Anda di halaman 1dari 67

UJI TOKSISITAS

Uji Toksiksitas
l Untuk mengetahui nilai/angka yang menimbulkan efek
merugikan bagi manusia

l Paparan populasi hewan uji di Laboratorium terhadap


suatu senyawa spesifik pada dosis terukur pada kondisi
terkendali.

l Lama dan mahal

l Hasil kebijakan umum untuk: pencemaran, bahaya


terhadap kesehatan lingkungan atau pekerja
Dose - Respons
l Letal Dose LD50: 50% hewan uji mati

l Spesies berbeda respons berbeda, karena: ukuran tubuh, fisiologis


dan metabolisma

l Spesies berhubungan dekat: Hamster 5000 x lebih tidak sensitif thd


dioxin dibandingkan guinea pig

l 226 senyawa bersifat karsinogenik terhadap tikus dan mencit 95


yang menyebabkan kanker terhadap spesies yang satu tetapi tidak
bagi spesies lainnya
Hewan Uji

Daphnia

Mencit

Cyprinus carpio
Risk Assessment and Management
Iden%kasi Bahaya
l Evaluasi seluruh informasi tentang efek
toksin untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa senyawa kimia akan menimbulkan
efek pada manusia.

l Sumber informasi:
Studi pada manusia (laporan dokter)
Studi pada hewan uji
Analisa Paparan
l Perkiraan atau penentuan:
besaran, frekuensi, durasi dan rute paparan
DOSE RESPONS CURVE
DOSE RESPONS CURVE
Dosis - Respons

RfD: Reference Dose: Dosis dimana paparan harian tdk akan menimbulkan
resiko merugikan selama hidup manusia

NOAEL: Non Observed Adverse Efect Level scr statistik tdk


menimbulkan efek merugikan

LOAEL: Lowest Observed Adverse Effect Level dosis terendah yg scr


statistik menimbulkan efek

9/28/14 Dwina Roosmini 10


Sumber: Cunningham, 2008
Tingkat Toksisitas dan LD rata2 utk
manusia
Dosis letal rata2
Tingkat Toksisitas LD50 (mg/kg BB) Contoh
(BB 70 kg)
Gas (syaraf), toksin
Super toksik < 0,01 < 1 tetes botulism, toksin jamur,
Dioksin
Potasium Sianida, Heroin,
Ekstrim Toksik <5 < 7 tetes atropine, parathion,
nicotine
Garam merkuri, morfin,
Sangat Toksik 5 50 7 tetes 1 sendok teh
codeine
Garam Pb, DDT, NaOH,
Toksik 50 500 1 sendok teh 0,03 L
H2SO4, Kafein
Metil alkohol kayu, eter,
Toksik moderat 500 5000 0,03 L 0,47 L phenobarbitol,
amphetamin, aspirin
Sedikit toksik 5000 15000 0,47 L 0,95 L Etil alkohol, Lisol, sabun
Tidak toksik > 15000 > 0,95 L Air, gliserin, gula putih
Penentuan Kebijakan Kesehatan
Dalam menentukan standard untuk toksin di lingkungan perlu
mempertimbangkan:

l Efek kombinasi akibat paparan dari berbagai sumber

l Perbedaan sensitivitas dari anggota populasi

l Efek kronik atau akut

l Efek terhadap tumbuhan, hewan dan organisma lain dalam


lingkungan
Kandungan Pb pada darah

Sumber: Cunningham, 2008


Paracelcus

l The dose makes the


poison
l Garam meja
Diperlukan oleh tubuh
sedikit
Banyaksakit
Pendahuluan
l Uji toksisitas dapat dilakukan dengan 2 cara :

a)Kualitatif
Biasanya dilakukan atas dasar gejala
penyakit yang timbul
Akibat tidak spesifiknya gejala/penyakit
akibat keracunan (tidak ada/belum
didapat gejala yang khas /
pathognomonik bagi setiap keracunan

b)Kuantitatif
Uji toksisitas
Uji toksisitas terhadap hewan
uji
Kuantitatif Penelitian epidemiologi

