Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan proyek konstruksi suatu bangunan dilaksanakan melalui sistem
manajemen proyek tertentu. Tingkat keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari besar biaya
yang efisien, waktu yang singkat dan tepatnya kualitas produk yang dicapai. Dalam
penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena
menyangkut jumlah investasi yang besar yang harus ditanamkan oleh kontraktor yang rentan
terhadap resiko kegagalan.
Konstruksi secara umum di terjemahkan sebagai segala bentuk pembuatan infrastruktur
(contoh jalan, jembatan, gedung, irigasi, gedung) serta pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan
infrastruktur. Dalam pelaksanaannya, proyek konstruksi membutuhkan suatu manajemen untuk
mengolah dari bahan baku sebagai input kegiatan menjadi suatu konstruksi. Dengan kata lain,
kegiatan pelaksanaan proyek konstruksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara, yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumberdaya tertentu dan dimaksudkan
untuk menghasilkan produk dengan kriteria-kriteria yang telah digariskan secara jelas dalam
kontrak.
Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu,
sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek,
dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya tersebut perlu dilakukan dalam
suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Unsur input
dari proyek konstruksi yakni 5 M + I diantaranya man (tenaga kerja), money (biaya), methods
(metode), machines (peralatan), materials (bahan) market (pasar) dan Information, semua unsur
tersebut perlu diatur sedemikian rupa sehingga proporsi unsur unsur yang menjadi kebutuhan
dalam proyek konstruksi tersebut dapat tepat dalam penggunaanya dan proyek dapat berjalan
secara efisien.
Ketepatan perhitungan kebutuhan tersebut sangat dibutuhkan dalam perencanaan.
Ketidaktepatan perhitungan akan menyebabkan pembengkakan biaya dan keterlambatan waktu
sehingga efisiensi proyek sulit dicapai. Perkiraan biaya dan waktu merupakan unsur penting
dalam pengelolaan biaya proyek secara keseluruhan.
Demikian halnya dengan proyek pemeliharaan jalan yang membutuhkan aspek
manajemen proyek yang baik seperti pada ruas jalan ObenBone Kecamatan Nekamese
Kabupaten Kupang. Jalan ini sering dilalui oleh truk-truck yang mengangkut material di pantai
selatan. Selain itu juga merupakan jalan utama menuju tempat Ziarah Gua Bunda Maria yang ada
di Desa Usapi. Perlu adanya pemeliharaan karena kondisi jalan lama yang sudah rusak, yang
berdampak pada ketidak nyamanan yang dirasakan para pengguna jalan tersebut sehingga
mengganggu arus transportasi baik jasa maupun barang.
Dalam proses pelaksanaan pemeliharaan jalan Oben-Bone Kabupaten Kupang
diperlukan penanganan yang baik dengan sumber daya yang memadai pula berdasarkan 5 M + I.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan adalah penggunaan biaya dan
penjadwalan waktu kerja. Penggunaan biaya harus digunakan secara efisien dan waktu kerja
harus direncanakan secara efektif. Dari kedua hal tersebut akan sangat membantu dalam
mencapai tujuan yaitu keberhasilan pelaksanan suatu proyek.
Karena adanya ketertarikan dari penulis untuk meninjau lebih lanjut tentang sistem
manajemen proyek, penggunaan biaya, dan penjadwalan waktu pengerjaan, maka dalam Tugas
Akhir in penulis mengambil judul TINJAUAN PERENCANAAN MANAJEMEN PROYEK
PADA PROYEK PEMELIHARAAN JALAN OBEN-BONE KABUPATEN KUPANG.

1.2 Perumusan Masalah


Sesuai dengan uraian pada latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan
masalah yang ingin diteliti dalam kaitan dengan proses pencapaian tujuan pada proyek
pemeliharaan jalan Oben-Bone Kabupaten Kupang yaitu:
1. Berapa biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan Oben-Bone
Kabupaten Kupang?
2. Berapa waktu efektif yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proyek pemeliharaan jalan Oben-
Bone Kabupaten Kupang?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan Tugas Akhir ini mempunyai tujuan untuk:
1. Menghitung biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek pemeliharaan jalan Oben-
Bone Kabupaten Kupang.
2. Menghitung waktu efektif yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proyek pemeliharaan jalan
Oben-Bone Kabupaten Kupang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Terry (1987), manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, dan pengendalian dengan
memanfaatkan ilmu dan seni agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Menurut Iman
Soeharto (1995), manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah ditentukan.
Menurut Iman Soeharto (1995), proyek adalah satu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas, atau kegiatan sekali lewat,
dengan waktu dan sumber daya terbatas untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan,
misalnya produk atau fasilitas produksi. Menurut Wulvram I. Ervianto (2004), proyek
merupakan suatu kegiatan sementara yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka
waktu pendek.
Menurut Iman Soeharto (1995), Manajemen proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya
suatu proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat
mutu. Atau manajemen proyek dapat berarti seseorang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan hingga selesainya suatu proyek, mulai dari kegiatan yang paling awal.
Menurut Dipohusodo (1996) konsep manajemen proyek dapat diartikan sebagai penataan
serta pengorganisasian atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen
proyek.

