Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi semua

manusia di kehidupan masyarakat. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan

pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus

memperhatikan pelayanan baik medis maupun non medis. Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

269/Menkes/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3, sarana

pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran

gigi. Salah satu tempat sarana pelayanan kesehatan yang menjadi tujuan

masyarakat adalah rumah sakit.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya (Undang-Undang no. 44 tahun 2009). Rumah sakit

juga merupakan salah satu contoh dari sarana pelayanan kesehatan yang

menyediakan pelayanan perawatan dan pengobatan kepada pasien, baik

pasien rawat jalan, rawat inap, maupun pasien rawat darurat (Undang-

Undang no. 29 tahun 2004).

1
2

Pendokumentasian terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien

di rumah sakit dilaksanakan dengan adanya rekam medis. Menurut Depkes

RI (1997), rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang

terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik laboratorium,

diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada

pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang

mendapatkan pelayanan gawat darurat.

Menurut Depkes RI (1997) kegunaan rekam medis dibagi menjadi 7

aspek yaitu aspek administrasi, aspek medis, aspek hukum, aspek

keuangan, aspek penelitian, aspek pendidikan dan aspek dokumentasi.

Maksud dari aspek dokumentasi ini bahwa suatu berkas rekam medis

mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan

yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung

jawaban dan laporan rumah sakit.

Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan

pelayanan kesehatan yang begitu pesat mengakibatkan munculnya rekam

medis manual beralih dalam bentuk elektronik. Teknologi rekam medis

elektronik tersebut harus mendukung tujuan dari sistem informasi kesehatan

yang mencangkup adanya akses, kesamaan, kualitas, efisiensi, efektivitas

dan mampu bertahan sehingga terselenggaranya ketepatan (akurasi) dan

kelengkapan (Hatta, 2008). Untuk mewujudkannya dibutuhkan alat bantu

untuk dapat mengelola dan menata secara cepat, tepat dan akurat sehingga

pelayanan yang baik dapat dihasilkan. Alat bantu tersebut adalah solusi

teknologi informasi yang dikemas dalam produk software SIMRS. SIMRS

atau SIRS adalah program aplikasi atau software komputer yang dibuat
3

untuk membantu manajemen rumah sakit dalam membuat entri data,

mengolah data dan membuat laporan data pasien. Dengan

mengimplementasikan SIMRS rumah sakit yang bersangkutan akan

menciptakan efisiensi, efektifitas organisasi dan kinerja yang lebih baik.

RSUP DR. Sardjito merupakan sebagai rumah sakit terbesar di

Yogyakarta yang berusaha mengembangkan diri menjadi rumah sakit

bertaraf internasional agar mampu menangani permasalahan kesehatan

dengan lebih baik. Rumah Sakit ini juga merupakan Rumah Sakit Umum

Pusat yang bertujuan mewujudkan pelayanan Kesehatan yang bermutu dan

inovatif maupun dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan

pengembangan yang unggul dan ketermuka serta meningkatkan

kesejahteraan karyawan yang memadai dan meningkatkan pendapatan

untuk menunjang kemandirian Rumah Sakit. Visi dari RSUP DR. Sardjito

adalah menjadi rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan, pendidikan

dan Penelitian di Asia Tenggara yang bertumpu pada kemandirian. Salah

satu misi dari RSUP DR. Sardjito Yogyakarta adalah menyelenggarakan

penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan Kedokteran kesehatan dan

berwawasan global. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, perlu

dukungan dari intern rumah sakit, salah satunya berupa data-data sebagai

bukti pelayanan yang telah dilakukan oleh RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

Data-data tersebut harus sesuai fakta, lengkap dan terpercaya agar menjadi

sebuah informasi yang akurat sesuai kebutuhan.

Di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta ada bermacam-macam pelayanan,

salah satunya adalah poli penyakit dalam. Poli penyakit dalam di RSUP DR.

