Anda di halaman 1dari 14

JUDUL

PENGATURAN DAN PELAKSANAAN WAKAF TUNAI


(STUDI KASUS PADA BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)
AL-RIFAIE)

Dipersembahkan kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk memenuhi syarat pendaftaran mahasiswa baru
Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Oleh :
Andika Taftiyanur Rofi
Id Pendaftaran : 171800037
PENGATURAN DAN PELAKSANAAN WAKAF TUNAI
(STUDI KASUS PADA BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT)
AL-RIFAIE)

A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang memiliki nilai-nilai istimewa yang berbeda


dengan agama-agama samawi lainnya. Islam memuat aturan-aturan di segala
aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek perekonomian, karena Islam sangat
menentang kemiskinan. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasullullah SAW bersabda yang artinya :
Kemiskinan, kebodohan, dan penyakit merupakan musuh Islam. Ketiganya dapat
menggoyah sendi kehidupan, menghancurkan ketentraman, menghalangi
ukhuwah, serta meruntuhkan kemuliaan dan kejayaan bangsa. Oleh karena itu,
Islam tidak hanya mengatur tentang masalah peribadatan makhluk-Nya, akan
tetapi, Islam juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kesejahteraan umat
manusia di dunia.

Salah satu institusi dalam Islam yang memiliki kontribusi cukup besar
terhadap umat adalah perwakafan. Praktik perwakafan ini telah lama dilakukan
oleh umat Islam sejak zaman Nabi. Bahkan masyarakat sebelum Islam telah
mempraktikkan sejenis wakaf, tapi dengan nama lain, bukan wakaf. Jadi praktik
sejenis wakaf ini sebenarnya telah ada di masyarakat sebelum Islam. Sedangkan
untuk wakaf tunai, hal ini mulai dikenal pada masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir.1
Hingga sekarang telah begitu banyak terkumpul harta wakaf yang dikelola oleh
berbagai lembaga pengelola wakaf. Namun ironisnya, harta wakaf tersebut masih
banyak yang terbengkalai dan tidak diberdayakan.

Ada banyak faktor yang menyebabkan harta wakaf tersebut tidak terurus,
atau bahkan terhenti pemanfaatannya. Diantaranya adalah faktor ketidakcakapan
nadzir dalam mengelola harta wakaf yang diamanatkan kepadanya. Selain itu juga

1
Tim Penyusun, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam .
2013),p. 4.
bisa jadi karena buruknya sistem pengelolaan dan juga masalah yang terkait
dengan dana sehingga dana yang terhimpun tidak efisien. Diantara beberapa
faktor tersebut, yang banyak menjadi kendala adalah tentang masalah dana yang
sangat minim.

Dalam konteks Indonesia sendiri memang telah banyak dilakukan praktik


perwakafan. Namun kenyataannya, pemahaman masyarakat tentang wakaf selama
ini masih terbatas. Pemahaman tentang wakaf masih diartikan sebagai benda yang
tidak bergerak seperti tanah, sehingga masyarakat tidak begitu mudah untuk
mengeluarkan wakaf. Karena mereka beranggapan bahwa untuk berwakaf itu
mereka harus mempunyai tanah terlebih dahulu serta benda tidak bergerak
lainnya. Selain itu bentuk pemanfaatannya pun seolah-olah hanya terbatas pada
masjid, mushalla, bangunan sekolah, pondok pesantren, dan lain-lain. Sementara,
kebutuhan masyarakat saat ini sangat besar sehingga mereka membutuhkan dana
tunai untuk meningkatkan kesejahteraan.

Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang yaitu


Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf yang berisi
memperbolehkan wakaf uang/tunai dengan berbagai ketentuannya. Majelis Ulama
Indonesia pun juga berfatwa demikian.2 Lantas, bagaimana pemberdayaan wakaf
uang/tunai di Indonesia era sekarang ini dengan keadaan sosial dan yuridis formal
seperti saat ini? Untuk menjawab pertanyaan krusial ini, penulis melakukan studi
tentang pengaturan dan pelaksanaan wakaf tunai yang dilakukan oleh Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) Al-Rifaie Malang. Sebuah Lembaga Keuangan Syariah yang
didirikan dan dikelola oleh Pondok Modern Al-Rifaie 2 Malang.

