Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Perkembangan Keperawatan Komunitas

Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Dunia

Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metodologi yunani, yaitu
Ascleipius daan Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani ada perbedaan penanganan masalah
kesehatan antara Ascleipius daan Hegeia yaitu, menurut Ascleipius, cara penanganan masalah
kesehatan dilakukan setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan menurut
Hegeia, , cara penanganan masalah kesehatan dilakukan dengan hidup seimbang, menghindari
makanan dan minuman beracun, memakan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan
olahraga teratur. oleh karena adanya perbedaan pendapat dari tokoh metodologi Yunani tersebut,
muncul 2 aliran penanganan masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a. Kelompok 1

Kelompok ini cenderung menunggu terjadinya penyakit atau setelah terjadinya penyakit.
pendekatan ini disebut dengan pendekatan kuratif. kelompok tersebut terdiri atas dokter,
psikiater, dan praktisi lain yang melakukan perawatan atau pengobtan penyakit baik fisik
maupun psikologis.

b. Kelompok 2

Kelompok ini cenderung melakukan upaya pencegahan penyakit sebelum terjadinya


penyakit. kelompok ini antara lain adalah perawat komunitas.

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai
pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia. Perkembangan keperawatan diawali pada :

1
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang
ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri
keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang
masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistik yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-
pohon besar dan gunung-gunung tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-
dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan
dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan
adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat
ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien.
Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin
agama.
3. Zaman Masehi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu
banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes


yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.

2
4. Pertengahan abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring
dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan
keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
5. Abad VII Masehi

Di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene
dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan
seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan
yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
6. Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah
ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan
adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga
perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
1. Mulai dikenal konsep P3K
2. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan:
- Hotel Dieu di Lion

Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

3
- Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.
- ST. Thomas Hospital (1123 M)

Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara
Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang
bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian
Florence dijuluki dengan nama The Lady of the Lamp.
7. Perkembangan keperawatan di Inggris

Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami
perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka
sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
1. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
2. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
3. Manajemen RS
4. Mengembangkan pendidikan keperawatan
5. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
6. Pendidikan berlanjut bagi perawat.

Sejarah danPerkembangan Keperawatan di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan


Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu


pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial

4
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.

Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah
membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan
rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.

2. Masa Penjajahan Inggris (1812 1816)

Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara
lain:
1. pencacaran umum
2. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3. kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih


maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 1942
berdiri rumah sakit-rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST
Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia


keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah

5
4. Zaman Kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK (Program
Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru
seperti di Undip, UGM, UNHAS dll

1.2 Perbedaan Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Klinik

Perbedaan pelayanan keperawatan komunitas dan keperawatan klinik atau rumah sakit
terdiri dari 5 aspek yaitu :

Tempat kegiatan
Pada keperawatan komunitas tempat kegiatannya berada di puskesmas, rumah,
sekolah, perusahaan-perusahan, panti panti, sedangkan pada keperawatan klinik tempat
kegiatannya berada bangsal rumah sakit, dan perawatan klinik.
Tipe-tipe klien yang dilayani
Pada keperawatan komunitas tipe - tipe klien yang dilayani yaitu orang sehat,
orang sakit dan orang meninggal. Sedangkan pada keperawatan klinik tipe - tipe klien
yang dilayani yaitu orang sakit dan orang meninggal.
Ruang lingkup pelayanan
Pada keperawatan komunitas ruang lingkup pelayanan yaitu promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, resosiasi. Sedangkan pada keperawatan klinik ruang lingkup
pelayanan yaitu kuratif dan rehabilitatif.
Fokus atau perhatian utama
Pada keperawatan komunitas fokus atau perhatian utamanya yaitu peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Sedangkan keperawatan klinik fokus atau perhatian
utamanya yaitu rasa aman selama sakit.

6
Sasaran pelayanan
Pada keperawatan komunitas sasaran pelayanannya yaitu individu, keluarga,
kelompok khusus, masyarakat. Sedangkan pada keperawatan klinik sasaran pelayanannya
yaitu individu.

1.3 Trend dan Issue dalam Keperawatan Komunitas

Masalah kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada transisi epidemiologi dari
penyakit menular ke penyakit kronis secara degeneratif. Kondisi tersebut disebabkan oleh
perubahan struktur pendidikan dan gaya hidup. Perubahan tersebut menyebabkan pola
konsep pelayanan kesehatan berubah yang awalnya masyarakat mendatangi rumah sakit
untuk berobat dan sekarang sudah ada puskesmas yang menjadi tujuan utama masyarakat
untuk berobat. oleh karena itu, paradigma bahwa rumah sakit adalah tempat paling
pentingdalam perawatan sudah mulai berubah menjadi perawatan di rumah atau home care.

Home care merupakan penyediaan pelayanan profesional perawat bagi klien dan
keluarganya dirumah untuk menjaga kesehatan edukasi, penyakit, diagnosis dan penanganan
penyakit, terapi paliatif dan rehabilitatif. Menurut Depkes home care merupakan pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu
ditempat tinggal mereka, mempertaahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat penyakit. Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Departemen Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar nasional homecare merupakan
sintesis dari pelayanan kesehatan komunitas dan keterampilan teknis keperawatan klinis yang
berasal dari spesialisasi keperawatan tertentu.

Tujuan Home Care yaitu :

a. Terpenuhinya kebutuhan dasar bagi klien secara bio, psiko, sosio, dan spiritual.
b. Meningkatnya kemandirian klien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
c. terpenuhinya pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai dengan kebutuhan klien.

7
Menurut Triwibowo, 2012 manfaat Home Care yaitu :

a. Layanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif.


b. Pelayanan lebih profesional.
c. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan dibawah naungan legal etik
keperawatan.
d. Kebutuhan klien akan dapat terpenuhi sehingga klien akan lebih nyaman dan puas dengan
asuhan keperawatan yang profesional.

1.4 Peran dan Fungsi Perawat Komunitas

A. Peran Perawat

a) Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan


Peran ini ditujukan kepada individu keluarga berupa asuhan keperawatan untuk
masyarakat secara utuh serta berkesinambungan yang dapat diberikan secara langsung
maupun tidak langsung berbagai tatatanan kesehatan seperti puskesmas, ruang rawat inap
puskesmas, puskesmas keliling, panti, keluarga dan lainnya.
b) Peran sebagai pendidik (Edukator)
Peran ini menuntut perawat untuk memberikan penkes kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan dimasyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanmkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
c) Peran sebagai konselor
Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha
memecahkan masalah secara efektif. pemberian konseling dapat dilakukan dengan
melibatkan individu, keluarga dan masyarakat.
d) Peran sebagai panutan (Role model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam
bidang kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

8
e) Peran sebagai pembela (Advokat)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas.
pada tingkat keluarga perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial
yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak hak klien.
f) Peran sebagai manager kasus
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
g) Peran sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lainnya
dalam katanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi
atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilaksanankan
h) Peran sebagai penemu kasus (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i) Peran sebagai perencana tindak lanjut
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan
di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. perencanaan ini dapat diberikan kepada
klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

9
B. Fungsi Perawat
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang
diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer ke perawat pelaksanan

3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di
antara tim satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya,
seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.

10
BAB II

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Keperawatan komuitas berdiri dari adanya kelompok keperawatan komunitas yang sudah
di bentuk oleh bangsa Yunani sampai masuk ke Indonesia pada jaman penjajahan. Dari
penjajahan yang ada di Indonesia sampai mengalami perkembangan yang pesat sampai saat ini,
salah satunya Homecare sebagai keperawatan komunitas.

Peran perawat komunitas yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, educator, role
model, case manajer, find manajer, kolaborator, dan sebagai advokat. Sedangkan Fungsi dari
perawat komunitas itu sendiri yaitu Pertama, fungsi Independen yaitu perawat secara mandiri.
Kedua, fungsi dependen yaitu perawat bekerja atas perintah tenaga kesehatan lain dan ketiga
fungsi Interdependen yaitu perwat bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya.

2.2 Saran

Saya setuju dengan trend yang sudah ada saat ini seperti pembangunan puskesmas,
puskesmas pembantu, posyandu dan pelayanan kesehatan lainnya yang dpaat di manfaatkan
masyarakat sehingga masyarakat tidak harus berobat ke Rumah sakit lagi yang kadang jauh dari
tempat pemukiman mereka serta waktu yang juga lama untuk mengantri mendapatkan pelayanan
kesehatan. Namun sebaiknya, pada pelayanan kesehatan yang berada dikampung atau perdesaan
yang terpencil, fasilitas kesehatan hendaknya rata dengan fasilitas yang didapatkan oleh
kampong lainnya sehingga masyarakat bisa juga menikmati fasilitas tersebut agar mereka tidak
perlu jauh-jauh untuk berobat untuk mendapati fasilitas yang lengkap.

11

Anda mungkin juga menyukai