Sardjito Yogyakarta adalah poli dengan jumlah kunjungan terbanyak


4

dibandingkan dengan poli yang lain, seperti tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jumlah 10 Besar Kunjungan Pasien Rawat Jalan tahun 2012

No. POLIKLINIK TOTAL


1. Penyakit Dalam 33.195
2. Tulip 27.877
3. Bedah 23.481
4. Penyakit Mata 23.445
5. Kardiologi 21.926
6. Penyakit Anak 17.776
7. Penyakit Syaraf 17.341
8. Penyakit Kulit dan Kelamin 15.468
9. Pav. Wijaya Kusuma 15.257
10. Penyakit THT 13.568
Sumber: Bagian Pelaporan Instalasi Catatan Medik RSUP DR.
Sardjito tahun 2013

Dengan demikian, dari banyaknya jumlah kunjungan tersebut

kontribusinya untuk menyediakan data sebagai data dasar untuk pengolahan

datapun menjadi lebih banyak dibandingkan dengan poli yang lain. Apabila

data yang dihasilkan tidak akurat maka akan cukup berpengaruh terhadap

kualitas data yang dihasilkan. Selain itu, di poli penyakit dalam yang

melaksanakan input data/ informasi pada SIMRS adalah petugas

administrasi yang hanya satu orang dan dia harus melaksanakan double

tugas yaitu sebagai petugas administrasi dan petugas pelaksana input

data/informasi. Oleh karena itu, sering kali data/informasi kurang

diperhatikan kesesuaiannya antara yang diinputkan pada SIMRS dengan

yang tertulis pada lembar poliklinik pada berkas rekam medis. Data/informasi

yang diinputkan dalam SIMRS tersebut adalah item diagnosis. Data yang

diperoleh harus sesuai fakta, lengkap serta dapat dipercaya agar menjadi

sebuah informasi yang berupa laporan yang akuratan, lengkap dan tepat

waktu. Artinya penulisan input data diagnosis pada SIMRS harus sesuai

dengan diagnosis yang tertulis pada lembar poliklinik, karena yang tertulis
5

dalam lembar poliklinik adalah fakta dari keadaan penyakit pasien saat

berobat yang diisi oleh dokter yang merawat. Apabila penulisan diagnosis

tidak sesuai antara lembar poliklinik dan SIMRS, maka data yang dihasilkan

menjadi tidak valid sehingga mempengaruhi kualitas pelaporan yang

dihasilkan dan dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya

sehubungan dengan rekapitulasi penyakit morbiditas pasien rawat jalan.

Rekapitulasi yang salah jelas akan sangat berpengaruh terhadap keakuratan

informasi yang dihasilkan mengingat diagnosis tersebut nantinya akan

menjadi dasar dalam pembuatan laporan penting di rumah sakit, seperti

laporan data morbiditas pasien rawat jalan, laporan 10 besar penyakit dan

pengolahan data. Selain itu digunakan sebagai pengambilan kebijakan,

manajemen pelayanan pasien, pengambilan pengadaan obat, pengkajian

proyek baru atau penyusunan program preventif primer kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada hari

Rabu, 28 Desember 2012 yang dilaksanakan di Instalasi Catatan Medik

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta melalui wawancara dengan petugas

pelaporan dan melakukan studi dokumen, diketahui adanya ketidaksesuaian

penulisan diagnosis pada lembar poliklinik dengan input data diagnosis pada

SIMRS pasien ASKES di poli penyakit dalam. Diagnosis tersebut adalah

diagnosis yang tertulis pada lembar poliklinik pada berkas rekam medis

pasien dan diagnosis yang diinput pada SIMRS pasien ASKES poli penyakit

dalam. Prosentase ketidaksesuaian ini melebihi 50% dibuktikan dengan

peneliti melakukan studi dokumen pada register pasien rawat jalan dan

register pasien rawat inap sejumlah seratus pasien. Maksud dari hal tersebut
6

adalah bahwa peneliti belum boleh membuka berkas rekam medis untuk

studi pendahuluan oleh karena itu mengambil inisiatif untuk melihat dari

register pasien rawat inap adalah representasi dari berkas rekam medis

secara fisik. Sedangkan register pasien rawat jalan adalah representasi dari

lembar sensus harian morbiditas rawat jalan.

Mengingat rata-rata jumlah kunjungan pasien poli penyakit dalam

terbanyak dibandingkan dengan poli yang lain dan mengingat pentingnya

kesesuaian penulisan diagnosis antara lembar poliklinik pada berkas rekam

medis dengan diagnosis pada SIMRS, sebagai dasar pembuatan laporan

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor Penyebab

Ketidaksesuaian Penulisan Diagnosis Poli Penyakit Dalam RSUP DR.

Sardjito Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Apa faktor penyebab ketidaksesuaian penulisan diagnosis pada

lembar poliklinik dengan penulisan input data diagnosis pada SIMRS pasien

ASKES di poli penyakit dalam RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tersebut.?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui input data

diagnosis pada SIMRS pasien ASKES di poli penyakit dalam.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pelaksanaan input data diagnosis pada SIMRS.


7

b. Mengetahui berapa prosentase ketidaksesuaian penulisan input data

diagnosis pada SIMRS dengan penulisan diagnosis pada lembar

poliklinik pasien ASKES di poli penyakit dalam.

c. Mengetahui faktor penyebab ketidaksesuaian penulisan input data

diagnosis pada SIMRS dengan penulisan diagnosis pada lembar

poliklinik pasien ASKES di poli penyakit dalam.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai masukan/ saran dalam penulisan input

data diagnosis pada SIMRS pasien ASKES di poli penyakit dalam

agar tetap terjaga keakuratan sebagai bahan pelaporan rumah sakit.

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman yang

berharga terhadap pengembangan ilmu rekam medis serta

menambah pengalaman untuk memasuki dunia kerja.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan yang diberikan oleh

institusi pendidikan dapat diterapkan di dalam dunia kerja secara

langsung

b. Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai bahan referensi/ bahan acuan untuk


8

pengembangan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sebelumnya sudah dilakukan oleh penulis lain, meskipun tidak

sama namun serupa, penelitian itu dilakukan oleh:

1. Prajawati (2009) dengan judul Gambaran Penulisan Diagnosis Utama

pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Sebelum dan Setelah

Pemberlakuan Sistem INA DRGs. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui gambaran penulisan diagnosis utama pada lembar

ringkasan masuk dan keluar di RSUD dr. Moewardi Surakarta.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang

penulisan diagnosis dengan metode penelitian deskriptif. Perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada tempat dan fokus yang diteliti,

penelitian Prajawati (2009) dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta

dan memfokuskan kepada penulisan diagnosis pada lembar ringkasan

masuk keluar sebelum dan setelah pemberlakuan INA DRGs,

sedangkan penelitian ini dilakukan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

dan memfokuskan kepada penulisan input data diagnosis pada SIMRS

pasien di poli penyakit dalam.

2. Amalina (2006) dengan judul Kesesuaian Penulisan Diagnosis Utama

pada Lembar Resume Medis Dibandingkan Dengan ICD-10 Di RSU

PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesesuaian penulisan diagnosis utama pada lembar

resume medis dibandingkan dengan ICD-10 dan mengetahui faktor

yang mempengaruhi ketidaksesuaian penulisan diagnosis utama


9

dibandingkan dengan ICD-10. Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang kesesuaian penulisan diagnosis.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat dan fokus yang

diteliti, penelitian Amalina (2006) dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dan memfokuskan pada penulisan diagnosis utama pada

lembar resume medis dibandingkan dengan ICD-10, sedangkan

penelitian ini dilakukan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dan

memfokuskan pada penulisan diagnosis pada lembar poliklinik dengan

input data diagnosis pada SIMRS pasien ASKES di poli penyakit dalam.

3. Subekti (2010) dengan judul Kesesuaian Diagnosis pada Berkas

Rekam Medis dengan Diagnosis yang Ada pada Komputer Pasien

Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan input data diagnosis

pada komputer di Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, mengetahui prosentase kesesuaian diagnosis antara

berkas rekam medis dengan yang ada pada komputer, mengetahui

faktor penyebab dari ketidaksesuaian input diagnosis pada komputer

dengan diagnosis yang ada pada berkas rekam medis di Instalasi

Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kesesuaian

penulisan diagnosis. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

objek, tempat dan fokus yang diteliti. Penelitian Subekti (2010) ini yang

menjadi objek penelitian adalah pasien di Instalasi Gawat Darurat dan

dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta serta

memfokuskan pada bagaimana tingkat kesesuaian diagnosis yang


10

ditulis di berkas rekam medis dengan diagnosis yang ada pada data

komputer di Instalasi Gawat Darurat, sedangkan penelitian ini yang

menjadi objek adalah pasien ASKES di poli penyakit dalam dan

dilaksanakan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta serta memfokuskan

pada faktor penyebab ketidaksesuaian penulisan diagnosis pada lembar

poliklinik dengan input data diagnosis pada SIMRS pasien ASKES di

poli penyakit dalam.

4. Rokhana (2010) dengan judul Faktor-Faktor Penyebab

Ketidaklengkapan Pengisian Kode Tindakan pada Lembar Ringkasan

Masuk dan Keluar di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab

ketidaklengkapan pengisian kode tindakan pada lembar ringkasan

masuk dan keluar di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang faktor

penyebab yang menyebabkan suatu masalah dalam penelitian.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada objek, tempat dan

masalah yang diteliti. Penelitian Rikhana (2010) ini yang menjadi objek

adalah berkas rekam medis pasien rawat inap khususnya pada lembar

ringkasan masuk dan keluar dan dilaksanakan di RSUD Panembahan

Senopati Bantul. Permasalahan yang diteliti adalah mengenai faktor

penyebab ketidaklengkapan pengisian kode tindakan pada lembar

ringkasan masuk dan keluar, sedangkan pada penelitian ini yang

menjadi objek adalah pasien ASKES di poli penyakit dalam dan

dilaksanakan di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta serta

mempermasalahkan mengenai faktor ketidaksesuaian penulisan input


11

data diagnosis pada SIMRS dengan penulisan diagnosis pada lembar

poliklinik.

F. Gambaran Umum RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

1. Sejarah

Berdasarkan buku Sejarah Perkembangan RSUP DR. Sardjito

Yogyakarta (2005), pada tahun 1954 Prof. DR. Sardjito mengusulkan

untuk mendirikan rumah sakit umum untuk pendidikan calon dokter ahli

serta pengembangan penelitian dalam satu lokasi. Penelitian rumah

sakit tersebut juga didasari untuk mencukupi kebutuhan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat.

Gagasan tersebut mendapat dukungan dari Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga pada tahun 1960 Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah membantu mengusulkan kepada pemerintah

pusat untuk segera mendirikan sebuah RS Umum Pusat di Yogyakarta.

Sehingga pada tahun 1970 pelaksanan pendirian rumah sakit tersebut

yang dibiayai oleh Departemen Kesehatan RI dengan lokasi di Pingit.

Karena lokasi dianggap tidak memadai, maka pembangunan RSU Pusat

di pindahkan ke daerah Sekip di dalam kampus Universitas Gadjah

Mada dengan nama RS DR. Sardjito. Nama Prof. DR. Sardjito dijadikan

sebagai nama rumah sakit karena untuk mengenang perjuangan dan

jasa beliau sebagai tokoh pelayanan kesehatan dan pendidikan di UGM.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap beliau dibuat patung Prof. DR.

Sardjito yang sampai sekarang dapat dilihat di RS DR. Sardjito.

Berdasarkan Surat Keputusan bersama antara Menteri Kesehatan


12

RI beserta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

522/Menkes/SKB/X/1981 dan No. 238a/U/1981 tanggal 2 Oktober 1981

dilakukan pembangunan antara Rumah Sakit Gadjah Mada dan Rumah

Sakit Umum Pemerintah DR. Sardjito dengan memanfaatkan fasilitas

pemerintah. Pada tanggal 8 Februari 1982, RS DR. Sardjito diresmikan

oleh Presiden Soeharto, hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti yang

ditanda tangani Presiden Soeharto.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

126/Ka/B.VIV/1974 tanggal 13 Juni 1974 RS DR. Sardjito merupakan

Rumah Sakit Umum tipe B pendidikan yang berada di bawah

pengawasan langsung dan bertanggungjawab kepada Departemen

Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan Medis. Pada tahun 2004,

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1174/MenKes/SK/X/2004 RS DR. Sardjito menjadi Rumah Sakit

Pemerintah tipe A.

Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum Pusat yang

bertujuan mewujudkan pelayanan Kesehatan yang bermutu dan inovatif

maupun dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan

pengembangan yang unggul dan ketermuka serta meningkatkan

kesejahteraan karyawan yang memadai dan meningkatkan pendapatan

untuk menunjang kemandirian Rumah Sakit.

2. Motto, Visi dan Misi

a. Motto : Motto dari RS DR. Sardjito adalah Mitra Terpercaya

Menuju Sehat

b. Visi : Menjadi rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan,


13

pendidikan dan Penelitian di Asia Tenggara yang bertumpu pada

kemandirian.

c. Misi :

1) Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu

dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

2) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan

untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Ilmu

Pengetahuan Kedokteran kesehatan dan berwawasan global.

4) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

5) Meningkatkan pendapatan untuk menunjang kemandirian

Rumah Sakit.

3. Kepemilikan dan Lokasi

Rumah Sakit DR. Sardjito adalah milik Departemen Kesehatan RI

dan bertanggung jawab langsung kepada Departemen Kesehatan

melalui Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

Rumah Sakit DR. Sardjito berada di Jl. Kesehatan No. 1. Sekip,

Yogyakarta. Letaknya sangat strategis dekat dengan kawasan kampus

Universitas Gadjah Mada khususnya Fakultas Kedokteran dan berada di

tengah kota dengan sarana transportasi yang memadai sehingga mudah

dijangkau masyarakat.

4. Macam Pelayanan

a. Poliklinik

1) Klinik Mata

2) Klinik Anak
14

3) Poliklinik Penyakit Dalam

4) Klinik Jantung

5) Klinik Akupuntur

6) Klinik THT

7) Klinik Bedah Mulut

8) Klinik Kulit dan Kelamin

9) Klinik Paru-Paru (pulmonologi)

10) Klinik Herbal

11) Klinik Edelweis

12) Klinik Elektromedik

13) Klinik Geriatri

14) Klinik Saraf

15) Klinik Kanker Terpadu Tulip

16) Klinik Kesehatan Jiwa

17) Klinik General Check Up (GCU)

18) Klinik Kebidanan dan Kandungan

19) Klinik Gizi

20) Klinik Gigi dan Mulut

21) Klinik Pegawai

22) Klinik Estetika

23) Poliklinik Bedah Umum

24) Klinik Bedah Thorak dan Vaskuler

25) Klinik Bedah Plastik

26) Klinik Bedah Anak

27) Klinik Bedah Saraf


15

28) Klinik Bedah Urologi

29) Klini Anesthesi

30) Klinim Stroke dan Memori

31) Klinik Kesehatan Reproduksi

32) Klinim Kontrasepsi Mantap

33) Home Care

34) Klinik Bedah Digestiv

b. Pelayanan Penunjang Medis

1) Radiologi

2) Patologi Klinik

3) Patologi Anatomi

4) Rehabilitasi Medik

5) Farmasi

6) Kedokteran Forensik

7) Bedah Sentral Terpadu

8) Haemodialisis

9) Pelayanan Tranfusi Darah

10) Anesthesi

11) Radioterapi

c. Instalasi Rawat Inap

Instalasi Rawat Inap I untuk perawatan dewasa, terdiri dari:

1) Bangsal Bedah (Cendana 1-5)

2) Bangsal Kulit dan Kelamin (Dahlia III)

3) Bangsal THT (Dahlia IV)

4) Bangsal Saraf (Dahlia II)


16

5) Bangsal Mata (Dahlia I)

6) Bangsal Penyakit Dalam (Bougenvile I, II, III, IV)

7) Bangsal Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Anggrek I, II,)

8) Unit Stroke

Instalasi Rawat Inap II untuk perawatan anak, terdiri dari:

1) Melati 1-4

2) Kartika

3) Bangsal VIP Anak Cempaka Mulya

Instalasi Rawat Inap III untuk perawatan pasien VIP, terdiri dari:

1) Paviliun Wijaya

2) Paviliun Kusuma

3) Paviliun Ayodya

4) Instalasi Rawat Inap IV untuk perawatan pasien jiwa

5) Instalasi Rawat Inap V yakni Paviliun Cendrawasih

6) Instalasi Rawat Intensif (ICU)

7) Instalasi Rawat Jantung (IRJAN/ICCU)

8) Pelayanan Bedah Jantung

9) IRNA VI Paviliun Amarta

d. Instalasi Rawat Darurat (IRD)

Instalasi Rawat Darurat merupakan bagian dari rumah sakit yang

melayani kasus darurat serta pelayanan di luar jam kerja yang

dilengkapi dengan ambulance 118 yang tergabung dalam Pusat

Bantuan Pelayanan Kesehatan (Pusbankes). Pelayanan Instalasi

Rawat Darurat buka 24 jam dan dilengkapi 3 ruang operasi, IMC

(Intermediet care), pelayanan obat Hospital Farma, Apotek


17

Pelengkap Kimia Farma dan Unit Transfusi Darah PMI.

e. Poliklinik Perjanjian

1) Anak Cempaka Mulya

2) Wijaya Kusuma

3) Cendrawasih (Gigi & Mulut)

4) Psykologi

5) Unit Perlindungan Kekerasan Terhadap Perempuan & Anak

(UKPT) Sekar Arum

5. Performance

Prosentase performance RSUP DR. Sardjito selama lima tahun

terakhir dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 2. Performance RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

NO. INDOKATOR 2008 2009 2010 2011 2012


1. Jumlah Tempat Tidur 688 707 731 724 730
2. BOR (%) 70,97 73,17 75,13 76,26 74,34
3. AVLOS (hari) 6,77 7,07 7,10 7,10 7,22
4. BTO (kali) 36,75 37,14 39,11 39,87 38,51
5. TOI (hari) 2,88 2,65 2,25 2,08 2,3
6. NDR () 53 49 54 56,76 52
7. GDR () 75 70 72 73,46 72
JUMLAH KUNJUNGAN
8. 280,178 288,937 315,154 345,265 318,338
RAJAL
JUMLAH KUNJUNGAN
9. 31,364 32,412 35,227 33,350 32,582
RAWAT DARURAT
JUMLAH PASIEN RAWAT
10. 24,940 25,812 28,412 28,796 28,046
INAP
Sumber: Bagian Pelaporan Instalasi Catatan Medik RSUP DR. Sardjito tahun 2013
18

Tabel 3. Jumlah Tempat Tidur tahun 2012 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

NO. JENIS RUANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR


1. Suite Room 10
2. VVIP A 16
3. VVIP B 4
4. VIP B 32
5. VIP 45
6. Utama 7
7. Isolasi 3
8. Kelas 1 74
9. Kelas 2 273
10. Kelas 3 266
TOTAL 730
Sumber: Bagian Pelaporan Instalasi Catatan Medik RSUP DR. Sardjito tahun
2013

Anda mungkin juga menyukai