Penentuan pilihan objek penelitian terhadap BMT Al-Rifaie ini penulis


dasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, dilihat secara sekilas, Pondok
Modern Al-Rifaie 2 merupakan salah satu pondok yang terbesar di daerah
Gondanglegi Malang dan satu-satunya pondok yang memiliki BMT sendiri dan

2
Keputusan fatwa Majelis Ulama Indinesia ini dikeluarkan pada tanggal 28 Shafar 1423
H bertepatan dengan tanggal 11 Mei 2002 M. Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia (Jakarta: tnp, 2003), hal. 80-86.
dikelola sendiri. Kedua, lembaga tersebut berdiri dan dikelola di komplek Pondok
Pesantren yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan dalam segala
aspek termasuk dalam mengelola BMT.

Untuk mengetahui bagaimana pengaturan dan pelaksanaan wakaf


tunainya, maka studi terhadap pengaturan dan pelaksanaan wakaf uang/tunai pada
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Rifaie perlu diadakan, guna mengetahui
berjalannya fungsi-fungsi manajemen dan pengelolaannya serta untuk dapat
diambil kesimpulan mengenai efisiensi manfaat dana wakaf uang yang ada pada
lembaga tersebut.

B. PERUMUSAN MASALAH

Setelah mendeskripsikan problema sebagaimana dipaparkan dalam latar


belakang masalah, maka persoalan-persoalan yang diteliti dalam studi ini adalah:

1. Bagaimana Pengaturan Wakaf Tunai di Baitul Maal wa Tamwil


(BMT) Al-Rifaie Malang?
2. Bagaimana pelaksanaan Wakaf Tunai di Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) Al-Rifaie Malang?
3. Bagaimana prospek selanjutnya yang akan dikembangkan oleh Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) Al-Rifaie Malang dalam hal perwakafan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa bagaimana pengaturan Wakaf Tunai di Baitul Maal wa


Tamwil (BMT) Al-Rifaie Malang
2. Menganalisa bagaimana pelaksanaan Wakaf Tunai di Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) Al-Rifaie Malang
3. Menganalisa apa saja dan bagaimana prospek selanjutnya yang akan
dikembangkan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Rifaie Malang
dalam hal perwakafan
D. MANFAAT PENELITIAN

Adalpun manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat akademi
Penelitian ini erat hubungannya dengan Ilmu Ekonomi Islam yang
saat ini sangat dibutuhkan untuk membangun sistem ekonomi yang baik,
sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua
pihak yang berkepentingan dapat lebih memahaminya.
2. Manfaat dalam implementasi atau praktik.
Penelitian ini memfokuskan kepada BMT Al-Rifaie Malang
sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan para pengambil kebijakan
dalam BMT Al-Rifaie Malang maupun pihak pihak lain yang
berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

E. TELAAH PUSTAKA

Kajian-kajian terhadap wakaf tunai pada saat ini memang telah mulai
berkembang. Buku-buku yang membahas permasalahan tersebut juga semakin
banyak ditemukan.

Beberapa buku maupun karya ilmiah yang membahas perkembangan


wakaf tunai tersebut di antaranya diterbitkan oleh Direktorat Pemberdayaan
Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, yaitu Pedoman
Pengelolaan Wakaf Tunai yang memuat substansi yang perlu disosialisasikan
kepada masyarakat dan lembaga-lembaga Islam yang mengelola wakaf atau
memiliki kepentingan terhadap wakaf.

Buku dengan judul Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia


juga termasuk buku yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam yang diharapkan dapat merubah paradigma lama menjadi
paradigma baru wakaf, dari konsumtif menjadi produktif untuk meningkatkan
peran sosial wakaf di tanah air.
Muhammad Djakfar menulis di dalam jurnal yang berjudul Wakaf Tunai
sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi di Indonesia menjelaskan bahwa
Wakaf Tunai menjadi sebuah potensi yang sangat besar untuk
menumbuhkembangkan Perekonomian di Indonesia. Dengan adanya wakaf tunai
akan muncul peluang jalan keluar demi kemajuan ekonomi yang bisa dinikmati
umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia Umumnya.

