210110170065
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga tugas ini
Harapan penulis semoga tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalamanbagi para
pembaca. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan akan terus
belajar untuk menjadi lebih baik kedepannya.
Semoga tugas yang berjudul Penggunaan Bahasa dalam Argumentasi ini dapat dipahami bagi
penulis sangat mengarapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa menjadi lebih baik
kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Logika merupakan basis dari prosedur dalam kegiatan keilmuan dan proses berpikir dengan
menggunakan argumen, pernyataan, premis-premis, atau aksioma untuk menentukan benar
salahnya suatu kesimpulan. Argumentasi menentukan apakah pernyataan yang kita sampaikan
itu mengandung kebenaran atau tidak. Di dalamnya, penggunaan bahasa dengan segala
kaidahnya menjadi penentu, sehingga penggunaan bahasa mestilah menjadi titik tolak dalam
memahami dan membangun ilmu. Penting untuk dicatat bahwa hasil yang diperoleh dari
mempergunakan suatu logika akan tergantung dari baik-buruknya penggunaan bahasa.
Sebagai alat logika, penggunaan bahasa harus memperhatikan perbedaan antara bahasa
sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Pada kenyataannya, kita
menggunakan bahasa dengan berbagai cara, sebagian tidak berkaitan dengan upaya untuk
memberikan alasan tentang apa yang kita percayai. Hal ini membantu untuk mengidentifikasi
tiga fungsi dari penggunaan bahasa: Fungsi informasi, artinya bahasa berfungsi untuk
menyampaikan informasi ; Fungsi ekspresif, artinya bahasa berfungsi untuk menyalurkan atau
mengungkapkan perasaan, sikap; Fungsi direktif, bertujuan untuk menyebabkan atau mencegah
beberapa tindakan yang terang-terangan oleh seseorang.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tata cara penggunaan bahasa dalam argumentasi
2. Mengetahui komponen, struktur, bentuk, dan contoh dalam argumentasi
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Stephen Toulmin, ada tiga komponen utama untuk membuat argumentasi yang
superior
- Claim: Ini adalah konklusi dari sebuah argumen, suatu pernyataan yang menyimpulkan
seluruh argument kita.
Contoh : Pemerintah harus menindak lanjuti peraturan mengenai angkutan berbasis online
- Support : Fondasi untuk memperkuat claim, bisa berupa fakta atupun perkataan ahli yang
akan memperkuat argumen.
- Warrants: Alasan utama kenapa argumen ini dibentuk, agar pendengar/lawan dapat
mengetahui maksud dan tujuan sang pengargumen.
Contoh : Dengan semakin banyak nya angkutan berbasis online, sehingga mengurangi
jumlah pengangguran di Indonesia.
- Qualifiers: Sikap, gaya dan nada argumentasi kita agar dapat mempengaruhi
pendengar/lawan kita.
Contoh : Dengan adanya kendaraan berbasis online maka bepergian dan kegiatan jual beli
kemanapun menjadi lebih praktis.
- Rebuttals: Anti-klaim, kita harus mempersiapkan argument bila kita diserang balik
Contoh : jika tidak di legalkan, maka para supir angkutan umum akan terus menuntut
keadilan dan melakukan mogok kerja yang dapat menyebabkan kemacetan jalan
- Backing: Fondasi untuk Warrant kita, agar alasan yang kita kemukakan dapat
dipertanggung jawabkan secara logis.
Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum ke fakta yang spesifik. Dengan
kata lain, penalaran deduktif mencapai suatu kesimpulan spesifik berdasarkan suatu hal yang
umum. Argumen yang mendasarkan kesimpulannya harus dengan mengikuti premis-premis.
Penalaran deduktif membawa pada suatu pernyataan yang benar, diberikan premispremis
bernilai benar, mengambil kesimpulan berdasarkan teori/ prinsip umum, dan kesimpulannya
bersifat pasti. Tiga bentuk pemikiran deduktif yang valid:
Contoh :
Kesimpulan : Matahari selalu terbit di Timur (tetapi hasil kesimpulan tidak berlaku mutlak
untuk setiap orang
1. Prediksi
Bentuk penalaran induktif yang menyimpulkan sebuah klaim mengenai apa yang akan
terjadi di masa depan, berdasarkan observasi masa lalu atau saat ini.
2. Generalisasi
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan diambil mengenai suatu kelompok
berdasarkan pengetahuan mengenai beberapa kasus dalam kelompok tersebut.
3. Sebab akibat
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan mengenai suatu akibat dari suatu keadaan
dibuat berdasarkan sebab yang diketahui (atau sebaliknya).
4. Analogi
Bentuk penalaran induktif dimana kesimpulan mengenai sesuatu (kejadian, orang, objek)
karena kemiripannya dengan benda-benda lain.
- Argumen Abduktif
Sebuah argument yang menunjukkan suatu fakta, memberikan hipotesis dan prediksi yang
berhubungan dengan fakta, dan kesimpulan mengkaitkan kebenaran antara hipotesis dan fakta.
Contoh:
Koin ini menghantarkan listrik(Fakta)
Jika koin ini terbuat dari emas (hypothesis), maka mereka pasti menghantarkan listrik (prediksi)
Koin ini terbuat dari emas (kesimpulan)
1. Argumentasi Konjungtif
Argumentasi konjungtif menghubungkan dua pernyataan dengan dengan kata dan. Simbolnya
adalah A.B Argumentasi ini menyatakan bahwa A.B adalah benar merupakan sebuah kesatuan.
Karena itu, bila A benar, maka B benar. Bila B benar, maka A benar.
Contoh: Budi adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran dan mengambil jurusan Ilmu
Komunikasi.
2. Argumentasi Disjungtif
Argumentasi disjungtif memisahkan dua pernyataan dengan dengan kata atau. Simbolnya
adalah A v B . Argumentasi ini menyatakan bahwa hanya salah satu dari A atau B adalah benar,
tidak bisa benar keduanya, atau salah keduanya.
Contoh:
3. Argumentasi Kondisional/Pengandaian
Argumen kondisional sering disebut sebagai argumen hipotetis,yaitu, sebuah argumentasi
jika/maka. Misalnya, jika cuaca cerah pada Hari Minggu, kita akan pergi bertamasya. Jika
kondisi tertentu terpenuhi, maka akan ada akibat atau konsekuensi tertentu.
4. Argumentasi Silogisme
Silogisme merupakan argumentasi umum yang menunjukkan bagaimana otak kita bekerja,
yaitu menghubungkan ide-ide dan menarik kesimpulan dari relasi antara ide yang satu dengan
ide yang lain. Dalam argumentasi silogisme, agar argumentasi lurus, dua hal harus terpenuhi,
yaitu isi benar penalarannya lurus dan premisnya relevan
Contoh:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berargumen berarti memastikan bahwa premis yang menjadi referensi itu relevan dan benar.
Untuk memastikan kebenaran dari suatu premis, perlu memerhatikan kenalaran, keakuratan,
kelurusan, serta relevannya sebuah premis sehingga terhindar dari kekeliruan dalam
berargumen karena premis yang tidak berhubungan, ambiguitas, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang., Hardjosatoto, Suhartoyo., Asdi, Endang Daruni. 1978. Pengantar Logika
Meliono,I, Hayon, Y.P., Syamtasiah, I., Poerbasari A.S., Suhartono, Logika, Filsafat Ilmu, dan
Kanisius.
Press.