2.2 Tahap Kegiatan Dalam Proyek Konstruksi


Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di
dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Di samping itu, di dalam kegiatan
konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Adapun beberapa tahap
kegiatan dalam proyek konstruksi yaitu:
1. Tahap perencanaan
2. Tahap pengadaan/pelelangan
3. Tahap pelaksanaan
4. Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan

2.2.1 Tahap Perencanaan


Tahap perencanaan bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak,
rancangan, metoda konstruksi, dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik
proyek dan pihak berwewenang yang terlibat. Tahap ini juga mempersiapkan informasi
pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua
dokumen tender.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Mengembangkan ikthisar proyek yang menjadi penyelesaian akhir.
2. Memeriksa masalah teknis.
3. Meminta persetujuan akhir ikthisar dari pemilik proyek.
4. Mempersiapkan:
a. Rancangan skema (pra rancangan) termasuk taksiran biaya.
b. Rancangan terinci.
c. Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal.
d. Daftar kuantitas.
e. Taksiran biaya akhir.
f. Program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu.

2.2.2. Tahap Pengadaan/Pelelangan


Tahap pengadaan/pelelangan bertujuan menunjuk kontraktor dan konsultan pengawas sebagai
pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi
di lapangan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Prakualifikasi dilakukan bagi calon peserta lelang yang akan mengikuti pelelangan. Pelaksanaan
calon peserta lelang dilakukan dengan cara meneliti dan menilai data kualifikasi calon peserta
lelang dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku yang meliputi:
a. Kemampuan dari segi administrasi dan finansial
b. Kemampuan dari segi peralatan
c. Kemampuan sumber daya manusia
d. Pengalaman dan prestasi kerja.
2. Dokumen Kontrak dalam proyek konsrtuksi terdiri dari gambar kerja, kontrak, spesifikasi teknis,
syarat-syarat umum kontrak, syarat-syarat khusus kontrak, risalah penjelasan pekerjaan,
penawaran dan perjanjian pemborongan.

2.2.2.1. Pelelangan
Setelah tahap desain diselesaikan oleh perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap
pengadaan pelaksana konstruksi. Pelelangan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih
penyedia terbaik.
Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi diatur oleh Keputusan Presiden terutama
digunakan dilingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar pelelangan adalah:
1. Efisiensi, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon penyedia barang atau
jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas
pada umumnya.
5. Adil/tidak diskriminatif, bearti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara
dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, bearti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui
metoda pelelangan umum.
1. Pelelangan umum, adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas, dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara
mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3. Pemilihan langsung, yaitu pemilihan barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya tiga penawaran dari penyedia barang/jasa
yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus
diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui internet. Pemelihan langsung dapat dilaksanakan manakala metoda
pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelanggan
4. Penunjukan langsung, metoda ini dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu dan keadaan
khusus terhadap satu penyedia barang/jasa. Pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilangsungkan
dengan cara melakukan negosiasi, baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
5. Swakelola, adalah pelaksanakan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri
dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau upaya borongan tenaga. Swakelola dapat
dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat/lembaga
swadaya masyarakat penerima hibah.
2.2.3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan bertujuan mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek
yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasa biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan adalah
merencanakan, mengkoordinasi, mengendalikan semua operasional dilapangan.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
1. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.
2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.
3. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.
4. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.

Kegiatan koordinasi adalah:


1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan sementara maupun
bangunan permanen, serta semua fasilitas dan perlengkapan yang terpasang.
2. Mengkoordinasikan para subkontraktor
3. Penyediaan umum.

2.2.4. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan


Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan ini bertujuan menjamin kesesuaian
bangunan yang telah selesai dengan dokumen kontrak dan kinerja fasilitas sebagaimana
mestinya. Selain itu, pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai konstruksi berikut
petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

Kegiatan yang dilakukan adalah:


1. Mempersiapkan catatan pelaksana, berupa data-data selama pelaksanaan maupun gambar
pelaksanaan.
2. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi.
3. Mempersiapkan petunjuk operasional atau pelaksanaan serta pedoman pemeliharaannya.
4. Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.

2.3. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi


Dalam kegiatan proyek konstruksi, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya
proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek yaitu:
2.3.1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia
jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan,
badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pemilik proyek adalah:
1. Memilih/menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta laporan periodik mengenai proyek yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.
3. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa
untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang
diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan menetapkan atau
menunjuk badan atau hukum untuk bertindak atas nama pemilik.
7. Menegaskan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan menegaskan pekerjaan yang telah selesai sesuai dengan apa yang telah
dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah:
1. Memberitahukan hasil lelang dengan tertulis kepada masing-masing konsultan dan kontraktor.
2. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara membritahukan secara tertulis
kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan.