Muhyar Fanani juga menjelaskan dalam jurnal yang berjudul Pengelolaan


Wakaf Tunai bahwa kendala yang paling mencolok adalah persoalan
manajemen, masyarakat muslim Indonesia belum memiliki tradisi yang kuat
untuk memaksimalkan pengelolaan wakaf uang agar dapat membantu peningkatan
kesejahteraan umat.3

Ahmad Furqon dalam jurnalnya yang berjudul Wakaf Sebagai Solusi


Permasalahan Dunia Pendidikan di Indonesia yang membahas peranan wakaf
bagi pengembangan pendidikan pada masa dinasti-dinasti islam untuk
menemukan kunci kesuksesan pengembangan wakaf pada masa tersebut dan
mencoba menemukan faktor-faktor kesuksesan pengelolaan wakaf pada masa itu
untuk menjadi solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia.4

Ada beberapa penelitian yang menyinggung pengelolaan wakaf tunai.


Salah satunya yaitu skripsi yang disusun oleh Nuzula Yustisia dengan judul
Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Lembaga Amil Zakat Di Kota
Yogyakarta. Peneliti membahas tentang fungsi manajemen, antara lain:
merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin atau
mengarahkan (leading), dan mengendalikan (controlling) wakaf tunai yang ada di
pada lembaga amil zakat di kota Yogyakarta.

Aliyatus Sadiyah dalam penelitiannya yang berjudul Manajemen


Investasi Wakaf Tunai (Studi Lapangan di Badan Wakaf Indonesia Jakarta 2011-

3
Muhtar Fanani. Pengelolaan Wakaf Tunai dalam Jurnal Walisongo.(Volume 19,
Nomor 1, Mei 2011)
4
Ahmad Furqon. Wakaf Sebagai Solusi Permasalahan Dunia Pendidikan di Indonesia
dalam Jurnal At-Taqaddum.(Volume 4, Nomor 2, November 2012)
2012) membahas tentang manajemen BWI diantaranya manajemen kenadziran,
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf secara efektif dan efisien agar
produktif.5

Eko Nur Cahyo dalam Jurnalnya yang berjudul Wakaf Uang dalam
Perspektif Fiqh dan Pengembangan Perekonomian Umat membahas
pengembangan wakaf uang memiliki nilai ekonomi yang strategis, dan diharapkan
kontribusinya dalam mengatasi problem kemiskinan dan kebodohan yang
mendera bangsa kita menjadi akan lebih signifikan.6

Syafrudin Arif dalam jurnalnya yang berjudul Wakaf Tunai Sebagai


Alternatif Mekanisme Retribusi Keuangan Islam memaparkan dasar syariat
wakaf, kemudian gambaran bahwa adanya wakaf harta bergerak tidak
dipertentangkan dengan tujuan syariat wakaf dalam islam. Penulis juga
memaparkan bagaimana meraih potensi wakaf dalam arti retribusi ekonomi di
Indonesia.7

Tesis yang berjudul Analisis Pengaruh Karekteristik Mauquf Alaihi


Terhadap Pelunasan Qordul Hasan dan Analisis Kualitas Pelayanan BWU-T DIY
Terhadap Masyarakat Binaannya,8 mendapat hasil bahwa variable yang
signifikan mempengaruhi kelancaran pembayaran kembali PROTAB adalah jenis
kelamin. Sedangkan variable lainnya, yaitu usia, pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, pengalam usaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kelancaran pembayaran angsuran. Kualitas pelayanan BWU-T dinilai baik oleh
responden dilihat dari tingkat kesesuaian antara harapan dan kinerja yang
mencapai 88%, dengan kata lain bahwa kinerja BWU-T adalah memuaskan.

