostat Lonjong Putih pucat 4,5 5,5
Vas Deferens Lonjong Putih pucat 23 0,5
Epididymis
Caput Oval Putih pucat 8 6
Corpus Memanjang Putih pucat 14 2
Cauda oval Putih pucat 4,5 8
Testes
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak

Tabel 6. Bentuk, Warna dan Ukuran Bagian-bagian Organ Kelamin Sapi Brahman Normal

Parameter yang diukur


Bagian Organ
Bentuk Warna Panjang (cm) Diameter (cm)
Gland Penis Oval Krem 4 3,5
Penis Lonjong Krem 60 9
Kel. Cowper
Kel. Prostat Lonjong Coklat - -
Vas Deferens Panjang Krem 21 0,5
Epididymis
Caput Belok-belok Krem 11 -
Corpus panjang Krem 14 1
Cauda belok-belok Krem 5 4
Testes Lonjong Krem 14 18
Sumber : Hasil Praktikum Dasar Ilmu Reproduksi Ternak

Pembahasan
a. Organ Kelamin Primer
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa testes
pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai kekuningan. Ukuran
testes pada berbagai jenis ternak bervariasi hal ini dapat disebabkan karena perbedaan genetic
dan lingkungan di samping perbedaan umur ternak juga sangat mempengaruhi perkembangan
ukuran bagian-bagian tubuhnya. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya
mencapai 10 cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana
panjangnya 14 cm dan berdiameter 18 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977)
bahwa pada sapi jantan testis berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu
panjangnya vertikal didalam scrotum, sedangkan pada sapi dewasa panjangnya mencapai 12-
16 cm dan diameternya 6-8 cm. Tiap testis berukuran berat 300-500 gr tergantung pada umur,
berat badan, dan bangsa sapi. Lebih lanjut dikatakan oleh Keiko (2009) bahwa lapisan luar
dari testis adalah tunica albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis berwarna
putih serta parenchyma ini berwarna kekuningan. Sedingga warna testes akan terlihat putih
ataupun kekuningan.
Disamping itu dapat pula diketahui bahwa pada sapi yang abnormal yang mengalami
kelainan kelamin dimana testesnya tidak dapat turun, maka kita tidak dapat mengukur
testesnya karena perkembangan testesnya mengalami gangguan hal ini dapat disebabkan
karena kerja hormon yang terhambat serta pengaruh suhu yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anonima (2009) yang menyatakan bahwa kejadian tidak turunnya testes ke dalam
scrotum semata-mata karena pengaruh suhu. Dimana suhu yang tinggi akan menyebabkan
kematian pada spermatozoa, sehingga dengan melakukan pendinginan terhadap testes yang
criptochid maka spermatozoa akan aktif kembali.
Di dalam testes sapi terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi yang sangat
faal. Testis diselubungi oleh selapis tenunan pengikat yang tipis dan elastis, disebut tunica
albuginea. Bila diraba selaput ini terasa kukuh dan kuat. Testes juga mengandung tubulus
seminiferi yang mengakibatkan testes dapat berfungsi sebagai penghasil sperma. Disamping
itu adanya tubulus-tubulus di dalam testes yang dirangsang oleh FSH mengakibatkan testes
juga dapat menghasilkan hormon yakni testosteron yang berfungsi untuk mempertahankan
sifat kelamin sekunder serta merangsang terjadinya libido (keinginan seksual). Hal ini sesuai
dengan pendapat Keiko (2009) yang menyatakan bahwa Lapisan luar dari testis adalah tunica
albuginea testis, merupakan membrane jaringan ikat elastis serta lapisan fungsional dari testis,
yaitu parenchyma terletak di bawah lapisan tunica albuginea. Parenchyma mempunyai pipa-
pipa kecil didalamnya yang disebut tubulus seminiferous (tunggal), tubuli seminiferi (jamak).
Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimb (2009) bahwa Sel-sel intersituial dari Leydig atas
pengaruh ICSH menghasilkan hormon kelamin jantan yaitu hormon testosteron (androgen)
yang terdapat di dalam jaringan pengikat di antara tubulus seminiferosa. Spermatozoa
dihasilkan di dalam tubuli semineferi atas pengaruh FSH.
b. Organ Kelamin Sekunder
a. Vas Deferens
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa saluran
reproduksi pada jantan terdiri dari vas deferens. Vas deferens merupakan saluran yang
panjang dan berliku-liku, yang berdampingan dengan corpus epididymis. Vas deferens
memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah terkadang vas
deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Ukuran fas deferens pada berbagai sapi
bervariasi, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan lingkungan tempat tinggal serta
perbedaan genetik. Sapi bali yang normal saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm
dengan diameter 1 cm. Untuk sapi Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm.
Sedangkan untuk sapi Brahman abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan
diameter 0,5 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Bhima (2009) bahwa vas deferens
diameternya dapat mencapai 2 mm, dengan panjang 5-10 cm dan konsistensinya seperti tali
dekat ekor epididymis, vas deferens berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan
Epididymis.
Vas deferens merupakan saluran yang berdampingan dengan corpus epididymis,
dimana saluran ini berfungsi untuk menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula
pada saat terjadi ejakulasi. Hal ini sesuai pendapat Frandson (1992) bahwa vas deferens
adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari Epididymis ke
duktus ejakulatoris dalam uretra prostatik. Vas deferens mengangkut sperma dari ekor
Epididymis ke uretra. Dindingnya berupa otot-otot licin yang penting dalam mekanisme
pengangkutan semen saat ejakulasi.
b. Epididymis
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat diketahui bahwa
epididymis memiliki struktur yang panjang dan bertautan dengan testes, yang panjang dan
berliku. Terdiri dari 3 bagian yaitu caput epididymis yang merapat dibagian atas testes,
kemudian diarah lateral memanjang corpus epididymis, dan diujung testes terdapat
ekor/cauda epididymis. Setiap bagian epididymis memiliki fungsi yang berbeda dimana caput
epididymis berfungsi untuk menampung sperma yang telah dihasilkan oleh testes dan
menyimpannya hingga tercapai maturasi. Selanjutnya Corpus epididymis menjadi saluran
yang membawa sperma dari caput menuju ke kauda epididymis. Lalu sperma berakhir di
cauda epididymis, yang berfungsi untuk menimbun sperma hingga akhirnya terjadi ejakulasi
dan sperma akan keluar menuju vas deferens. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977)
bahwa Umumnya Epididymis berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi
seluas 1/3 dari bagian testis. Epididymis memiliki empat fungsi yakni caput (kepala)
Epididymis berfungsi sebagai tempat maturasi dan konsentrasi; pada corpus (badan)
Epididymis berfungsi sebagai transportasi sperma; sedangkan pada bagian ekor (cauda)
Epididymis berfungsi sebagai tempat penimbunan sperma.
Ukuran epididymis pada berbagai ternak sangat bervariasi, dimana saluran ini sangat
panjang bahkan ada yang mencapai 60 m. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni
panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ; panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda
epididymis panjang 4 cm dan diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman
normal yaitu panjang caput 11 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda
epididymis panjang 5 cm dan diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman
abnormal adalah panjang caput 8 cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm
sedangkan cauda epididymis panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Dari nilai nilai tersebut
diketahui bahwa saluran epididimis sangat panjang dan berliku-liku disekitaran testes. Hal ini
sesuai dengan pendapat Brown (1992) yang menyatakan bahwa epididymis mengandung
ductus Epididymis yang sangat berliku-liku dan panjang. Akan tetapi ukuran-ukuran yang
diperoleh tersebut tidak sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) yang menyatakan bahwa
saluran epididymis mencapai panjang lebih 40 meter jantan dewasa. Hal ini terjadi karena
perbedaan genetik ternak, umur serta lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini didukung oleh
Brown (1992) bahwa Epididymis terdiri dari kepala, badan, dan ekor yang terbungkus oleh
tudika albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur, dibalut oleh lapis
viseral tunika vaginalis. Tunika albuginea memiliki sedikit sel otot polos yang tersebar
didalamnya, sehingga mengakibatkan perbedaan ukuran pada berbagai jenis ternak (Brown,
1992).
c. Organ Kelamin Luar
a. Scrotum
Dari hasil yang diperoleh maka diketahui bahwa scrotum merupakan lapisan terluar
dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus testes yang memiliki struktur kulit yang
tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat sehingga dapat berfungsi untuk melindungi
testes serta mempertahankan suhu testes sehingga dapat memproduksi spermatozoa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa Scrotum adalah kulit berkantong yang
ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit scrotum
adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Fungsi utama skrotum adalah untuk
memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8oC lebih dingin
dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya
pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk
memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar
lebih dingin.
b. Penis
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diketahui bahwa penis merupakan organ
kopulasi yang terdiri dari 2 bagian yaitu gland penis dan penis. Gland penis pada sapi
memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Ukurannyapun kecil tati bervariasi
tergantung pada jenis dan umur ternak serta lingkungan. Glan penis pada sapi bali normal
panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 4 cm diameter
3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 2,5 dan diameter 5 cm. Hal ini
sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Glands penis memiliki
bentuk yang menipis di ujung yang bebas pada penis. Ukurannya berbeda-beda dari masing-
masing jenis dan umur ternak, pada sapi mempunyai panjang 7,5-12,5 cm dan agak lancip
dengan panjang glands penis 5-7,5 cm.
Lain halnya dengan gland penis, penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder
(lonjong). Sama seperti gland penis, penispun ukurannya berbeda-beda. Pada sapi bali normal
panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal panjangnya 60 cm
diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24 dan diameter 8,5 cm.
Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) bahwa penis pada sapi jantan dewasa