2 Cara

Kualitatif Berdasar atas gejala yang


timbul
Respon tubuh terhadap racun
tidak spesifik karena belum
ada yang khas (Pathognomonik)
Uji Kualitatif
Gejala Keracunan & Penyebabnya
Gejala Penyebab
Fibrosis SiO2, Fe, Asbest, CO, Co, dll
Granuloma Be, Bakteri, Fungi,dll
Demam Mn, Zn, Co, Pb, dll
Alergi Ni, TDI, Cr, berbagai zat organik, dll
Asfiksia CO, H2S, CO2, SO2, NH3, CH4
Mutagenesis Radiasi pengion, benzene, metil Hg
Karsinogenesis Aminodifenil, Asbest, benzidine, vinilkloroda
Teratogenesis As, F, metil Hg, TEL, benzene
Keracunan sistemik* Pb, Cd, Hg, F, Va, P, Bo, Ti, TEL
*) keracunan sistemik, dengan racun yang sengaja dibuat untuk meningkatkan ekonomi,
disebut racun ekonomi (pestisida)
Granuloma (Be)
Fibrosis
Teratogenesis
Hewan Manusia
Analisis Kuantitatif

Sebelum melakukan uji kuantitatif :

Kenali sifat kimia-fisika xenobiotik

Penting !!!

Untuk menentukan :
Portal entri dalam uji toksisitas
Hewan uji yang akan digunakan
Analisis Kuantitatif

l Dapat berupa :
Uji toksisitas di laboratorium terhadap hewan uji
Penelitian epidemiologi
l Tujuan :
Mencari dosis yang aman bagi manusia
Mencari kriteria untuk standarisasi kualitas
lingkungan
Melakukan pencegahan dan/atau pengobatan dengan
lebih baik lagi
Analisis Kuantitatif
Istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat:
l Dosis Letal (LD)
Jumlah zat yang betul betul masuk ke dalam tubuh organisme
uji yang menyebabkan respons berupa kematian organisme uji
Untuk mencari dosis aman
" " menggunakan LD50 (dosis yang mematikan 50% organisme
"" uji)

l Konsentrasi Letal (LC)


Konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organisme yang
menyebabkan respons berupa kematian organisme uji
Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang
boleh ada di lingkungan
Analisis Kuantitatif
Istilah toksisitas yang lain
untuk menentukan dosis aman :
l NOEL (no observed effect level)

l NOAEL (no observed adverse effect level)


Analisis Kuantitatif
Penting untuk mengenal rantai makanan :

l Tujuan :
"Memprediksi perginya
racun apabila racun
memasuki lingkungan Uji toksisitas
tertentu dilakukan
berurutan dengan
zat yang terakumulasi di melihat tingkat
dalam organisme tentunya trofis organisme uji
akan terakumulasi pula di
organisme dengan tingkat
trofis yang lebih tinggi
Analisis Kuantitatif
l Gambar Rantai Makanan, Ukuran dan Tingkat Trofis
Uji Toksisitas
lTujuan
:
" Menilai efek akut, sub akut & kronis

lUji
dilakukan berdasarkan waktu
" Merupakan kendala utama

l3 (tiga) kelompok uji toksisitas :

1) Uji Akut / Uji Tingkat I Uji jangka pendek

2) Uji Sub kronis / Uji Tingkat II

3) Uji Kronis / Uji Tingkat III


"
Tahun
0 LD50, LC50, dermal dan iritasi mata
Uji mutagenisitas/karsinogen tk. 1
Sensitivitas kulit
Uji 90 hari tikus, mencit
1-
Metabolisma/farmakokinetika pada hewan

Skema 2- Teratologi

Uji Toksisitas
Uji mutagenisitas/karsinogen tk. 2
Secara lengkap :
Studi 90-180 hari pada anjing atau monyet
3-

Reproduksi
4-
Toksisitas kronis-tikus, mencit

5- Uji mutagenitas tk 3

6-
Uji Tingkat I
Terdiri atas :
Uji dosis-respons untuk mencari LD/LC dan kemungkinan
kerusakan berbagai organ
Uji iritasi mata dan kulit
Screening pertama terhadap mutagenisitu (SAL, MOLY, ABS
dan SCE)

l SAL = Ames Salmonella/microsome mutagenesis assay


l ABS = Assay for chromosome abberation
l SCE = Sister chromated exchange induction
l MOLY = Mouse lymphoma L5178Y cell mutagenesis assay
Uji Tingkat I
Uji Dosis Respons untuk mencari LD/LC :

l Dilakukan sesuai :
sifat fisis kimiawi xenobiotik,
pemilihan organisme (derajat rendah) yang paling relevan
berdasarkan portal entri

l Lama pengujian : 24 96 jam

l Tahapan :
Tahap I :
untuk perkiraan kasar letak rentang dosis LD/LC 50/100 yang
dicari dengan cara Least Square atau Metode Probit
Uji LD 50
Uji LC50
Uji Tingkat I

Uji Iritasi Mata & Kulit :

l Dikenal sebagai : Draize Test


l Uji iritasi mata :
zat yang akan diuji dimasukkan pada salah satu matanya, mata
yang lain sebagai kontrol
Jenis hewan uji : kelinci albino
Waktu pemantauan : setelah 24 jam, 48 jam & 96 jam

Hasil dinilai dari gejala yang timbul pada mata :


edema, kekeruhan kornea, reaksi terhadap cahaya, pelebaran
vaskuler dan kemerahan
Uji Tingkat I

Uji Iritasi Kulit :

l Bisa dilakukan langsung pada kulit


l Tujuan :
Untuk mencari iritasi primer, sensitisasi kulit, foto-toksisitas dan foto
sensitisasi

A. Uji iritasi primer : B. Uji sensitisasi kulit :


dilakukan pada kulit punggung, kulit telinga untuk mengetahui apakah xenobiotik
atau mencelupkan seluruh tubuh hewan ke menggangu sistem imunitas
dalam cairan uji (2 uji terakhir sudah tidak
hewan uji : mencit (guinea pig)
digunakan lagi)
hewan uji diberi xenobiotik 3 hari sekali
hewan uji : kelinci albino
selama 2 minggu, dengan selang
evaluasi : setelah 24, 48 & 96 jam istirahat 2minggu
skor keparahan secara numerik evaluasi : setelah 24, 48 & 96 jam
Uji Tingkat I

Uji Iritasi Kulit :

C. Uji Fototoksiti & D. Uji Mutagenisitas :


Fotosensitisasi: dilakukan dengan uji SAL, ABS, SCE & MOLY
untuk melihat efek dari SAL (Ames test)
kombinasi xenobiotik dengan bersifat reverse mutation test
cahaya, terutama sinar UV hewan uji : Salmonella typhumurium
merupakan modifikasi dari uji Uji essei untuk aberasi kromosom :
sebelumnya (setelah aplikasi Uji ABS, SCE & MOLY
xenobiotik, dilakukan penyinaran mekanisme aberasi setiap test berbeda
dengan UV) yang dicari : - kromosom terputus (breaks),
- terjadi pertukaran antar bagian
hewan uji : mencit (guinea pig); kromosom (sister chromatid)
kelinci albino hewan uji : sel hidup sel sumsum tulang tikus,
evaluasi : setelah 24, 48 & 96 jam sel limfosit tikus penderita kanker,dsb
Uji Tingkat I
Uji akut dan kronis telah
terlaksana dalam tahun ke-1
tidak dapat mewakili
uji jangka panjang
uji ini dilakukan pada sel
derajat rendah PENTING !!!

Terutama jika data uji


akan diekstrapolasikan
pada manusia
Uji Tingkat II
l Mewakili uji subkronis

l Waktu essei :
Aplikasi pada kulit : 30 hari
Studi inhalasi : 30 90 hari
Uji oral : 90 hari

l Tujuan : mendapatkan nilai NOEL atau NOAEL, dst

l Dosis yang diujikan divariasikan 3-4 variasi :


Dosis tinggi menyebabkan kematian
Dosis ringan menunjukkan NOEL
l Hewan uji : tikus, anjing atau kera ; (jantan : 10-20 ekor & betina : 10-20 ekor
pada setiap level dosis yang diberikan)
l Observasi yang dilakukan terhadap:
setiap organ tubuh, mortalitas, morbiditas, mata, konsusmsi
makanan, berat badan, respons neurologis, perilaku tidak normal,
respirasi, elektro kardiogram (EKG), elektro-encefalogram (EEG),
hematologi, biokimia darah, analisis urin & tinja, kerusakan orgn
makroskopis
Uji Tingkat II
Tujuan Observasi yang dilakukan :
l Skrining kedua terhadap mutagenisiti

l Uji teratologi & uji reproduktif

l Uji farmakokinetik

l Uji perilaku

l Uji interaksi, seperti sinergisme, antagonisme dan


aditivisme
semuanya diselesaikan dalam waktu dua-setengah tahun
Uji Tingkat III/Uji Kronis
l Dilakukan dalam jangka panjang
l Mewakili separuh usia hidup hewan uji, bahkan lebih dari satu
generasi
l Yang dilihat: rentang dosis yang menyebabkan efek ringan dan
berat
Bila rentang sempit zat berbahaya
Bila rentang lebar zat tidak/kurang berbahaya
Contoh:
- Rentang CO: (100 250) mg/m3
- Rentang kafein: (100 mg 10 gr)/m3
kafein dianggap kurang berbahaya
l Uji terpenting: Uji karsinogenitas, teratogenitas & reproduksi
Uji Tingkat III/Uji Kronis
Tujuannya untuk menguji :
l Mutagenisiti pada mamalia
l Karsinonegisiti pada tikus selama 2 tahun
l Farmakokinetika pada manusia bila relevan
l Klinis pada manusia
l Data epidemiologis untuk efek terhdap eksposur akut dan
kronis
l Pengujian suatu zat, tergantung pada penggunaannya
dan kemungkinan eksposur yang dapat diterima manusia/
masyarakat
Uji Tingkat III/Uji Kronis

l Dalam uji tingkat III: l Uji teratogenitas:


Cari spesies yang cukup pada mamalia & jenis
sensitif
pakis/ ferns
Ambil spesies dengan
mutasi spontan yang
moderat (1,5%) l Uji karsinogenitas:
pada mamalia
Uji Mutagenisitas: (jantan & betina)
l Mendasari semua proses
perubahan genetik
l Hasil akhir: mutasi pada
sel genetik terjadi mutan
pada berbagai fase
pertumbuhan dan berbagai
sel somatik terjadi portal entri
kanker
Sel embrio terjadi
monster atau cacat bawaan
Organ Diperiksa Secara Patologi
pada Uji Subkronis& Kronis
Adrenal Laring Kelenjar ludah
Sumsum Tulang, Hati Saraf skiatika
Tulang Paru-paru, bronkhi Vesika seminales
Caecum
Kelenjar limfe Kulit
Colon
Duodenum Kelenjar susu Limpa
Esofasgus Rahang bawah Saraf spinales
Mata Ronga hidung Lambung
Kandung empedu Indung telur Testes
Ileum/usus halus
Paratiroid Otot paha
Jejunum/usus halus
Ginjal Pituitari Timus
Prostat Kandung kencing
Rektum Uterus, dll
Uji Toksisitas & Rantai Makanan
l Hakekat uji toksisitas: berdasarkan uji pada taraf trofis dari
yang terendah sampai yang tertinggi

l Hewan uji dari berbagai tingkat trofis berbeda dengan lokasi


geografis dipilih atas dasar hewan dan/atau tanaman yang
ada

l Contoh hewan uji:


Untuk perairan: dapat dilihat di buku Standard Method for the
Examination of Water & Waste Water (APHA, 1975)

Untuk toksin terestrial: digunakan hewan mulai dari cacing (Eiseina


foetida), sampai mamalia seperti tikus, anjing, kera, dll.
Contoh Rantai Makanan
Contoh Rantai Makanan
NIlai LD50 Untuk Cypermetrin Pada
Berbagai Hewan Uji (tidak sama)

Hewan Uji LD50 (mg/kg)


Tikus besar (rat) 251
Tikus 8
Hamster Siria 400
Hamster Cina 203
Anak Sapi 500
Anak Babi 142-284
Kambing >600
Anatomi
Anatomi

l Luas permukaan hewan

Metabolisme :
l

Semakin besar hewan proporsi makan semakin


kecil
PENTING !!
lKarakteristik membran antara otak dan
sirkulasi
Contoh : Dalam
- Membran hamster sulit ditembus DDT interpolasi
LD50 oral : 5000 mg/kg BB dosis aman
bagi manusia
- Membran mencit mudah ditembus DDT
- LD50 oral : 100-200 mg/kg BB
Fisiologi / Faal
l Tumbuhan hijau :
dapat berfotosintesa & tidak mempunyai syaraf

l l Tumbuhan
Hewan hijau
petelur : :
(itik)
C dapat
biasa berfotosintesa
mengerami & tidak
telurnya mempunyai
dalam keadaan syaraf
relatif puasa
l Hewan
dalampetelur
fungsinya:
(itik)berat
: badan itik betina akan turun dengan 25 30%
O lemak
biasa yang
mengerami telurnya dalam
ada digunakan untukkeadaan relatif
keperluan puasa
energinya
terjadi
dalampelepasan
fungsinya :insektisida
berat badandari
itik lemak,
betina akan
masukturun dengan
sirkulasi 25 30%
dan
kemungkinan
lemak yang ada itikdigunakan untuk keperluan
akan keracunan dan mati energinya
N terjadi pelepasan insektisida dari lemak, masuk sirkulasi dan
kemungkinan itik akan keracunan dan mati
T l Hewan berdarah dingin :
enzim biotransformasinya mempunyai aktivasi yang rendah
O sehingga insidensi kanker pada ikan rendah (karsinogen perlu enzim
biotransformasi untuk membentuk metabolit yang karsinogenik)
H
l Kelinci :
mempunyai enzim atropin esterase tidak peka terhadap atropin
jika dipakai sbg hewan uji untuk atropa belladona tidak timbul efek
Spesies
Kepekaan spesies terhadap
karsinogen berbeda-beda

Contoh

l Ca paru-paru PAH + enzim biotransformasi (aril


hidrokarbon hidroksilase) akan membentuk metabolit
yang karsinogenik
l Bakat alergi dan lain-lain penyakit tergantung dari spesies
l Mutasi spontan pada berbagai spesies hewan akan
berbeda-beda
dalam uji karsinogenisitas biasanya diambil
bakat mutasinya yang sedang saja
Respons
l Respons yang dilihat :
respons sangat ringan sampai pada yang parah (kematian)

l Yang penting :
respons dapat diukur secara kuantitatif
Respons yag diteliti akan memperlihatkan korelasi matematis
yang konsisten
Terdapat variasi respons antar spesies
l Respons yang sering dilihat : kematian
karena kesulitan dalam menentukan hewan uji mati atau
immobil saja
perhatikan periode waktu observasi sehingga waktu terjadi
kematian diketahui
Perioda Eksperimen
l Periode eksperimen : jam, hari, minggu dan tahun
ada uji jangka pendek (Short Term Test/STT)
ada uji jangka panjang (Long Term Test/LTT)
l Perhatikan juga :
interval waktu eksposur,
konsentrasi zat pemapar,
lamanya observasi setelah dipapari

PENTING
dalam perhitungan
mencari dosis aman
Faktor yang mempengaruhi toksisitas
suatu xenobiotik :

l Komposisi kimiawi fisis suatu zat


l Konsentrasi, jenis eksposur, lamanya eksposur, sringnya
eksposur, dll
l Status imunologis seseorang, status nutrisi, status
hormonal, usia, jenis kelamin, kesehatan atau penyakit yang
diderita
l Faktor lingkungan seperti suhu, tekanan partial, wujud
media transmisi seperti air, udara atau padatan, adanya zat
kimia-fisika lain. Metoda handling xenobiotik, peralatan
keamanan yang digunakan, dll.
Interaksi
l Interaksi yang dapat terjadi :
Interaksi Kimia
Interaksi karena reaksi kimiawi yang menimbulkan senyawa baru
yang bersifat lebih toksis
Interaksi Biologis
interaksi yang terjadi dengan tubuh organisme yang menimbulkan
efek berlebih maupun berkurang
l Interaksi sangat dipengaruhi oleh dosis xenobiotik
l Interaksi antar xenobiotik dapat menimbulkan efek :
Aditif
Sinergistik
Antagonistik
Interaksi Interaksi Sinergistik
Interaksi Aditif l Terjadi apabila efek kombinasi dua atau
lebih xenobiotik memberikan efek yang
l Terjadi apabila efek lebih dari pertambahan masing-masing
kombinasi dua atau zat
lebih xenobiotik
merupakan l Dapat terjadi apabila :
pertambahan dari efek - xenobiotik memberikan efek
masing-masing zat pada organ yang sama
l Dapat terjadi apabila - salah satu zat tidak tidak
mekanisme efek sama, menimbulkan efek bila diberikan
identikal, ataupun sendiri, tetapi dapat meningkatkan
berbeda efek daripada zat lain
l Misalnya : 2 jenis l Misalnya : etanol yang meningkatkan
organofosfat diberikan toksisitas karbon tetraklorida atau
serentak kloroform terhadap hati
terjadi efek aditif
Interaksi
Interaksi Antagonistik :
l Terjadi apabila dua atau lebih kombinasi zat menimbulkan efek
yang kurang dari pertambahan masing-masing zat

l Dapat terjadi apabila :


Zat yang satu menetralisasi efek zat yang lain
Terjadi reaksi kimiawi antar zat dan menimbulkan senyawa baru
yang krang toksik
Terjadi efek yang memodifikasi reaksi dengan enzim, sehingga
biotransformasi menjadikan zat yang toksis menjadi tidak efektif
Terjadi kompetisi untuk bergabung dengan reseptor yang sama,
sehingga terjadi blokade

l Misalnya : CO dan O2 terhadap Hb


Ekstrapolasi Bioessei Ke Manusia
l Tujuan uji bioessei :
Mencari dosis aman bagi manusia
Membuat standar kualitas lingkungan
l Ekstrapolasi hasil bioessei ke manusia ditentukan oleh 2
sifat xenobiotik sbb :
Zat yang bersifat karsinogenik
Zat yang bersifat tidak karsinogenik
l Ekstrapolasi didasarkan pada :
Berat badan atau luas permukaan
Atau atas dasar farmakokinetika Physiologically based
pharmacokinetic model (PBPM)
Ekstrapolasi Bioessei Ke Manusia

Klasifikasi Karsinogenitas
menurut International Agency Reseach on Cancer (IARC) :
Kategori Bobot bukti
Karsinogenik bagi manusia Ada data pada manusia

Mungkin sekali karsinogen bagi Data manusia terbatas, data hewan


manusia cukup

Mungkin karsinogen bagi manusia Data pada manusia dan hewan terbatas

Tidak dapat diklasifikasi Data tidak cocok untuk kedua kategori

Mungkin bukan karsinogen bagi Tidak ada data pada hewan & manusia
manusia
Ekstrapolasi Zat Tidak Karsinogenik

l Berdasarkan atas berat badan (BB) dengan memasukkan


berbagai faktor keamanan (safety factors), sbb
ThD00 (mg/kg/h) x 70 kg
Safe Human Dose = -----------------------------
(SHD) SF

ThD = dosis threshold/ ambang, tanpa ada efek yang nyata


SF = Safety Factor 10-1000
Ekstrapolasi Zat Tidak Karsinogenik

l SHD inhalasi:
( )(BR)(C)(t)
SHD = ------------------mg/kg
BB
= % zat yang diabsorpsi paru-paru (= 100% bila tdk
diketahui)
BR = breathing rate
T = waktu paparan = BR x t = 30 m3/h = 24 jam
BB : 70 kg bagi laki-laki dan 60 kg bagi wanita
Ekstrapolasi Zat Karsinogenik

l Semua zat yang dianggap karsinogenik, dalam analisis ini


dianggap tidak mempunyai ambang aman
l Dalam ekstrapolasi diambil angka yang diperkirakan dapat
diterima oleh masyarakat
l Misalnya : apakah orang dapat menerima atau mentolerir
pertambahan satu orang penderita kanker dalam 100.000
penduduk atau satu orang per 10.000.000 penduduk
l Maka SHD dapat dituluskan sbb :
Artinya :
SHD = x 10-5 10-7 Eksposur seumur hidup akan
menambah satu penderita kanker per
100.000 dan/atau 10.000.000
penduduk
Permasalahan Uji Toksisitas

l Adanya berbagai Kontroversi & Argumentasi dari


berbagai pihak :
Organisme berbeda jauh dari manusia
Masyarakat penyayang binatang sangat
menentang uji toksisitas sdemikian
Keadaan laboratorium berbeda dengan realitas
Masalah Organisme Percobaan
l Hasil uji dengan menggunakan organisme percobaan
yang sedapat mungkin sensitivitasnya menyerupai/
mendekati manusia Tidak sempurna
Contoh : obat penenang ibu hamil Thalomide yang pada uji
toksisitas hewan tidak didapat efek jelek, tetapi pada
manusia terjadi focomelia

l Dosis yag didapat dari percobaan (NOEL,


NOAEL,LOEL,LOAEL) merupakan fungsi dari berbagai
faktor :
Spesies, patologi, jumlah sampel, rute eksposur, usia
pertama mendapat eksposur, perioda eksposur, lamanya
observasi (dari awal sampai akhir eksperimen)
Perbedaan Lingkungan Alamiah &
Lingkungan Laboratorium

Laboratorium Alam/Riil

l Dapat dibuat bebas patogen lTidak dapat dibuat bebas patogen


l Keadaan steril l Tidak dapat disterilkan

l Cahaya buatan l Cahaya alamiah tidak terkontrol

l Eksposur konstan l Eksposur tidak jelas

l Populasi homoogen l Populasi heterogen

l Zat racun murni l Racun campuran


Pemantauan
l Latar belakang : banyak sekali racun di dalam lingkungan yang belum diketahui
efeknya
perlu pemantauan secara kontinyu

l Pemantauan dilakukan pada :


Aspek lingkungan
Kesehatan masyarakat
l Menentukan efektifitas pemantauan masyarkat untuk berbagai xenobiotik :
BEI (Biological Effect Indicators)
menetukan jaringan tubuh tertentu yang paling efektif dipantau
dan telah pula ditentukan kadar normal bagi xenobiotik tsb di dalamnya
daftar dapat dilihat pada standar lingkungan kerja yang dibuat oleh
Govermental Industrial Hygienist (ACGIH)
jaringan yang dipantau : darah, urin, cairan cerebro-soinalis, kuku, rambut,
enzim, protein dalam serum, elektolit, DNA, perilaku, alat reproduksi, dll
Pemantauan

l Pemantauan perlu dilakukan terhadap Flora & Fauna :


terdapat katak-katak yang cacat, seperti bermata satu, berkaki
tiga, dst (mengindikasikan ada zat pencemar mutagenik)
perubahan biomassa, populasi berbagai fauna dan flora di alam
bebas

Anda mungkin juga menyukai