Anda di halaman 1dari 5

Insaf dalam Waktu Ku

Siapa yang tidak senang dengan kebebasan? Pasti semua orang ingin bebas dalam setiap hal.
Tidak ada yang mengatur, tidak ada yang mengengkang, hidup dijalankan berdasarkan kehendak
sendiri. Sebagian orang selalu mencari celah untuk mendapatkan hal itu, menolak kebenaran
yang sudah semestinya. Tapi coba kalian pikirkan, apa jadinya hidup apabila dijalankan
berdasarkan kehendak masing-masing? Tiap orang mengatur hidupnya sendiri sesuai
kebutuhannya, tidak memperdulikan orang lain.

Apa jadinya hidup seperti itu? Tapi inilah hidup, memang sudah ada yang mengatur dengan
rapih dan indah. Seperti system computer yang terhubung, mereka tau kemana mereka
semestinya. Begitu indah hidup ini. Semua yang teratur memang akan menjadi indah pada
akhirnya. Telesik saja setiap hukum yang sudah bersama kita, itu semua memang pada akhirnya
akan menjadi kebaikan untuk kita.

Tapi masih saja ada orang-orang yang menentaang itu semua, menganggap lumrah semuanya.
Hak dan batil pun sudah merabun, bahkan terhapus. Hidup seperti apa ini? Terlalu pandai atau
terlalu bodoh? Beragama dalam formalitas. Mengakui tuhan tapi menjalankan laranganya.
Bersyukur dan berucap Alhamdulilah apabila kebaikan datang dan sebaliknya mabuk dalam
celaan ketika buruk sudah datang. Sehingga hidup pun sudah menjadi relative.

Pikirlah terkadang hidup sudah seharunya teratur, bayangkan saja ketika sakit, dan meminum
obat semuanya, tidak ada yang mengatur. Apa yang terjadi? Tidak pantaskan untuk saya
ungkapkan. Minum obat berharap agar lekas sembuh tapi karena hidup sudah terlalu relative ,
bukannya sembuh tapi malah menambah penyakit. Ya .. itulah, hidup ingin bebas bahagia tapi
pada akhirnya bahagia yang menusuk yang akan datang. Miris!

Oke ini adalah tapakan kakiku untuk beberapa tahun yang sudah menemani. Potret usang sebuah
kehidupan yang bahagia. Kehidupan yang diimpikan anak manja dari desa. Kehidupan diluar
sangkaan anak manis mama, kehidupan yang mereka anggap ini adalah bahagia.

Namaku Bima, anak yang baru lulus SMA. Level kehidupan sedang aku jalani, mungkin tulisan
ini adalah rengek ku kepada mama, rengek yang tak tersampaikan, rengek yang begitu menggoda
karena kekagetannya, rengek diantara canda dan tawa. Ah sudahlah! Mungkin hanya
beberapa peristiwa akan aku ungkapakan, peristiwa manja anak mama.

Aku sudah buta, juling mataku pun selalu berkata bahwa setiap waktu dan setiap tempat,
kebahagiaan sudah menjadi pelacur yang menggoda dan kejahatan sudah tumpah ruah dalam
rasa kebahagiaan. Apakah ini kehidupan setelah SMA?

Oh..Oh.. tidak, mungkin aku salah!

Oh..Oh.. tidak, mungkin ini benar?

Aku larut dalam dunia ini, detik ku telah menyeret aku dengan elegan. Sampai-sampai aku lupa
bahwa aku adalah anak lugu yang baru lulus SMA.

Terlalu bodohkah aku? Tapi kenapa aku lulus SMA. Tapi kenapa sekarang aku asing dalam
kehidupanku. Sehingga kebimbangan sudah menjadi prinsip yang begitu melekat. Aku tidak
bisa membenarkan keburukan yang menjadi kelumrahan, karena guruku tidak mengajari aku
seperti itu. Tapi dalam hal yang nyata, dalam hal yang aku berada didalamnya sekarang, kenapa
semua itu berbeda. Apakah guruku yang bodoh sehingga mengajari yang salah? Apakah
keintelektualannya hanya basa-basi didepan rapat saja, atau apakah aku yang bodoh sehingga
salah penafsiran ketika guruku ku menjelaskannya. Siapa yang sebenarnya yang bersalah? Aku,
kamu, atau dunia ini?

Dunia ini nyata dan ternyata tidak mau disalahkan, bukan aku yang salah katanya. Para
pendusta yang menari dalam kenikmatanlah yang salah. Sudah diberi akal tapi jarang digunakan.
Sehingga batil menjadi makanan yang menyenangkan. Menurutku itu adalah hal yang salah sama
seperti penjelasan guruku sewaktu SMA. Menjalankan hidup itu harus sesuai posisi, setelah tau
dimana posisi, menjalankannya sesuai apa yang harus dilakukan.

Oh berarti kamu yang salah kawan, kamu sudah lepas. Lepas dalam kebahagianmu.
Sampai-sampai kamu sakit mencari kebenaran yang mutlak! Aku tidak buta, walau biji mata ku
juling. Dia masih bisa melihat, melihat tentang suka dan duka hanyalah perasaan sesaat. Karena
pancaindra adalah mata yang sensitive ketika dia sudah berhubungan dengan hal-hal lain dari
luar diri. Kamu tidak boleh menggauli salah satunya kawan.
Terobos dan lampaui, bakar semua dinding penghalang dalam diri. Tuhan maha melihat, maha
kuasa atas semuanya. Jangan terjebak pada sala satu perasaan yang tidak elastis itu. Cari,
temukan! Seperti aku mencari apa yang membuat aku sudah keluar. Temukan sesuatu yang
sudah pasti, kamu akan mengetahuinya dan kamu akan tersedak melihatnya. Dibalik semua hal
yang sudah kamu jalani dan yang kamu rasakan. Kebenaran akan langgeng dan tak
termusnahkan, kamu harus ingat itu kawan, membuka semua koreng yang membusuk.

Kembali pada hati supaya tau dan tak membusuk disana. Membusuk bersama pikiran-pikiran
mu. Jangan kau pikir, aku kuat menjalanii itu semua, kamu salah kawan. Tapi aku yakin, Cuma
itu yang aku pegang. Yakin segala sesuatu yang mencoba menyebar dalam diriku, mencoba
memperkosa hatiku, sehingga lahir lah benih haram dari ku, itu semua sesunguhnya tak ada dan
tak perlu aku risaukan. Karena dia datang dari luar diriku, bukan lahir dan bukan bagian anggota
tubuhku.

Kamu selalu membeo kalau kamu tak apa dan kamu bahagia. Selama aku lihat kamu senang, aku
menangis manis. Karena sesungguhnya yang kamu rasakan adalah dari pengaruh diluar diri
kamu kawan. Ketauhilah bahwa pengaruh itu bisa berubah-ubah. Ikuti yang tidak berubah-ubah
kawan. Jangan kamu makan sesuatu dari luar diri yang sebenarnya tidak ada, walaupun itu
renyah tapi pada hakikatnya dia adalah aroma setan yang busuk.

Karena kamu sudah memperkosa hati, sehingga sifat haram itu membuat hidupmu menjadi tidak
seimbang. Lenggak-lenggoknya yang sempoyongan selalu mengikat kamu pada pengalaman air
mata sedih dan duka jiwa. Oh kamu salah kawan! bahagia lah dalam jalan mu. Aku harus
menjinjit menjauh, menjinjit dalam ikatan-Nya. Aku insaf dalam sejarahku!

Ketakutan ku sudah membuat aku insaf dalam menjinakna nestapa hidup. Kegelisahan yang aku
buat dalam keramaina dunia, jangan sampai aku tercampur aduk didalamnya. Sehingga aku
menjadi makanan renyah para pelaku dosa. Harus yakin pada yang maha adil, berpelukan dengan
keyakinan itu. Karena Tuhan sudah mengatur yang semestinya. Jangan berpelukan dengan
kenikmatan, jangan sampai salah peluk, karena kenikmatan itu tidak ada yang abadi.

Aku adalah orang yang paling sedih, aku sedih atas kuasa besar-Nya. Aku sedih pada semua
kemudahan-Nya. Aku sedih sampai-sampai kalau bisa darah yang keluar akan aku keluarkan.
Aku sedih dan malu berhadapan dengan-Nya. Walau sudah tercampakan, tapi dia selalu
menjanganya. Aku sedih pada kebesaran-Nya. Semua selalu dia balik dan putar yang terbaik
untuk ku. Maha indah, maha bijak engkau Ya Rabbi. Haruskan aku cium semua tanah?

Setiap yang berjalan pada jalan-Nya, pasti akan sampai pada tujuan. Walupun dalam perjalan itu
kita pasti dihadang badai hidup. Badai dalam semua tingkatan badai. Badai yang bisa membuat
kita lupa, badai yang bisa membuat diri kita menjadi sakit. Membrontaklah dan lawan, karena
badai akan hilang jua.

Mungkin kesedihan ini adalah bentuk kebahagian yang tak ternilai rasa, kebahagian yang sudah
mencapi puncak kenikmatannya. Sampai dia meletus dan berhamburan air mata. Alhamdulilah
aku pernah membaca buku dari rujukan teman ku. Bim, sumpah ini buku bagus. Buku yang luar
biasa. Kamu harus baca bim. Semoga membantu. Secercah kata yang aku ingat dari ismail,
teman yang sudah menjadi bayanganku.

Petikan dalam buku itu yang merubah aku sampai sekarang. Ikutlah kebaikan, maka kamu pasti
akan menjadi sala satu pengikutnya. Tetap menjadi baik. Muda baik, tua pun akan baik. Kata-
kata motovasi untuk aku Bima anak yang baru lulus SMA.

Walaupun aku sudah pada jalan yang baik, tetapi aku tidak boleh larut dalam kebaikan ini. Aku
harus terus berusaha dalam kebaikan itu. Harus berusaha menghadapi tantangan badai dalam
kebaikan ini dan tidak boleh pasrah dan terbuai oleh kebaikan. Berusaha semaksimal mungkin,
sampai aku sudah pada klimaksnya. Ingatlah tuhan maha bijaksana. Sedakan kecil dari cerita
anak SMA, semoga diberkahi dan selalu berada pada jala-Nya.

Sewon, 22 Januari 2016

Catatan si lelaki

pemalu.
Mata ku melotot, sampai air liur jatuh. Ternyata sekarang aku sedang di dalam tulisan ku
sendiri. Seolah aku ingin katakan kalau aku tidak pernah menulis tulisan itu. Tapi kenyataannya
dia adalah sala satu tulisan tangan kaku ku. Mencoba melirik jauh, ternyata aku sedang berada
dalam semua badai itu. Badai yang memang nyata. Menghempas, merampas, mengupas diriku
sendiri. Sampai-sampai aku hancur dalam pikiranku.

Tiga tahun telah aku lalui. Semenjak tulisan itu aku buat, satu persatu dilema anak remaja
berdatangan. aku jatuh pada kotoran yang indah. Kotoran yang membuat aku jatuh cinta
padanya. Aku sudah menjadi buta dalam diriku sendiri, aku buta untuk mengungkapkan siapa
diriku. Kotoran itu memang benar-benar kejam, mereka merampas semua hal yang aku jaga. Aku
bisa berubah menjadi siapa saja. Seperti anak kecil yang tak tau apa-apa.

Apakah ini efek jatuh cinta itu, cinta yang tidak semestinya. Cinta yang membuat aku
mendesah dalam sedihku. Mulut ku hancur, kadang-kadang aku mengigau bahagia, kadang
mengingau marah, kadang juga aku mengigau mesra. Cinta yang membuat aku merasakan
bedanya cinta mama. Aku muntah karenanya, tapi mereka tetap saja memasakan cinta itu kepada
anak manja. Ah dasar orang dewasa!

Hari ini dosen gak masuk sahut-sahut dari teman sekelas. Bahagia mereka seketika
menjuntai. Sesegera sebagian dari mereka mempersipakan rencana untuk memperlentekan diri.
Seperti mendapatkan remisi, bebas dari dosen agama yang perlente itu. Bukan hanya perlente
pakaian, tetapi ucapan dan lenggoknya pun membuat mahasiswa termotivasi bergerak sama.
Aku hanya terseyum manja. Dibagian kiri ku pun sudah sudah pada sibuk ingin berdiskusi
masalah rakyat. Lagi-lagi aku hanya tersenyum manis.

Menghela nafas, dan aku sibuk dengan masalah driku sendiri. Masalah anak manja
mama. Semua orang sudah di masuki orang lain dalam dirinya. Termasuk aku. Aku tidak bebas
karena cinta. Teman-teman perlenteku sudah dimasuki jiwa orang kaya. Teman di kiriku sudah
masukin jiwa social dalam tipu daya. Dan aku sudah dimasuki oleh cinta anak remaja. Oh tuhan
semua orang sudah sibuk dengan kebenaran yang salah dalam dirinya.

To be Continue, mohon dikoreksi pak. Makasih

Anda mungkin juga menyukai