5
Aliyatus Sadiyah. Manajemen Investasi Wakaf Tunai: Studi lapangan di Badan Wakaf
Indonesia Jakarta 2011-2012. Sripsi tidak diterbitkan. 2013
6
Eko Nur Cahyo. Wakaf Uang dalam Perspektif Fiqh dan Pengembangan Perekenomian
Umat dalam Jurnal Ijtihad. (Volume 7, Nomor 2, 2 Muyharram-Rabiu Tsani 1434-2012)
7
Syafrudin Arif. Wakaf Tunai Sebagai Alternatif Mekanisme Retribusi Keuangan Islam
dalam Jurnal La Riba. (Volume 4, nomor 1, Juli 2010)
8
Mufti Afif, Analisis Pengaruh Karekteristik Mauquf Alaihi Terhadap Pelunasan
Qordul Hasan dan Analisis Kualitas Pelayanan BWU-T DIY Terhadap Masyarakat Binaannya,
(Yogyakarta: Tesis Pasca Sarjana Prodi Agama dan Lintas Budaya Minat Ekonomi Islam
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011).
Tesis yang berjudul Pemberdayaan Wakaf Tunai (Studi Implementasi
Badan Wakaf Uang/Tunai Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta),9 mendapatkan hasil bahwa BWUT MUI DIY lebih mengedepankan
sosialisasi dan pengelolaan secara profesional. Hal itu karena wakaf uang/tunai
termasuk sedekah sunnah yang pelaksanaannya tidak berdasarkan paksaan tetapi
semata-mata hanya atas dasar suka rela dan keikhlasan. Dalam menghimpun harta
wakaf uang/tunai, BWUT MUI DIY menggunakan akad mudharabah, bukannya
akad wadiah sebagaimana ketentuan peraturan perundangan. BWUT MUI DIY
menjadikan BPD DIY Syariah sebagai Lembaga Keuangan Sariah Penerima
Wakaf Uang (LKS-PWU) sekaligus sebagai satu-satunya tempat investasi.
Mengenai penyaluran manfaatnya, untuk sementara ini hanya
mendistribusikannya ke satu bidang, yaitu bidang pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah dalam bentuk PROTAB (Pinjaman Produktif Tanpa Agunan dan
Biaya). Ternyata, peranan wakaf uang/tunai sebagai multipleyer ekonomi umat
begitu signifikan.

F. KERANGKA TEORI
1. Wakaf
a. Definisi Wakaf
Wakaf adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu waqf yang
berarti menahan, menghentikan atau mengekang. Kata waqf diucapkan dalam
bahasa Indonesia dengan wakaf. Ucapan inilah yang dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia. Menurut istilah syara wakaf berarti menahan harta dan
memberikan manfaatnya di jalan Allah. Benda wakaf adalah segala benda baik
benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya
sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.

Dalam agama Islam Wakaf mempunyai dua dimensi sekaligus, yaitu


dimensi religi dan dimensi sosial ekonomi. Dimensi religi karena wakaf
merupakan anjuran agama Allah SWT yang mana mereka yang memberi wakaf

9
Eko Mardiono, S.Ag., Pemberdayaan Wakaf Tunai (Studi Implementasi Badan Wakaf
Uang/Tunai Majelis Ulama Indonesia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), (Yogyakarta, Tesis
Pasca sarjana Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2010).
mendapat pahala dari Allah SWT. Dimensi sosial ekonomi karena syariat wakaf
mengandung unsur ekonomi dan sosial, dimana kegiatan wakaf melalui uluran
tangan sang dermawan dapat membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa.

Pada tanggal 27 Oktober 2004, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004


tentang Wakaf telah diundangkan. UU tersebut memiliki urgensi untuk
menekankan perlunya pemberdayaan wakaf secara produktif untuk kepentingan
sosial (kesejahteraan umat). Menyusul kemudian disahkannya Peraturan
Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

UU Wakaf tersebut mengatur juga tentang wakaf benda bergerak, yaitu


harta benda yang tidak habis karena dikonsumsi, seperti: uang, logam mulia, surat
berharga, dan sebagainya. Jadi, benda apa saja sepanjang ia tidak dapat musnah
setelah diambil manfaatnya, dapat diwakafkan. Uangpun termasuk benda yang
dapat diwakafkan (wakaf tunai), sepanjang uang tersebut dimanfaatkan sesuai
dengan tujuan akad wakaf dan tidak habis atau musnah. Jadi uang dapat saja
diwakafkan dengan mekanisme membelanjakan uang tersebut pada benda-benda
yang memiliki sifat tidak musnah.

b. Pengertian Wakaf Tunai


Wakaf Tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang,
dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Wakaf tunai (uang)
termasuk salah satu wakaf produksi, wakaf produktif suatu bentuk pemberian
yang bisa digulirkan untuk usaha yang hasilnya untuk kemaslahatan umat.

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia berfatwa pada 28 Safar 1423 H/1
Mei 2002 M, bahwa:

1) Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang,


lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
2) Termasuk dalam pengertian uang tunai adalah surat-surat berharga.
3) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh)
4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syari.
5) Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan.

c. Dasar Syariat Wakaf


Terdapat nash-nash dari Quran maupun hadist yang menyatakan syariat
wakaf, yaitu:

1) Allah SWT bersabda:





Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesunguhnya Allah
mengetahuinya. (Qs. Al-Imran: 92)

2) Riwayat hadist yang menceritakan wakaf Umar bin Khatab.


Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim; Dari Umar bin Khatab ra., ia
mendatangi Rasulullah SAW, maka saya berkata kepadanya, Saya
mendapatkan tanah, dan sebelumnya saya tidak pernah mendapatkan
sesuatu yang lebih saya sukai dan lebih berharga dari tanah itu, maka
apa yang bisa engkau perintahkan kepada saya? Beliau bersabda,
Apabila kamu mau, kamu bisa mewakafkan pokoknya dan
menyedekahkannya.. Maka Umar pun mewakafkan tanah itu, yang
tidak untuk dijual atau diberikan, melainkan hasilnya dibagikan
kepada fakir miskin, kerabat, para tamu dan orang-orang yang dalam
perjalanan. Tidak berdosa bagi yang mengelolanya untuk memakan
darinya dengan cara yang baik.
3) Ali bin Abi Thalib ra., pernah mewakafkan tanahnya di Yanba dan
Wadi Al-Qura. Demikian juga sahabat-sahabat lainnya seperti
Thalhah ra., Az-Zubair ra., Hakim Hazzam ra., Abdurrahman bin Auf
ra., Abdullah bin Ash ra., dan sahabat lainnya.
4) Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., dengan sanad marfu
kepada Nabi Muhammad SAW, Barang siapa yang mewakafkan
kuda di jalan Allah SWT, karena iman dan menghadap ridha-Nya,
maka kotoran dan kencingnya berada dalam hitungan kebaikan..
Maka Umar ra., mewakafkan kuda. Demikian juga Khalid bin Walid
ra., mewakafkan senjata dan alat-alat pertanian.

2. Wakaf Tunai / Uang

Wakaf bergerak berupa uang diatur secara khusus dalam undang-undang


no 41 tahun 2004. Ketentuan mengenai wakaf uang adalah :

a. Wakif dibolehkan mewakafkan uang melalui Lembaga Keuangan Syariah


yang ditunjuk menteri.
b. Wakaf uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak wakif
yang dilakukan secara tertulis.
c. Wakaf diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
d. Sertifikat wakaf uang diterbitkan dan disampaikan oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan
diterbitkannya sertifikat wakaf uang.

Adapun aturan teknis yang menyangkut wakaf uang adalah (1) wakif
wajib hadir dilembaga keuangan syariah sebagai penerima wakaf uang (LKS-
PWU) untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya. (2) Wakif wajib menjelaskan
kepemilikan dan asal-usul uang yang diwakafkan. (3) Wakif wajib menyerahkan
secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU. (4) Wakif wajib mengisi formulir
pernyataan kehendaknya yang berfungsi sebagai AIW.

Wakaf uang dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (muaqqad).


Uang yang diwakafkan harus dijadikan modal usaha (ras al-mal) sehingga
secara hukum tidak habis sekali pakai, dan yang disedekahkan adalah hasil dari
usaha yang dilakukan oleh nazhir atau pengelola.
Wakaf tunai dapat dilakukan secara mutlak dan juga secara terbatas
(muqayyad). Wakaf uang secara mutlak dan terbatas dapat dilihat dari segi usaha
yang dilakukan oleh nazhir (bebas melakukan berbagai jenis usaha yang halal atau
terbatas pada jenis usaha tertentu), dan dari segi penerima manfaatnya (ditentukan
atau tidak ditentukan pihak-pihak yang berhak menerima manfaat wakaf).

Wakaf uang pada dasarnya mendorong bank syariah untuk menjadi nazhir
yang profesional. Pihak bank sebagai penerima titipan harta wakaf dasar
menginvestasikan uang tersebut pada sektor-sektor usaha halal yang
menghasilkan manfaat. Pihak bank sendiri sebagai nazhir berhak mendapat
imbalan maksimumkan 10% dari keuntungan yang diperoleh.
G. DAFTAR PUSTAKA

Afif, Mufti. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Mauquf Alaihi Terhadap


Pelunasan Qrdul Hasan dan Analisis Kualitas Pelayanan BWUT DIY
Terhadap Masyarakat Binaannya: Studi Kasus Pada Program PROTAB
di BWUT MUI Provinsi DIY. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Ahmad Furqon. Wakaf Sebagai Solusi Permasalahan Dunia Pendidikan di


Indonesia. (Jurnal At-Taqaddum Volume 4, Nomor 2, November 2012)

Akbar, Nasher. Analisi Efisiensi Organisasi Pengelolan Zakat Nasional dengan


Pendekatan Data Envelopment Analysis. Tazkia Islamic Finance and
Business Riview, Vol. 4, No. 2, Agustus-Desember 2009

Arif, Syafrudin. Wakaf Tunai Sebagai Alternatif Mekanisme Retribusi Keuangan


Islam dalam. (Jurnal La Riba Volume 4, nomor 1, Juli 2010)

Cahyo, Eko Nur. Wakaf Uang dalam Perspektif Fiqh dan Pengembangan
Perekenomian Umat. (Jurnal Ijtihad Volume 7, Nomor 2, 2 Muyharram-
Rabiu Tsani 1434-2012)

Fadhilah, Nur. Wakaf Tunai: Potensi dan Alternatif Pengelolaan. (Ahkam,


volume 11, nomor 2, november 2009: 160-172)

Fanani, Muhyar. Penelolaan Wakaf Tunai. (Walisongo, Volume 19, Nomor 1,


Mei 2011)

Hamzah, Pengembangan Makna Objek Wakaf Dalam Fiqih Islam Dan Hukum Di
Indonesia.

Mardiono, Eko. 2010. Pemberdayaan Wakaf Tunai: Studi Implementasi Badan


Wakaf Uang/Tunai Majelis Ulama Indonesia Privinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia.
Mubarok, Jaih. 2008. Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sadiyah, Aliyatus. 2013. Manajemen Investasi Wakaf Tunai: Studi lapangan di


Badan Wakaf Indonesia Jakarta 2011-2012. Sripsi tidak diterbitkan.
Fakultas Syariah Institut Studi Islam Darussalam

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam.
Jakarta: Garamat Publishing.

Tim Penyusun, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam.
2013)

Tim Penyusun, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, (Jakarta:


Dirjen Bimas Islam. 2013)

Tim Penyusun. 2012. Himpunan Peraturan Badan Wakaf Indonesia. Cetakan


ketiga. Jakarta: Badan Wakaf Indonesia.

Usman, Rianse and Abdi. 2012. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori
dan Aplikasi), Frist edition. Bandung: Alfabeta

Yustisia, Nuzula. 2008. Studi Tentang Pengelolaan Wakaf Tunai Pada Lembaga
Amil Zakat Di Kota Yokyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas
syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai