Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN JURNAL

Jurnal 1
Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung
Jakarta.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross-
sectional. Populasi adalah masyarakat pekerja industri dewasa laki-laki maupun perempuan
berusia kerja (15-55 tahun) di wilayah kawasan industri Pulo Gadung pada tahun 2006. Cara
pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling dengan penghitungan besar
sampel melalui dua pendekatan, yaitu dengan menggunakan rumus estimasi proporsi dan
estimasi rerata6 sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 950 orang.
Variabel yang diukur meliputi karakteristik responden, jenis keluhan nyeri, bagian tubuh
yang nyeri dan faktorfaktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri. Pengumpulan data dengan
metode wawancara dengan kuesioner. Data dianalisis dengan menghitung distribusi frekuensi
masing-masing variabel serta menentukan hubungan dan menghitung besarnya risiko.

HASIL
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus dan September 2006 dan
mendapatkan 950 responden dari 7 perusahaan yang masing-masing mewakili jenis industri di
kawasan industri Pulo Gadung Jakarta Timur. Pengambilan sampling responden terpilih untuk
masing-masing jenis industri dilakukan secara proporsional. Waktu pengumpulan data dilakukan
pada jam kerja dengan sistem bergilir atau bergantian sehingga tidak menyebabkan gangguan
produksi di masing-masing perusahaan.
Karakteristik Responden
Responden adalah para pekerja di bagian produksi dari 7 jenis industri yang sudah bekerja
minimal selama 2 tahun. keluhan muskuloskeletal menunjukkan bahwa keluhan nyeri sendi
dialami oleh 66,9%, dengan nyeri lutut yang terbanyak yaitu sebesar 26,6%. Tiga peringkat
terbesar proporsi bagian tubuh yang mengalami cedera menurut jenis industrinya.
PEMBAHASAN
proporsi umur pekerja industri tertinggi (33,9%) adalah 30-39 tahun diikuti oleh
kelompok umur 20-29 tahun (30%) dan umur 40-49 tahun (27,7%). Kelompok umur tersebut
menunjukkan usia produktif untuk seluruh jenis industri yang ikut dalam penelitian ini. Pekerja
industri mayoritas laki-laki sebanyak 647 orang (68,1%) dan tingkat pendidikan didominasi oleh
pendidikan setingkat SMU yaitu 624 (65,7%) dan status perkawinan sebagian besar sudah kawin
yaitu 744 orang (78,3%).
Suku pekerja yang diperiksa sebagian besar adalah Jawa sebanyak 559 orang (59,1%),
Betawi 178 orang (18,8%) dan Sunda 143 orang (15,1%). Kebanyakan mempunyai aktifitas fisik
sedang yaitu 71,7% dengan pembagian klasifikasi melakukan pekerjaan dengan posisi berdiri
selama lebih dari 6 jam per hari.
Keluhan Nyeri
Keluhan nyeri muskuloskeletal yang sering dirasakan responden 52.9% responden
mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal. Tingginya proporsi pekerja yang mengalami
gangguan keluhan nyeri tersebut memerlukan perhatian besar khususnya untuk pencarian upaya
untuk mengurangi dan menangani keluhan tersebut. Urutan bagian tubuh yang sering mengalami
nyeri pada pekerja industri adalah bagian kaki (22,7%), pinggang (17,1%) dan bahu (9,5%).
Tingginya proporsi pekerja yang mengalami nyeri muskuloskeletal tersebut menunjukkan
bahwa faktor ergonomi kerja baik dari segi posisi pekerja maupun desain alatnya perlu segera
dilakukan evaluasi dan perbaikan. Perbedaan proporsi pekerja yang merasakan keluhan nyeri
berdasarkan jenis industrinya tercantum pada tabel 4. Proporsi pekerja yang merasakan nyeri
tertinggi terdapat pada jenis industri garmen (65,2%), diikuti oleh industry percetakan (63%) dan
industri konstruksi (60%). Tingginya angka proporsi pekerja yang mengalami nyeri akibat kerja
perlu diperhitungkan karena hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap produktivitas kerjanya.
Hubungan antara Faktor Risiko dengan keluhan nyeri
Keluhan nyeri pada pekerja industri lebih kepada keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
pekerja yang berkaitan dengan otot (muskuloskeletal) akibat kerja.Hubungan antara faktor-faktor
dengan keluhan nyeri. Faktor yang berhubungan bermakna (p<0,05) dengan keluhan nyeri pada
pekerja industri adalah kondisi distres, status anemia dan posisi kerja. Pekerja dengan kondisi
distress berisiko 1,62 kali (95% CI: 1,25-2,11), anemia berisiko 1,56 kali (95% CI: 1,25-2,11)
dan posisi duduk berisiko 1,51 kali (95% CI: 1,15-1,96) mengalami nyeri muskuloskeletal akibat
kerja dibandingkan dengan pekerja yang sehat.

KESIMPULAN
Proporsi keluhan nyeri pada pekerja industri di bagian produksi di kawasan industri Pulo Gadung
masih cukup tinggi. Untuk itu perlu disusun model intervensi yang tepat untuk mengurangi dan
menghilangkan keluhan nyeri muskuloskeletal melalui perbaikan kesehatan jiwa dan mental
pekerja, perbaikan gizi dan ergonomi. Langkah selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan lebih
detail keluhan nyeri muskuloskeletal tersebut sehingga dapat diketahui penyebab yang pasti dan
dapat dilakukan upaya perbaikan dan pengendalian terhadap faktor risikonya.

JURNAL 2
Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Laundry
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory survey (penelitian penjelasan) dengan
pendekatan potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota sampling
dengan kriteria inklusi responden bekerja hanya pada satu bagian kerja tertentu dari laundry,
tidak memiliki keterbatasan komunikasi dan kriteria eksklusi responden keluar dari pekerjaannya
dan tidak bersedia dijadikan responden. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak
150 orang, meliputi 30 orang bagian penimbangan, 30 orang bagian pencucian, 30 orang bagian
pengeringan, 30 orang bagian penyetrikaan dan 30 orang pekerja bagian pengemasan. Data
dikumpulkan dengan kuesioner Nordic Body Map Test dan checklist. Analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan kai kuadrat.

HASIL
Sebanyak 24 orang (80%), sikap kerja yang tidak ergonomic mayoritas (60%) pada
bagian pencucian, usia yang paling berisiko pada bagian pengemasan, masa kerja mayoritas
kurang dari 6 tahun untuk semua bagian, beban kerja mayoritas pada rentang ringan sampai
sedang, lama kerja mayoritas 6 sampai dengan 10 tahun (Tabel 1). Analisis bivariat dilakukan
terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi.penelitian ini menggunakan
pencumenggunakan uji kai kuadrat yang digunakan untuk menguji hubungan antara tiap bagian
di proses jasa laundry, yaitu penimbangan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan
pengemasan dengan keluhan MSDs. Dari analisis bivariat, dapat dilihat bahwa variabel sikap
kerja yang berhubungan dengan keluhan MSDs hanya terdapat pada bagian pencucian (nilai p =
0,014 < 0,05). Sedangkan pada bagian penimbangan (nilai p = 0,77), pengeringan (nilai p =
0,257), penyetrikaan (nilai p = 0,109) dan pengemasan (nilai p = 0,370) tidak berhubungan
dengan keluhan MSDs karena nilai p > 0,05.

PEMBAHASAN
Hasil analisis bivariat pada semua proses kerja menunjukkan bahwa proses kerja
pencucian adalah satusatunya proses kerja yang memiliki hubungan dengan keluhan MSDs (nilai
p = 0,041 lebih kecil dari pada a = 0,05). Berdasarkan hasil observasi saat mengangkat,
memasukan, dan mengeluarkan cucian dari mesin cuci, pekerja melakukan dengan posisi
punggung membungkuk dan cara mengangkat dengan posisi beban tidak didekatkan dengan
tubuh. Posisi tersebut kemungkinanmenjadi salah satu penyebab adanya keluhan MSDs. Hal ini
di dukung oleh penelitian Tiyas,6 yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap angkat dengan keluhan nyeri pinggang yang merupakan bagian dari sistem MSDs.
Sikap kerja yang tidak alami antara lain punggung terlalu membungkuk, pergerakan tangan
terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal atau sering disebut sebagai MSDs. MSDs
merupakan masalah yang signifikan pada pekerja. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit,
nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar.7
Bagian tubuh yang sering dikeluhkan meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, punggung.
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya terjadi karena karakteristik tuntutan tugas,
alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tuntutan
tugas dalam pekerjaan laundry terkait dengan kegiatan angkat dan angkut. Meskipun jumlah
beban yang diangkut pada bagian pencucian 60% dalam kategori ringan, banyak yang
mengalami gangguan MSDs (80%). Hal ini terjadi karena aktivitas tersebut dilakukan dengan
sikap yang tidak ergonomi, yakni sebesar60% dari total pekerja bagian pencucian (30 orang).
Berdasarkan penelitiaan Abdilah,9 bahwa keluhan-keluhan yang menyebabkan risiko gangguan
musculoskeletal pada pekerja kuli angkut buah di agen buah terdiri dari gejala yang dirasakan
oleh responden adalah 20% tidak merasakan sakit, 60% merasakan sedikit sakit dan 20% sangat
sakit, gejala-gejala yang dialami dan dirasakan oleh responden disebabkan oleh postur tubuh
yang tidak alamiah saat mereka bekerja. Bagian tubuh yang paling sering merasakan sakit adalah
bagian punggung dan pinggang. Seluruh responden mengaku keluhan rasa sakit atau pegal yang
mereka alami tidak tentu.
Risiko kerja berhubungan erat dengan kejadian keluhan MSDs. Seperti yang
diungkapkan oleh para ahli ergonomic dan peneliti-peneliti sebelumnya. Faktor risiko kerja
adalah sifat/karakteristik pekerja atau lingkungan kerja yang dapat meningkatkan kemungkinan
pekerja menderita keluhan MSDs.10 Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs ada
hubungan antara risiko kerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fasbrikasi Pt.
Catrerpilar Indonesia tahun 2010 dengan hasil nilai p= 0,000.11 Berbagai faktor yang
berhubungan dengan MSDs pada pekerja furnitur, juga menunjukkanhubungan antara risiko
kerja dengan MSDs. Faktor pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
MSDs.12 Faktor pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs diantaranya adalah postur kerja.

KESIMPULAN.
Sikap kerja pada pekerjaan laundry berisiko terjadi MSDs jika dilakukan secara tidak
ergonomi. Sikap kerja yang berisiko terhadap MSDs adalah sikap kerja yang dilakukan oleh
pekerja pada bagian pencucian. Sementara, sikap kerja pada bagian penimbangan, pengeringan,
penyetrikaan maupun pengemasan tidak menunjukkan risiko ke arah MSDs.

Anda mungkin juga menyukai