2.3.2. Konsultan
Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi beberapa
jenis berdasarkan spesifikasinya, yaitu konsultan menangani bidang arsitektur, bidang sipil,
bidang mekanikal dan elektrikal, dan sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya
menjadi satu kesatuan dan disebut konsultan perencana.
2.3.2.1.Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan bangunan secara
lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lainnya yang melekat erat membentuk sebuah
sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorang/perorangan badan hukun yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah:
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan
syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kapada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang
pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam
gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4. Membuat ganbar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.3.2.2. Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu
dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya
pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antara berbagai
bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari terjadinya
pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai
kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material atau peralatan yang didatangkan kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
9. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.

2.3.3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima serta menyelenggarakan pekerjaan
bangunan menurut biaya yang telah disediakan serta menurut gambar-gambar rencana yang telah
ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, yang telah ditentukan sesuai dengan
peraturan dan syarat pelaksanaan pekerjaan.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil
dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga
keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai ketetapan yang
berlaku.
2.3.4. Hubungan Kerja Dalam Organisasi Proyek
Adapun Hubungan kerja antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor sebagai berikut:
1. Konsultan dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan memberikan layanan konsultasi produk yang dihasilkan
berupa gambar rencana peraturan dan syarat-syarat sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
2. Kontraktor dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa
bangunan sebagai realisasi dari pemillik proyek yang dituangkan ke dalam gambar rencana,
peraturan dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilk proyek memberikan biaya jasa
profesional kontraktor.
3. Konsultan dengan kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan, konsultan memberikan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, kontraktor harus merealisasikan menjadi bangunan. Dan lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar struktur dibawah ini.
Skema Hubungan Kerja

Gambar
2.4.4 Skema Hubungan Kerja
Sumber : Soeharto, Manajemen Proyek, (1997).
2.4. Penjadwalan Waktu
Supaya suatu pekerjaan konstruksi (PK) dapat berjalan lancer serta efektif, maka
diperlukan pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat didalamnya.
Sehubungan dengan ini maka pihak pelaksana dari suatu pekerjaan konstruksi membuat suatu
jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedule). Jadwal waktu kegiatan adalah urutan-urutan kerja
yang berisi jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan waktu awal dan akhir suatu pekerjaan.
Mengingat jadwal waktu ini merupakan dasar penentuan waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi maka pembuatan jadwal ini harus sudah selesai sebelum pelaksanaan dimulai. Jadwal
waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek yang bersangkutan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui
dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kontiunitas pekerjaan dapat
dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit proyek
sehingga diperoleh efesiensi kerja yang tinggi.
Tujuan penjadwalan waktu adalah:
1. Sebagai pedoman bagi pelaksanaan untuk memudahkan melakukan pekerjaan agar pekerjaan
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran.
2. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar
proyek dapat berjalan lancar dan efektif.
3. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga bila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan
dapat segera diketahui untuk mengambil tindakan penanggulangannya.
4. Untuk menentukan target lamanya waktu yang diminta oleh pemilik agar dapat dipenuhi.
Sebagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembuatan jadwal waktu pelaksanaan
proyek adalah:
1. Situasi dan kondisi lapangan, dimaksud untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kemudahan-
kemudahan yang terjadi di lapangan.
2. Faktor cuaca yang akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
3. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana seperti tenaga kerja, kemampuan dan keterampilan,
serta kapasitas alat-alat kerja.
4. Batasan waktu yang diberi oleh pemberi tugas.
5. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
6. Spesifikasi pekerjaan dilihat dari bestek yang direncanakan. Dari bestek dapat ditentukan
pekarjaan apa saja yang harus didahulukan dan mendapat preoritas kualitas tertentu.
Ada beberapa cara teknik perencanaan jadwal kegiatan yang sering digunakan dalam pekerjaan
konstruksi ( PK )adalah:
1. Network Planning
2. Bar Chart

2.4.1 Network Planning


Network planning (NWP) merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat
lebih luas dan lengkapnya perencanaan, pelaksanaan berfungsi sebagai alat pengawasan serta
pengendalian suatu proyek. Cara ini penting sekali untuk digunakan oleh mereka yang
bertanggung jawab pada bidang engineering, production, marking, administration, dan research,
terutama yang tidak merupakan rangkaian kegiatan yang rutin.
Pada prinsipnya suatu proyek merupakan salah satu atau kumpulan dari proyek-proyek yang
dikategorikan sebagai berikut:
1. Proyek-proyek yang kompleks dengan banyak aktifitas-aktifitas yang saling bergantungan.
2. Proyek-proyek yang besar menggunakan banyak personalia, tenaga kerja, material, peralatan,
waktu dan uang.
3. Proyek-proyek yang membutuhkan koordinasi antara beberapa pejabat dan departement-
departement.
4. Proyek-proyek yang harus diselesaikan dalam waktu yang tepat dengan biaya yang terbatas.
Dalam penyusunan network planning suatu proyek, hal pertama yang harus dilakukan
adalah menginventarisasikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam suatu proyek serta logika
ketergantungannya satu sama lain. Dengan mengetahui kedua hal tersebut dan dengan
menggunakan symbol-simbol dari kegiatan dan kejadian/peristiwa (event), maka rencana
mendetail yang merupakan sebuah network (jaringan dari kegiatan dan kejadian) sudah daoat
digambarkan. Dalam taraf ini, faktor waktu dan resources belum dipertimbangkan, yang ditinjau
baru kegiatan-kegiatan, kejadian-kejadian dan hubungannya satu sama lain. Bentuk logika
ketergantungan dalam jaringan merupakan dasar dari penyusunan NWP.
Sesudah itu, maka tahap kedua adalah peninjauan unsur waktu dengan membuat
perkiraan berdasarkan pengalaman, teori dan perhitungan mengenai jangka waktu penyelesaian
tiap-tiap kegiatan (actifity), kemudian dihitung kapan waktu terjadinya tiap-tiap kegiatan (event)
dari permulaan sampai berakhirnya proyek tersebut sesuai network yang telah digambarkan.
Dalam penijauan dan analisa mengenai unsure waktu dapat dilihat bahwa terdapat
sebuah/lebih lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tadi yang menentukan jangka
waktu penyelasaian seluruh proyek, lintasan ini disebut lintasan kritis. Disamping lintasan kritis
terdapat lintasan lain yaitu sloat yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek yang
memungkinkan waktu untuk bisa terlambat. Sloat memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan
elastisitas pada sebuah network.
1. Manfaat penggunaan teknik NWP dalam suatu pekerjaan konstruksi adalah:
a. Perencanaan, penjadwalan dan pengendalian dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini disebabkan
karena pada NWP sudah terdapat detail keterangan kegiatan pelaksanaan dari proyek, sehingga
apabila terdapat penyimpangan dari pelaksanaan, misalnya keterlambatan dapat cepat diatasi.
b. Memungkinkan perencanaan pekerjaan konstruksi secara terperinci. Proyek tersebut dapat
berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan waktu dan
materi.
c. Merupakan alat dokumentasi data dalam hubungannya dengan komputerisasi NWP yang dapat
memberikan informasi lamanya suatu kegiatan pekerjaan dan memungkinkan untuk menunda
suatu pekerjaan.
d. Membantu memperkirakan kesukaran yang mungkin timbul pada waktu pelaksanaan yang akan
datang.
e. Mengungkapkan kegiatan-kegiatan kritis yang mengendalikan keseluruhan proyek dan
memperlihatkan akibat-akibat yang timbul oleh perubahan teknik maupun urutan pelaksanaan
berbagai kegiatan terhadap jadwal proyek.
2. Kelemahan NWP dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi adalah:
a. Dalam menggunakan teknik NWP keterlambatan pekerjaan fisik tidak dapat ditunjukan, dalam
hal berapa lama (satuan waktu) keterlambatan telah dicapai.
b. Dalam penggunaan teknik NWP tidak dapat ditunjukan kapan pembayaran termyn dapat
dilakukan.
3. Bentuk dari sebuah NWP merupakan sebuah pernyataan secara grafis dari kegiatan-kegiatan
yang diperlukan dalam mencapai suatu tujuan akhir. Untuk membentuk gambar dari rencana
NWP perlu digunakan rotasi/simbol sebagai berikut:
a. Anak panah () menyatakan sebuah kegiatan yang didefinisikan sebagai hal yang memerlukan
durasi (waktu) dalam pemakaian sejumlah recourses.
b. Lingkaran () menyatakan sebuah kejadian yang didefinisikan sebagai ujung/pertemuan dari
satu/lebih kegiatan-kegiatan.
c. Anak panah terputus (---) menyatakan kegiatan semu atau dummy yang berguba untuk
membatasi mulainya kegiatan-kegiatan dan tidak memerlukan waktu.
4. Syarat-syarat NWP adalah:
a. Harus dimulai dari suatu kejadiaan dan harus diakhiri pada suatu kejadian juga.
b. Anak panah digambarkan secara garis lurus.
c. Sudut arah anak panah sebesar mungkin.
d. Arah anak panah condong ke kanan.
e. Diusahakan tidak ada perpotongan antara anak panah.
f. Antara dua kejadian hanya ada satu anak panah.
g. Penggunaan dummy sedikit mungkin.
5. Metode jalur kritis (CPM = the critical path method) yaitu system ini dikembangkan dari USA
tahun 1990, CPM ini merupakan salah satu bagian dari teknik NWP.
Langkah-langkah dalam CPM:
a. Mempersiapkan daftar kegiatan proyek tersebut
b. Menghitung waktu/durasi untuk setiap pekerjaan
c. Menentukan kegiatan mana atau kegiatan apa saja setelah itu
d. Menentukan kegiatan mana atau kegaitan apa saja yang sebelumnya dapat dikerjakan atau
pekerjaan yang mendahuluinya
e. Gambarkan sebuah network kegiatan dan kejadian
f. Berilah nomor pada event dengan urutan angka yang lebih kecil diekor panah dan yang besar
dikepala panah
g. Menentukan CPM.