panjangnya mencapai 100 cm diukur dari dari akar sampai ke ujung glands penis. Penis
sapi dalam keadaan ereksi dan pemacekan penis menonjok ke luar dari preputium sepanjang
25-60 cm. Diameternya relatif kecil 1,5-2 cm. Bentuk penis silindris sedikit menipis dari
pangkal penis ke ujung yang bebas. Lebih lanjut dikatakan oleh Anonimc(2009) bahwa Penis
hewan jantan dewasa berukuran panjang 91,4 cm dan bergaris tengah 2,5 cm. Berbentuk
penis ini silindris dan sedikit menipis dari pangkal penis ke ujung yang bebas. Bagian ujung
penis memiliki sedikit sekali jaringan tegang, kecuali bagian pangkal; jadi penis membesar
sedikit pada waktu ereksi dan menjadi lebih tegang. Pada waktu keadaan penis mengendor
atau tidak menegang, penis sapi jantan padat dan keras. Dibelakang scrotum penis tadi
membentuk lengkungan menyerupai huruf S, disebut flexura sigmoideus.
Gland penis pada ujung testes menjadi pusat saraf pada penis, karena gland penis ini
dialiri oleh banyak pembulus saraf dan merupakan tempat ujung saraf yang mendukung
proses ejakulasi. Sedangkan penis merupakan organ kopulasi yang berfungsi untuk
menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina serta sebagai tempat keluarnya urine.
Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), yang menyatakan bahwa penis
mempunyai dua fungsi utama yaitu menyemprotkan semen ke dalam alat reproduksi betina
dan sebagai tempat keluarnya urine karena berhubungan langsung dengan ureter/uretra
sedangkan diujung penis dimana terdapat gland penis yang dialiri banyak pembuluh saraf dan
merupakan tempat ujung saraf.
c. Preputium
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa preputium
merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit abdomen berfungsi
untuk yang membungkus atau menutup ujung penis. Setelah masa pubertas tercapai pada
seekor jantan maka preputium ini akan terbuka yang memungkinkan penis untuk kelus masuk
pada saat ereksi dan relaksasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nuryadi (2000), bahwa
preputeum adalan bagian dari kulit yang membungkus secara sempurna pada ujung bebas
dari penis. Preputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar
merupakan kulit yang agak khas, sementara dalam menyerupai membrane mukosa yang
terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan extremitas bebas dari
penis.
d. Kelenjar Pelengkap
a. Kelenjar Vesikula Seminalis
Dari hasil praktikum, maka diketahui bahwa kelenjar vesikula merupakan sepasang
kelenjar yang mempunyai lobuler, mirip segerombol anggur, berbonggol bonggol. Panjang
kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapi dan babi yaitu berkisar 13 15
cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown (1992),
bahwa kelenjar vesikuler merupakan organ dengan lobulasi kompak. Sel-sel silinders yang
bersekresi mengandung butir lipid kecil dan glikogen dan memberikan reaksi fosfatase alkali
positif. Pada sapi kelenjar-kelenjar tersebut berukuran panjang 10-15 cm dan diameter 2
sampai 4 cm. Pada penyayatan, jaringan kelenjar yang berwarna kekuning-kuningan biasanya
menjendol ke luar dari permukaan sayatan.
Kelenjar ini befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang
tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma. Lebih lanjut diungkapkan oleh
Keiko (2009) bahwa Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic
yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi substansi lain di mana saja pada tubuh.
Campuran campuran anorganik ini di antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan
sumber energi utama bagi spermatozoa sapi.
b. Kelenjar Prostata
Dari tabel pengamatan dapat terlihat bahwa kelenjar prostat pada ternak bervariasi
dari segi ukuranya. Pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi Brahman
abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi Brahman
normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar prostat berdekatan
dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna yang kuning kemerah-
merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1977) bahwa bagian luar kelenjar prostat
adalah yang hampir mengitari seluruh uretra pelvis didaerah kolikulus seminalis, dan yang
menutup bagian dorsalnya saja dan berwarna seperti susu. Kelenjar prostate berukuran lebar
2,5 - 4 cm dan tebal 1,0-1,5 cm, dapat dipalpasi per rektal sebagai suatu penonjolan lonjong
melintang pada ujung cranial urethra pelvis. Di dorsal ukurannya mencapai tebal 1,0-1,5 cm,
panjang 10-12 cm, dan tertutup oleh otot urethra.
Kelenjar ini merupakan kelenjar pensekresi cairan yang kental seperti susu yang
tercampur pada semen yang memberikan bau yang khas terhadap semen. Disamping itu
kelenjar ini menghasilkan cairan yang mengandung mineral yang tinggi yang digunakan
sebagai bahan makanan untuk sperma di dalam semen. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salisbury (1985) bahwa Ekskresi kelenjar prostate berupa cairan prostat bersifat encer dan
seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam.
Kelenjar ini merupakan sumber antaglutin yang memberikan bau yang khas terhadap semen
selain itu kelenjar prostat pada sapi juga menghasilkan cairan yang mengandung mineral
dengan kadar yang tinggi
c. Kelenjar Bulbourethalis/Cowpers
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dsapat diketahui bahwa kelenjar
bulbourethalis/cowper terletak di sebelah menyebelah ureter dipelvis yang berfungsi untuk
menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar
pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine, disamping itu cairan kelenjar ini juga
berfungsi untuk menetralisir pH ureter yang akan dilalui semen pada saat ejakulasi. Hal ini
didukung oleh pendapat Anonimd (2009) yang menyatakan bahwa kelenjar bulborethal terdiri
sepasang kelenjar yang terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari
ruang pelvis. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral membersihkan sisa-sisa urine yang ada
dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi.
Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Ukurannya
bervariasi dari masing-masing jenis dan umur ternak akibat perbedaan kemampuan dan
kematangan alat reproduksinya. Kelenjar ini pada sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan
berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5
cm. Namun pada sapi brahman normal kelenjar ini tidak dapat diidentifikasi karena
banyaknya timbunan lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bima (2009) bahwa Kelenjar
cowper terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi
sedikit lebih kecil daripada kelenjar cowper kuda yang berukuran tebal 2,5 sampai 5 cm.
kelenjar tersebut terletak di atas uretra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kelenjar
Cowpers dibungkus oleh jaringan serabut yang tebal, berbentuk lonjong atau bulat telur
berukuran panjang 2,5 cm.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Testes pada hewan jantan berebentuk lonjong dan berwarna putih pucat sampai
kekuningan. Untuk sapi Bali yang normal panjang dan diameter testesnya mencapai 10
cm, sedangkan ukuran testes pada sapi Brahman normal lebih besar dimana panjangnya
14 cm dan berdiameter 18 cm. Testes berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon
kelamin jantan (testosterone)
2. Vas deferens memiliki warna putih kekuningan sampai krem, akibat pembuluh darah
terkadang vas deferens terlihat berwarna kemerah-merahan. Sapi bali yang normal
saluran vas deferensnya memiliki panjang 12 cm dengan diameter 1 cm. Untuk sapi
Brahman normal panjang 21 cm dan diameter 0,5 cm. Sedangkan untuk sapi Brahman
abnormal panjang vas deferens mencapai 23 cm dengan diameter 0,5 cm. Berfungsi untuk
menyalurkan semen dari epididymis menuju ke ampula pada saat terjadi ejakulasi.
3. Ukuran epididymis pada sapi Bali normal yakni panjang caput 5,5 cm diameter 4,5 cm ;
panjang corpus 9 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 4 cm dan
diameter 4,5 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman normal yaitu panjang caput 11
cm ; panjang corpus 14 cm diameter 1 cm sedangkan cauda epididymis panjang 5 cm dan
diameter 4 cm. Ukuran epididymis pada sapi Brahman abnormal adalah panjang caput 8
cm diameter 6 cm ; panjang corpus 14 cm diameter 2 cm sedangkan cauda epididymis
panjang 4,5 cm dan diameter 8 cm. Berfungsi sebagai tempat maturasi, konsentrasi,
transportasi serta penimbunan sperma sebelum diejakulasikan
4. Scrotum merupakan lapisan terluar dari testes atau biasa disebut sebagai pembungkus
testes yang memiliki struktur kulit yang tipis serta banyak mengandung kelenjar keringat
sehingga dapat berfungsi untuk melindungi testes serta mempertahankan suhu testes
5. Gland penis pada sapi memiliki bentuk membulat dan berwarna kekuningan. Glan penis
pada sapi bali normal panjangnya dan diameternya 3,5 cm ; pada sapi Brahman normal
panjangnya 4 cm diameter 3,5 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang
2,5 dan diameter 5 cm. Penis memiliki bentuk yang panjang dan silinder (lonjong). Pada
sapi bali normal panjangnya 64 cm dan diameternya 6 cm ; pada sapi Brahman normal
panjangnya 60 cm diameter 9 cm ; sedangkan gland penis pada sapi ab normal panjang 24
dan diameter 8,5 cm.Penis secara umum berfungsi sebagai orga kopulasi pada jantan.
6. Preputium merupakan kulit tipis atau kalup yang merupakan kelanjutan dari kulit
abdomen berfungsi untuk yang membungkus atau menutup ujung penis.
7. Kelenjar vesikuler befungsi untuk menghasilkan cairan yang mengandung protein yang
tinggi yang digunakan sebagai sumber energi bagi sperma.
8. Kelenjar prostat pada sapi bali normal panjang 3,5 dan diameter 6 cm ; Pada sapi
Brahman abnormal panjang 4,5 dan diameter 5,5 cm sedangkan kelenjar prostat pada sapi
Brahman normal sulit diidentifikasi karena banyaknya timbunan lemaknya. Kelenjar
prostat berdekatan dengan kelenjar vesikuler, berbentuk lonjong serta memiliki warna
yang kuning kemerah-merahan. Berfungsi untuk memberikan bau yang khas terhadap
semen dan serta mengandung mineral yang tinggi yang digunakan sebagai bahan
makanan untuk sperma di dalam semen.
9. Kelenjar Cowpers berfungsi untuk menghasilkan cairan yang akan membersihkan ureter
dari sisa-sisa sekresi kedua kelenjar pelengkap yang lainnya serta dari sisa-sisa urine,
Kelenjar cowpers berbentuk lonjong dan berwarna kemerah-merahan. Kelenjar ini pada
sapi Bali normal panjangnya 1,5 dan berdiameter 1 cm, pada sapi Brahman abnormal
panjangnya mencapai 7,5 dan diameter 4,5 cm.

Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka sebaiknya bahan/sampel organ
yang disiapkan merupakan sampel organ yang telah bersih dari sisa-sisa lemak dan daging
guna efisiensi pemanfaatan waktu yang relatif sangat singkat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2009. Testis. http//www.Google.com. Diakses, 4 Oktober 2009.


Anonimb, 2009. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Jantan. http://peternakanuin. blogspot.com/
2007/12/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-jantan.mht. Diakses, 4 Oktober 2009.

Anonimc, 2009. Galnds Penis. http//glands-penis.htm. Diakses, 4 Oktober 2009.

Anonimd, 2009. Kelenjar Assesoris Jantan. http//kelenjar-assesoris-jantan.html. Diakses, 4


Oktober 2009.

Anonime, 2009. Kelenjar Prostate. http://tianshicenter.blogspot.com/feeds/prostate.


Diakses, 4 Oktober 2009.

Bhima. 2009. Sistem Reproduksi Sapi Termasuk Perbandingan dengan Ruminansia Lainnya
( Domba, Kuda dan Babi ). MIPA FKIP Biologi Universitas
Jambi;http://bhimashraf.blogspot.com/2009/04/archive.407003_8573.html

Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II Edisi Ketiga. UI-Press. Jakarta

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada Univercity. Yogyakarta.

Keiko. 2009. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. http://changes-


theworld.blogspot.com/2009/05

Nuryadi. 2000. Dasar-dasar Reproduksi Ternak. http://changes-theworld.blogspot.


com/2009_05_01_archive.html. Diakses, 07 Oktober. 2009.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Produksi Mutiara. Jakarta.

Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada
Univercity. Yogyakarta.

Toelihere. 1977. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.


.

Diposting 8th April 2012 oleh Itha Puspitasari

1
Lihat komentar

1.

KLINIK APOLLO23 Mei 2017 00.22

Blog yang menarik dan informatif sekali

Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan
Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern
menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil
kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini,Wasir dan Ambeien

Ciri Terkena Penyakit Prostat

Radang Prostat dan Pembengkakan Prostat


Balas

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai