PENDAHULUAN
2.2.2.1. Pelelangan
Setelah tahap desain diselesaikan oleh perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap
pengadaan pelaksana konstruksi. Pelelangan didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang
telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga terpilih
penyedia terbaik.
Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi diatur oleh Keputusan Presiden terutama
digunakan dilingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar pelelangan adalah:
1. Efisiensi, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan
prosedur yang jelas dan transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon penyedia barang atau
jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas
pada umumnya.
5. Adil/tidak diskriminatif, bearti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara
dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, bearti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui
metoda pelelangan umum.
1. Pelelangan umum, adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas, dapat dilaksanakan apabila dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, dengan cara
mengumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3. Pemilihan langsung, yaitu pemilihan barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan
sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya tiga penawaran dari penyedia barang/jasa
yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus
diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui internet. Pemelihan langsung dapat dilaksanakan manakala metoda
pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelanggan
4. Penunjukan langsung, metoda ini dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu dan keadaan
khusus terhadap satu penyedia barang/jasa. Pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilangsungkan
dengan cara melakukan negosiasi, baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
5. Swakelola, adalah pelaksanakan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri
dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau upaya borongan tenaga. Swakelola dapat
dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi pemerintah, kelompok masyarakat/lembaga
swadaya masyarakat penerima hibah.
2.2.3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan bertujuan mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek
yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasa biaya dan waktu yang telah
disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan adalah
merencanakan, mengkoordinasi, mengendalikan semua operasional dilapangan.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:
1. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.
2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.
3. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.
4. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.
2.3.2. Konsultan
Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi beberapa
jenis berdasarkan spesifikasinya, yaitu konsultan menangani bidang arsitektur, bidang sipil,
bidang mekanikal dan elektrikal, dan sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya
menjadi satu kesatuan dan disebut konsultan perencana.
2.3.2.1.Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan bangunan secara
lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lainnya yang melekat erat membentuk sebuah
sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorang/perorangan badan hukun yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah:
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan
syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kapada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang
pelaksanaan pekerjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam
gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4. Membuat ganbar revisi apabila terjadi perubahan perencanaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
2.3.3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima serta menyelenggarakan pekerjaan
bangunan menurut biaya yang telah disediakan serta menurut gambar-gambar rencana yang telah
ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, yang telah ditentukan sesuai dengan
peraturan dan syarat pelaksanaan pekerjaan.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil
dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga
keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai ketetapan yang
berlaku.
2.3.4. Hubungan Kerja Dalam Organisasi Proyek
Adapun Hubungan kerja antara pemilik proyek, konsultan dan kontraktor sebagai berikut:
1. Konsultan dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan memberikan layanan konsultasi produk yang dihasilkan
berupa gambar rencana peraturan dan syarat-syarat sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
2. Kontraktor dengan pemilik proyek
Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa
bangunan sebagai realisasi dari pemillik proyek yang dituangkan ke dalam gambar rencana,
peraturan dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilk proyek memberikan biaya jasa
profesional kontraktor.
3. Konsultan dengan kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan, konsultan memberikan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, kontraktor harus merealisasikan menjadi bangunan. Dan lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar struktur dibawah ini.
Skema Hubungan Kerja
Gambar
2.4.4 Skema Hubungan Kerja
Sumber : Soeharto, Manajemen Proyek, (1997).
2.4. Penjadwalan Waktu
Supaya suatu pekerjaan konstruksi (PK) dapat berjalan lancer serta efektif, maka
diperlukan pengaturan waktu atau penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat didalamnya.
Sehubungan dengan ini maka pihak pelaksana dari suatu pekerjaan konstruksi membuat suatu
jadwal waktu pelaksanaan (Time Schedule). Jadwal waktu kegiatan adalah urutan-urutan kerja
yang berisi jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan waktu awal dan akhir suatu pekerjaan.
Mengingat jadwal waktu ini merupakan dasar penentuan waktu pelaksanaan pekerjaan
konstruksi maka pembuatan jadwal ini harus sudah selesai sebelum pelaksanaan dimulai. Jadwal
waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek yang bersangkutan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui
dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakan, sehingga kontiunitas pekerjaan dapat
dipelihara. Hal ini memudahkan pimpinan proyek untuk mengkoordinasi unit-unit proyek
sehingga diperoleh efesiensi kerja yang tinggi.
Tujuan penjadwalan waktu adalah:
1. Sebagai pedoman bagi pelaksanaan untuk memudahkan melakukan pekerjaan agar pekerjaan
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran.
2. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar
proyek dapat berjalan lancar dan efektif.
3. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga bila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan
dapat segera diketahui untuk mengambil tindakan penanggulangannya.
4. Untuk menentukan target lamanya waktu yang diminta oleh pemilik agar dapat dipenuhi.
Sebagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pembuatan jadwal waktu pelaksanaan
proyek adalah:
1. Situasi dan kondisi lapangan, dimaksud untuk mengetahui hambatan-hambatan atau kemudahan-
kemudahan yang terjadi di lapangan.
2. Faktor cuaca yang akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
3. Sumber daya yang dimiliki oleh pelaksana seperti tenaga kerja, kemampuan dan keterampilan,
serta kapasitas alat-alat kerja.
4. Batasan waktu yang diberi oleh pemberi tugas.
5. Macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
6. Spesifikasi pekerjaan dilihat dari bestek yang direncanakan. Dari bestek dapat ditentukan
pekarjaan apa saja yang harus didahulukan dan mendapat preoritas kualitas tertentu.
Ada beberapa cara teknik perencanaan jadwal kegiatan yang sering digunakan dalam pekerjaan
konstruksi ( PK )adalah:
1. Network Planning
2. Bar Chart
Lingkaran
kejadi
an
dibagi menjadi tiga bagian:
1. Nomor petunjuk lingkaran: didalam pemberian nomor pada lingkaran kejadian dalam NWP
diberi pada semua kegiatan dimulai atau berakhir pada lingkaran kejadian. Nomor ini berguna
untuk menentukan dan mambedakan masing-masing kegiatan.
2. EET: untuk menganalisa unsure waktu, untuk menentukan dari tiap-tiap waktu pelaksanaan
masing-masing kegiatan. Saat kejadian palinga awal merupakan waktu yang terpanjang yang
melalui suatu lintasan dari lingkaran kejadian. Caranya:
a. Perhitungan kedepan (dari kiri ke kanan)
b. Yang diperhatikan kegiatan-kegiatan masuk lingkaran kejadian
c. Yang diambil adalah harga terbesar.
3. LET: Setelah mengetahui akhir dan selesainya proyek konstruksi dan kita tidak ingin pekerjaan
tersebut terlambat maka saat paling awal dan kegiatan paling akhir selesainya. Kegiatan-kegiatan
terakhir yaitu EET dari lingkaran kejadian akhir sama dengan kejadian paling lambat (LET). Jadi
pada lingkaran kejadian paling akhir dapat langsung diisikan pada ruang sebelah kanan bawah.
Caranya:
a. Perhitungan kebelakang (dari kanan ke kiri)
b. Yang diperhatikan kegiatan-kegiatan yang meninggalkan lingkaran
c. Harga yang diambil adalah harga satuan terkecil.
2.4.2 Bar Chart
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal dan
kolom arah horizontal menunjukan skala waktu. Saat mulai dan akhir sebuah kegiatan dapat
terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.
Bar chart digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah dalam
pembentukan dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Untuk menyusun Bar Chart diperlukan informasi-informasi berupa aktifitas-aktifitas yang
ingin dikerjakan dan bobot prosentase pekerjaan. Informasi mengenai aktifitas-aktifitas
pekerjaan didapat dari gambar bestek, sedangkan yang dimaksud dengan bobot prosentase
pekerjaan adalah prosentase harga satuan kegiatan terhadap harga total proyek. bobot prosentase
pekerjaan diplotkan pada Bar Chart maka akan tergambar kurva yang disebut kurva S yang
berfungsi sebagai prosentase kegiatan terhadap waktu pelaksanaan.
Pada waktu penjadwalan konstruksi dengan teknik Bar Chart, kurva S merupakan acuan dari
kegiatan yang akan dilaksanakan dan dapat digunakan untuk memonitoring apakah terjadi
keterlambatan atau lebih cepat dari rencana semula. Apabila kurva hasil pelaksanaan berada
diatas kurva rencana berarti perencanaan berlangsung lebih cepat dari pada rencana, sebaliknya
apabila kurva hasil pelaksanaan berada dibawah kurva rencana berarti terjadi keterlambatan
pelaksanaan.
Langkah-langkah penyusunan Bar Chart dan kurva S dalam pelaksanaan suatu proyek adalah:
1. Analisa kegiatan yang akan dilaksanakan dari gambar bestek dan susun berdasarkan prioritas
waktu pelaksanaan.
2. Rencanakan berapa lama waktu pelaksanaannya (tiap kegiatan) dan tentukan kapan dimulai dan
selesainya suatu pekerjaan.
3. Bagi bobot prosentase terhadap waktu yang direncanakan ( % per minggu atau per hari ). Hitung
total bobot prosentase per minggu/per hari dari seluruh kegiatan.
Manfaat teknik Bar Chart dan kurva S dalam pelaksanaan suatu proyek adalah:
1. Dalam penggunaan teknik Bar Chart dan kurva S dapat dengan cepat diketahui
kemajuan/keterlambatan pelaksaan suatu proyek.
2. Dalam pelaksanaan Bar Chart dan kurva S dapat langsung terlihat kapan pembayaran termyn
dilaksanakan.
Kelemahan teknik Bar Chart dan kurva S dalam pengendalian suatu proyek adalah:
1. Perencanaan biaya didasarkan atas aspek waktu, sehingga jika terjadi kesalahan penaksiran
waktu maka harus dilakukan penjadwalan ulang.
2. Bila proyek yang dihadapi cukup besar dan terdapat berbagai kegiatan yang saling bergantungan
maka akan sulit untuk ditunjukan dalam Bar Chart.
3. Kegiatan yang kritis tidak dapat ditunjukan secara langsung.
4. Teknik Bar Chart tidak memungkinkan dilakukannya pengalokasian sumber daya secara
optimal.
Satuan lain yang sering digunakan adalah Lump Sum (Ls), satuan ini menyatakan
komponen yang harus diukur dalam obyek pengukuran sangat banyak danmasing-masing
komponen tidak mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap obyek yang diukur. Jika satuan
ini digunakan maka nilai pengukurannya adalah sama dengan satu.
DAFTAR PUSTAKA
Soeharto Imam (1990 ), Manajemen Proyek dan Konseptual Ampal Operasional, Erlangga, Jakarta
Dipohusodo Istimawan ( 1995 ), Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid I, kanisius, Yogyakarta
Dipohusodo Istimawan ( 1995 ), Manajemen Proyek dan Konstruksi jilid 2, kanisius, Yogyakarta
Ervianto Wulfram ( 2005 ), Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta
Tambahkan komentar
PROPOSAL T.A
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Aug
31
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya,
waktu, sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan proyek, dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya
tersebut perlu dilakukan dalam suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Unsur input dari proyek konstruksi yakni 5 M + I
diantaranya man (tenaga kerja), money (biaya), methods (metode), machines
(peralatan), materials (bahan) market (pasar) dan Information, semua unsur tersebut
perlu diatur sedemikian rupa sehingga proporsi unsur unsur yang menjadi