Aids
Aids
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah salah satu penyakit yang termasuk
katagori kronis, yang muncul sehubung dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh masuknya
virus yang di sebut dengan HIV (human immunodeficiency virus). Dalam Bahasa Indonesia
AIDS disebut sindrom cacat kekebalan tubuh (Depkes,1997). Sedangkan menurut Weber (1986)
AIDS diartikan sebagai infeksi virus yang menyebabkan kerusakan parah dan tidak bisa diobati
pada sistem imunitas, sehingga mudak terjadi infeksi oportunistik.
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS.
Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuan Perancis (Institude Pasteur, Paris 1983).
HIV menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia, dapat masuk ke dalam tubuh
melalui pertukaran cairan tubuh. Virus ini secara bertahap membuat daya tahan tubuh semakin
berkurang dan mengarah kepada kematian. Sementara hingga saat ini belum ada vaksin yang
dapat menyembuhkan atau membunuh virus tersebut. Hal ini dapat membuat enderita Aids
mengalami stress yang tinggi, yang jika tidak di intervensi akan berdampak negative bagi
kesehatan sehubungan dengan semakin menurunnya fungsi kekebalan tubuh.
C. Diagnosis HIV/AIDS
Diagnosis ditunjukan dua hal, yaitu keadaan terinfeksi HIV dan AIDS. Diagnosis
laboratorium dapat dilakukan dengan dua metode :
1. Metode Langsung yaitu isolasi virus dari sampel, umumnya dilakukan dengan
menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara
deteksi antigen virus ialah Polymerase Chain Reaction (PCR)
2. Metode tidak langsung yaitu melihat respon zat anti bode spesifik, misalnya
dengan ELISA, immunoflurescent assay (IFA) atau radioimmunoprecipitation
(RIPA)
1. ELISA: sensitivitas tinggi, hingga 98-100%. Biasanya memberikan hasil positif 2-3
bulan sesudah infeksi. Fahulu, hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western
blot. Tetapi sekarang mengggunakan tes berulang dengan tingkat spesifisitas.
2. PCR (Polymerase Chain Reaction). Penggunaan PCR antara lain untuk tes HIV pada
bayi, menetapkan status onfeksi individu yang seronegatif pada keompok risiko
tinggi.
D. Pencegahan HIV/AIDS
Dalam upaya menurunkan risiko terinfeksi HIV, berbagai organisasi kesehatan dunia
termasuk Indonesia menganjurkan pencegahan memalui pendekatan ABCD, yaitu :
Upaya pencegahan juga dilakukan dengan cara memberikan KIE (komunikasi, Informasi,
dan Edukasi) mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat agar tidak melakukan perilaku berisiko,
khususnya ada remaja. Ada lima tingkat pencegahan (Five level prevention) Menurut Level dan
Clark, yaitu:
1. Promosi kesehatan.
2. Perlindungan khusus.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera.
4. Pembatasan cacat.
5. Rehabilitas.
E. Dukungan Sosial
Ada lima bentuk dasar dukungan social yang dapat diberikan dan diterima oleh
individu (Orford, 1992 ; Sarafino, 2006; Sheridan, 1992), yaitu :