b. Perhitungan
massa sampel yang diperoleh
Rendemen = 100%
massa awal sampel
0,522 gram
= 100%
5 gram
= 10,44 %
Hasil
Perlakuan Hasil
Biji pala 5 gram + 50 mL diklorometana
Residu
Filtrat + diuapkan
+ 10 mL aseton
O
O
O CH3
O O
CH3
Trimistin dapat diisolasi dari biji pala dengan menggunakan metode refluks yang
dilanjutkan dengan filtrasi dan rekristalisasi. Tahap awal untuk mengisolasi trimistin dari biji
pala ini adalah menggunakan metode refluks. Tahap ini dimulai dengan melarutkan biji
sebanyak 5 gram kedalam diklorometana. Diklorometana akan melarutkan trimistin yang
terkandung dalam biji pala. Hal ini karena diklorometana bersifat non polar sehingga dapat
melarutkan trimiristin yang juga bersifat non polar, setelah keduanya bercampur maka
dilanjutkan dengan proses perefluksan yang bertujuan agar biji pala dan diklorometana
tercampur sempurna. Perefluksan ini dilakukan dengan cara memanaskan campuran dalam
labu alas bulat yang dihubungkan dengan kondensor refluks. Pemanasan ini dilakukan
dengan men-set pemanas serendah mungkin, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penguapan trimiristin tetapi hanya pelarutnya saja yang menguap. Sesuai dengan prinsip
refluks, uap diklorometana yang terbentuk akan didinginkan oleh kondensor refluks dan
mengembun. Embun dari uap diklorometana ini akan kembali lagi ke labu alas bulat sehingga
dalam proses ini tidak ada senyawa yang hilang. Proses refluks ini menyebabkan trimiristin
terekstrak dari biji pala oleh pelarut diklorometana. Proses refluks ini membutuhkan waktu
30 menit.
Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Filtrasi ini dilakukan untuk memisahkan residu yang
berupa ampas biji pala dengan filtrat yang berwarna kuning. Hasil filtrat diletakkan pada
erlenmeyer 100 mL. Dibilas kembali padatan yang ada pada kertas saring dengan 5 mL
dikolorometana. Filtrat yang dihasilkan ini merupakan diklorometana yang mengandung
ekstrak trimistin. Filtrat ini kemudian diuapkan di atas titik didih diklorometana. Hal ini
dilakukan agar diklometana menguap sehingga pelarut hilang dari filtrat tersebut dan yang
tersisa adalah ekstrak trimiristin. Trimiristin tidak ikut menguap dalam proses penguapan ini
karena titik didihnya yang tinggi. Penguapan tersebut dilakukan hingga filtrat yang tersisa
setengah dari jumlah awal. Larutan berubah dari warna kuning menjadi coklat.
Percobaan dilanjutkan dengan proses rekristalisasi, sebelum dilakukan proses tersebut
pelarut didinginkan sebentar. Proses rekristalisasi ini bertujuan untuk memurnikan trimiristin.
Pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi ini adalah aseton. Aseton ditambahkan
sebanyak 10 mL. Aseton digunakan sebagai pelarut rekristalisasi karena aseton tidak akan
bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan dan hanya akan bereaksi dengan zat pengotornya,
selain itu titik didih dari aseton rendah, sehingga mempermudah pengeringan kristal senyawa
yang dimurnikan. Penambahan aseton ini menyebabkan warna dari larutan menjadi kuning
kembali. Proses rekristalisasi ini dilakukan dengan mendinginkan filtrat yang telah
bercampur dengan aseton dalam ice bath. Hal ini dilakukan untuk mempercepat penurunan
suhu sehingga mempermudah pembentukan kristal. Kecepatan penurunan suhu akan
berpengaruh pada ukuran yang kristal yang terbentuk. Berdasarkan literatur (Austin, 1986),
apabila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat
daripada kecepatan pertumbuhan krtistal, sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh dan
banyak, sebaliknya, jika penurunan suhu berjalan secara perlahan maka pertumbuhan kristal
akan lebih cepat daripada pertumbuhan inti kristal sehingga kristal yang terbentuk berukuran
besar. Ukuran kristal yang dihasilkan dalam percobaan kali ini berukuran kecil, sehingga
kemungkinan penurunan suhunya berlangsung secara cepat. Kristal yang telah terbentuk
kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring yang sudah ditimbang. Penyaringan
ini dilakukan untuk memisahkan kristal dari komponen yang lain. Residu yang dihasilkan
dari proses penyaringan ini merupakan kristal trimiristin sedangkan filtratnya merupakan
campuran aseton dan pengotor. Kristal dari trimiristin berwarna putih, sedangkan
pengotornya berwarna kuning bening. Residu yang merupakan kristal trimiristin ini
kemudian dikeringkan dengan oven. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan sisa pelarut
yang terdapat dalam residu, sehingga kristal benar-benar kering. Massa kristal trimiristin
murni setelah proses pengeringan ini adalah sebesar 0,522 gram. Berdasarkan literatur,
kandungan trimiristin dalam biji pala sekitar 25%, sehingga kandungan trimiristin untuk 5
gram biji pala seharusnya adalah 1,25 gram. Perbedaan kandungan trimiristin yang didapat
dari percobaan dengan literatur kemungkinan disebabkan oleh adanya trimiristin yang tidak
terisolasi oleh diklorometana saat proses perefluksan, sehingga massa trimiristin yang didapat
lebih kecil daripada massa yang seharusnya didapatkan. Persen rendemen yang didapat dari
percobaan kali ini adalah 10,44%. Kristal trimiristin yang didapat selanjutnya diuji titik leleh.
Titik leleh trimiristin yang dihasilkan dari percobaan sebesar 51. Titik leleh trimiristin
secara teori adalah 54 oC-55 oC. Perbedaan titik leleh tersebut karena pada trimiristin
percobaan tingkat kemurniannya masih terdapat pengotor, sehingga pengotor tersebut akan
mempengaruhi titik leleh dari senyawa tersebut dan menyebabkan perbedaan titik leleh antara
trimiristin secara teori dan secara percobaan.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan isolasi trimiristin dari biji pala yaitu cara isolasi zat ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah refluks. Teknik ini dilakukan
dengan cara mendidihkan cairan dalam wadah. Wadah tersebut kemudian disambungkan
dengan kondensor sehingga cairan terus menerus kembali ke dalam wadah yang sudah
disediakan untuk mendapatkan trimiristin murni dengan pelarut yang tepat, kemudian larutan
didinginkan untuk membentuk kristal yang akan mempermudah untuk memisahkannya
dengan larutan. Persentase rendemen trimiristin adalah 10,44 %, dan titik lelehnya adalah 51
Referensi
Cahyono. 1991. Kamus Kimia. Bandung: Ganesha.
Fieser, Louis. 1957. Experiment in Organic Chemistry 3nd edition. Boston: D.C. Health and
Company.
Pramono, 2012. Laporan Isolasi Trimiristin dari Buah Biji Pala. Surakarta : UNS
Tim Kimia Organik. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember.
Widiastuti, Widi. 2011. Laporan Isolasi Trimistin Dan Asam Miristat Dari Biji Pala.
Banjarmasin : FKIP Kimia UNLAM
Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd edition. Prentice Hall : New Jersey.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya pemanasan dilkukan lebih lama, agar
didapatkan rendemen trimiristin yang murni tidak ada pengotor dan sesuai dengan literatur.
Proses penguapan pelarut harus dilakukan secara hati-hati agar tidak tumpah, dan proses
penguapannya harus diset rendah agar trimiristinnya tidak ikut menguap juga.
Nama Praktikan
Hilda Shahra 141810301047