6. Menganalisa waktu NWP

Lingkaran
kejadi
an
dibagi menjadi tiga bagian:
1. Nomor petunjuk lingkaran: didalam pemberian nomor pada lingkaran kejadian dalam NWP
diberi pada semua kegiatan dimulai atau berakhir pada lingkaran kejadian. Nomor ini berguna
untuk menentukan dan mambedakan masing-masing kegiatan.
2. EET: untuk menganalisa unsure waktu, untuk menentukan dari tiap-tiap waktu pelaksanaan
masing-masing kegiatan. Saat kejadian palinga awal merupakan waktu yang terpanjang yang
melalui suatu lintasan dari lingkaran kejadian. Caranya:
a. Perhitungan kedepan (dari kiri ke kanan)
b. Yang diperhatikan kegiatan-kegiatan masuk lingkaran kejadian
c. Yang diambil adalah harga terbesar.
3. LET: Setelah mengetahui akhir dan selesainya proyek konstruksi dan kita tidak ingin pekerjaan
tersebut terlambat maka saat paling awal dan kegiatan paling akhir selesainya. Kegiatan-kegiatan
terakhir yaitu EET dari lingkaran kejadian akhir sama dengan kejadian paling lambat (LET). Jadi
pada lingkaran kejadian paling akhir dapat langsung diisikan pada ruang sebelah kanan bawah.
Caranya:
a. Perhitungan kebelakang (dari kanan ke kiri)
b. Yang diperhatikan kegiatan-kegiatan yang meninggalkan lingkaran
c. Harga yang diambil adalah harga satuan terkecil.
2.4.2 Bar Chart
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal dan
kolom arah horizontal menunjukan skala waktu. Saat mulai dan akhir sebuah kegiatan dapat
terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Bar chart digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah dalam
pembentukan dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Untuk menyusun Bar Chart diperlukan informasi-informasi berupa aktifitas-aktifitas yang
ingin dikerjakan dan bobot prosentase pekerjaan. Informasi mengenai aktifitas-aktifitas
pekerjaan didapat dari gambar bestek, sedangkan yang dimaksud dengan bobot prosentase
pekerjaan adalah prosentase harga satuan kegiatan terhadap harga total proyek. bobot prosentase
pekerjaan diplotkan pada Bar Chart maka akan tergambar kurva yang disebut kurva S yang
berfungsi sebagai prosentase kegiatan terhadap waktu pelaksanaan.
Pada waktu penjadwalan konstruksi dengan teknik Bar Chart, kurva S merupakan acuan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dan dapat digunakan untuk memonitoring apakah terjadi
keterlambatan atau lebih cepat dari rencana semula. Apabila kurva hasil pelaksanaan berada
diatas kurva rencana berarti perencanaan berlangsung lebih cepat dari pada rencana, sebaliknya
apabila kurva hasil pelaksanaan berada dibawah kurva rencana berarti terjadi keterlambatan
pelaksanaan.
Langkah-langkah penyusunan Bar Chart dan kurva S dalam pelaksanaan suatu proyek adalah:
1. Analisa kegiatan yang akan dilaksanakan dari gambar bestek dan susun berdasarkan prioritas
waktu pelaksanaan.
2. Rencanakan berapa lama waktu pelaksanaannya (tiap kegiatan) dan tentukan kapan dimulai dan
selesainya suatu pekerjaan.
3. Bagi bobot prosentase terhadap waktu yang direncanakan ( % per minggu atau per hari ). Hitung
total bobot prosentase per minggu/per hari dari seluruh kegiatan.
Manfaat teknik Bar Chart dan kurva S dalam pelaksanaan suatu proyek adalah:
1. Dalam penggunaan teknik Bar Chart dan kurva S dapat dengan cepat diketahui
kemajuan/keterlambatan pelaksaan suatu proyek.
2. Dalam pelaksanaan Bar Chart dan kurva S dapat langsung terlihat kapan pembayaran termyn
dilaksanakan.
Kelemahan teknik Bar Chart dan kurva S dalam pengendalian suatu proyek adalah:
1. Perencanaan biaya didasarkan atas aspek waktu, sehingga jika terjadi kesalahan penaksiran
waktu maka harus dilakukan penjadwalan ulang.
2. Bila proyek yang dihadapi cukup besar dan terdapat berbagai kegiatan yang saling bergantungan
maka akan sulit untuk ditunjukan dalam Bar Chart.
3. Kegiatan yang kritis tidak dapat ditunjukan secara langsung.
4. Teknik Bar Chart tidak memungkinkan dilakukannya pengalokasian sumber daya secara
optimal.

2.5 Rencana Anggaran Biaya


Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau memperkirakan suatu barang, bangunan atau
benda yang akan dibuat dengan teliti dan secermat mungkin. Penyusunan konstruksi bangunan
pada dasarnya selalu disertai dengan rencana anggaran biaya (RAB). Anggaran merupakan suatu
bentuk perencanaan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu
tertentu, dibuat dalam bentuk uang, jam, tenaga kerja atau dalam satuan lain.
Pihak owner membuat perhitungan atau estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus dsediakan ntuk merealisasikan proyeknya.
Hasil estimasi disebut dengan OE ( Owner Estimate ) dan hasil estimasi yang dilakukan oleh
konsultan perencana disebut dengan EE ( Engineer Estimate).
Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek
konstruksi pada saat pelelangan atau tender.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyusun RAB adalah:
1. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan material
konstruksi secara kontinu.
2. Melakukan pengumpulan data tentang upah kerja yang berlaku di daerah lokasi proyek dan upah
pada umumnya jika tenaga kerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.
3. Melakukan perhitungan analisis material dan upah dengan menggunakan analisis yang diyakini
baik oleh si pembuat anggaran.
4. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfatkan hasil analisa satuan
pekerjaan dan daftar kuantitas atau volume pekerjaan.
5. Membuat rekapitulasi terhadap keseluruhan biaya proyek termasuk fee, overhead, dan pajak.
6. Menentukan jadwal pelaksanaan serta membuat rencana kerja atau syarat-syarat teknis terhadap
seluruh item pekerjaan yang termasuk didalam perhitungan biaya.

2.5.1 Komponen perhitungan RAB


2.5.1.1 Volume item pekerjaan
Kuantitas pekerjaan dapat ditentukan melalui pengukuran pada obyek dalam gambar
(dengan memperhatikan skala) maupun langsung pada obyek sesungguhnya di lapangan, maka
digunakan metode luas penampang rata-rata dengan menganggap sisi-sisi dari bidang ruang
diukur berbentuk garis lurus.
Satuan merupakan lambang yang menyatakan besaran yang diukur, cara pengukuran dan
ciri-ciri obyek yang diukur. Satuan angka pengukuran tanpa disertai oleh satuan pengukuran,
tidak mempunyai makna maupun hanya sebuah bilangan, jadi volume setiap pekerjaan yang
dihitung harus mempunyai satuan yang jelas karena akan berpengaruh pada perhitungan biaya
pelaksanaan.
Volume pekerjaan yang dihitung akan sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya yang
akan digunakan untuk menyelesaikan volume dari item tersebut. Satuan yang umumnya
digunakan untuk menghitung kuantitas pekerjaan konstruksi (PK) adalah:
Tabel 2.1 Satuan Pengukuran
No. Pengukuran Satuan Simbol
1. Panjang Meter M
2. Luas Meter-persegi M
3. Isi padat Meter-kubik M
4. Isi cair Liter Ltr
5. Berat Kilogram, Ton Kg, Ton
6. Waktu Jam, Hari Jam, Hari

Satuan lain yang sering digunakan adalah Lump Sum (Ls), satuan ini menyatakan
komponen yang harus diukur dalam obyek pengukuran sangat banyak danmasing-masing
komponen tidak mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap obyek yang diukur. Jika satuan
ini digunakan maka nilai pengukurannya adalah sama dengan satu.

Formula dasar perhitungan kuantitas yang sering digunakan adalah:


1. Segi empat : L= P x L
2. Bujur sangkar : L= S x S
3. Segitiga : L= x a x t
4. Trapesium : L= x (a + b) t
5. Lingkaran : L= r atau d

2.5.1.2 Harga satuan sumber daya (Tenaga kerja, Material, Peralatan)


1. Harga satuan tenaga kerja atau upah tenaga kerja
Cara yang digunakan untuk menentukan harga satuan tenaga kerja adalah diukur berdasarkan
pendapatan rata-rata perkapita tiap tahun yaitu pendapatan kotor nasional / regional tiap tahun
dibagi dengan jumlah penduduk.
Untuk saat ini dalam perhitungan biaya proyek, upah tenaga kerja umumnya diambil dari standar
Upah Minimum Propinsi (UMP) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat dimana
proyek akan dilaksanakan. Penempatan upah tenaga kerja juga ditentukan oleh tingkat
keterampilan dari tenaga kerja tersebut.
2. Harga satuan peralatan
Penggunaan peralatan pada proyek-proyek konstruksi disamping adanya tuntutan spesifikasi
proyek dan teknologi konstruksi, juga dapat memberikan nilai tambah pada pelaksanaan proyek
yang menyangkut mutu pelaksanaan, mutu pekerjaan, tingkat kesulitan dan biaya. Waktu
pelaksanaan diharapkan lebih singkat bila menggunakan peralatan, sehingga penyelesaian
pekerjaan tidak terlambat, mutu pekerjaan diharapkan homogen dan dapat ditingkatkan jika
dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia ( manual). Hal ini dapat mendukung dan
memperpanjang umur proyek.

Biaya alat dapat dibagi atas beberapa bagian yaitu:


a. Biaya alat: segala macam biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat.
b. Biaya tetap: biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan status kepemilikan alat, biaya ini
tetap ada walaupun alat ini tidak beroperasi dan besarnya tetap tidak mengalami perubahan jika
alat tersebut beroperasi.
c. Biaya operasi (biaya variabel): biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan beroperasinya alat
tersebut.
d. Biaya produksi: biaya penggunaan alat untuk memindahkan material atau melakukan pekerjaan
sebanyak satu satuan.
3. Harga satuan material
Harga satuan material adalah harga material yang telah dihitung, jika material sampai di
lokasi dapat berarti sampai di base camp sebagai tempat penampungan sementara sebelum
digunakan seperti semen, besi (material non lokal). Jika harga material memperhitungkan
seluruh pengeluaran sampai material tersebut siap dipakai di lokasi pekerjaan, maka biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk mengadakannya dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan material yang disebut harga beli atau dasar.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan material ke lokasi proyek yang disebut biaya
angkut atau transportasi.
c. Biaya yang dikeluarkan untuk menurunkan atau menaikan material dari dan ke atas alat angkut
yang disebut dengan biaya bongkar muat.
d. Biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan material sebelum digunakan yang disebut biaya
penanganan atau perawatan.
Dalam perhitungan harga satuan material, seorang estimator hendaklah sudah memperhitungkan
estimasi kenaikan harga di masa yang akan berlaku selama jangka waktu pelaksanaan suatu
proyek.

2.5.1.3 Koefisien sumber daya (Tenaga kerja, Material, Peralatan)


1. Koefisien tenaga kerja
Koefisien tenaga kerja adalah penggunaan waktu tenaga kerja untuk sekelompok tenaga kerja
yang terdiri dari beberapa kualifikasi tenaga kerja seperti mandor, kepala tukang, tukang,
pekerja.
2. Koefisien material
Koefisien material adalah jumlah material yang digunakan untuk menyelesaikan satu satuan item
pekerjaan. Ada dua kelompok material yang dibedakan menurut asalnya yaitu material yang
berasal dari alam (material lokal) seperti pasir, batu, sedangkan material yang berasal dari
produk pabrik (material non lokal) seperti semen, besi, dan sebagainya. Dalam perhitungan biaya
proyek, koefisien material pada umumnya digunakan standar koefisien dalam SNI.
3. Koefisen peralatan
Koefisien peralatan adalah jumlah penggunaan waktu kerja peralatan untuk menyelesaikan satu
satuan item pekerjaan. Satuan pekerjaan yang digunakan untuk mengukur koefisien peralatan
adalah waktu dalam jam.
2.5.1.4 Analisa harga satuan item pekerjaan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah perhitungan detail dari penggunaan sumber daya
(tenaga kerja, material, peralatan dan uang) untuk dapat menyelesaikan satu item pekerjaan.
analisa harga satuan item pekerjaan merupakan penjumlahan dari semua biaya sumber daya yang
digunakan untuk menyelesaikan satu satuan item pekerjaan.
Analisa harga satuan item pekerjaan yang mempunyai satuan Ls, harus dilakukan melalui
suatu pendataan kebutuhan akan sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikan item
pekerjaan. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari estimasi yang bersifat kira-kira yang
dilakukan tanpa dasar.
Fee merupakan komponen keuntungan bagi pelaksana pekerja atas jasanya dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Besarnya fee ditentukan berdasarkan prosentase tertentu yang
diinginkan oleh pelaksana pekerja dari nilai analisa harga satuan item pekerjaan.
Overhead merupakan biaya tidak langsung dari pelaksanaan pekerjaan untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam mendukung keberlangsungan pekerjaan.
Pajak merupakan pendapatan pemerintah dari usaha atau transaksi yang dilakukan oleh
orang atau perusahaan yang berada dalam koordinasi pemerintah yang bersangkutan. Besarnya
pajak ditentukan oleh pemerintah dan umumnya berbeda-beda menurut lingkup usahanya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Obyek yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah analisa biaya dan jadwal
pelaksanaan waktu pada kontrak proyek pemeliharaan jalan Oben-Bone , di Kabupaten Kupang,
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari penelitian ini yakni merencanakan manajemen biaya
dan waktu pelaksanaan menggunakan analisa SNI 2007 yang akan kemudian dianalisis sebagai
perbandingan perbedaan antara nilai kontrak dan hasil perencanaan.
Berikut ini adalah data-data tentang kondisi umum pada Proyek pemeliharaan jalan Oben-
Bone , di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah:
1. Data Proyek
a. Nama proyek : Pemeliharaan Jalan Oben-Bone
Kabupaten Kupang
b. Sumber dana : APBD II Kabupaten Kupang
c. Pemilik proyek : Dinas Pekerjaan Umum NTT Bidang
Bina Marga Program Jalan Dan Jembatan
d. Tahun anggaran : 2011
e. Nilai proyek : Rp 290.362.000,-
f. Kontraktor pelaksana : CV. CENTRUM
g. Konsultan pengawas : CV. SABA CONSULT
h. Waktu pelaksanaan : 90 hari dalam kelender
i. Waktu pemeliharaan : 180 hari dalam kelender

2. Tempat Pelaksanaan Proyek


Proyek pelaksanaan Lapis Penetrasi ini terletak di Ruas jalan ObenBone Desa Oelmasi
Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Gambar 3.1. Sketsa Lokasi Proyek


KETERANGAN
A = Gereja
B = Kantor Desa Oemasi
C = Pospol Oemasi
= Jalan Menuju Baumata
= Jalan Menuju Baun
= Jalan Menuju Besmarak
= Lokasi Proyek Yang Dimaksud ( ruas jalan ObenBone)

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Data-data yang diambil dan dianalisis dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder yang diperoleh dari RAB dan jadwal pelaksanaan pada kontrak Proyek
pemeliharaan jalan Oben-Bone , di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Data-data tersebut terdiri dari :
a. Data Primer
Harga bahan
Daftar Upah Tenaga Kerja
b. Data sekunder
Peta Lokasi
Gambar Kerja
Dokumen kontrak
Datadata ini akan dipakai untuk menghitung biaya dan waktu efektif yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan proyek pemeliharaan jalan Oben-Bone Kabupaten Kupang.

3.4 Teknik Analisis Data


` Prosedur analisis yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dengan memakai bagan
alir perhitungan. Bagan alir ini akan menjelaskan mulai dari data-data yang akan dipakai dalam
analisis, proses analisis data yang sesuai dengan tujuan-tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Rencana Anggaran Biaya
a. Menghitung volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan, harga upah dan material
b. Membuat rekapitulasi anggaran biaya
2. Penjadwalan Proyek
a. Membuat uraian dan urutan setiap kegiatan dalam aktivitas proyek.
b. Menentukan durasi waktu untuk setiap aktivitas.
c. Membuat diagram jaringan proyek
Gambar 3.2 Bagan Alir Perhitung

DAFTAR PUSTAKA
Soeharto Imam (1990 ), Manajemen Proyek dan Konseptual Ampal Operasional, Erlangga, Jakarta
Dipohusodo Istimawan ( 1995 ), Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid I, kanisius, Yogyakarta
Dipohusodo Istimawan ( 1995 ), Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid 2, kanisius, Yogyakarta
Ervianto Wulfram ( 2005 ), Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta

Diposkan 31st August 2012 oleh Eriko Xdesign


0

Tambahkan komentar

PROPOSAL T.A

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

1.

Aug

31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan proyek konstruksi suatu bangunan dilaksanakan melalui
sistem manajemen proyek tertentu. Tingkat keberhasilan suatu proyek dapat dilihat
dari besar biaya yang efisien, waktu yang singkat dan tepatnya kualitas produk yang
dicapai. Dalam penyelenggaraan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan
pertimbangan utama karena menyangkut jumlah investasi yang besar yang harus
ditanamkan oleh kontraktor yang rentan terhadap resiko kegagalan.

Konstruksi secara umum di terjemahkan sebagai segala bentuk pembuatan


infrastruktur (contoh jalan, jembatan, gedung, irigasi, gedung) serta pelaksanaan
pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur. Dalam pelaksanaannya, proyek konstruksi
membutuhkan suatu manajemen untuk mengolah dari bahan baku sebagai input
kegiatan menjadi suatu konstruksi. Dengan kata lain, kegiatan pelaksanaan proyek
konstruksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara, yang berlangsung dalam
jangka waktu terbatas dengan alokasi sumberdaya tertentu dan dimaksudkan untuk
menghasilkan produk dengan kriteria-kriteria yang telah digariskan secara jelas
dalam kontrak.

Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya,
waktu, sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek, dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya
tersebut perlu dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Unsur input dari proyek konstruksi yakni 5 M + I
diantaranya man (tenaga kerja), money (biaya), methods (metode), machines
(peralatan), materials (bahan) market (pasar) dan Information, semua unsur tersebut
perlu diatur sedemikian rupa sehingga proporsi unsur unsur yang menjadi

Anda mungkin juga menyukai