1. Atelektasis
a. Definisi
Atelektasis adalah suatu keadaan terjadinya kolaps alveolus, lubus atas atau unit
paru yang lebih besar.
b. Etiologi
Obstruksi bronkus, adanya sumbatan sehingga udara yangmasuk dan yang keluar
dari alveolus menjadi terganggu. Udara yang terperangkap menjadi terserap
kedalam pembuluh darah, sedangkan udara dari luar tidak dapat masuk kedalam
paru sehingga bagian paru menjadi kekurangan oksigen dan ukurannya menjadi
mengecil/ menyusut dan bagian yang lainnya mengembang secara maksimal.
Tekanan pada jaringan paru, yang menghambat ekspansi normal paru pada
inspirasi ( penumpukan cairan dalam pleura), pembesaran jantung, pertumbuhan
tumor dalam rongga toraks.
c. Patofisiologi
Paru obstruktif
Secara keseluruhan
Maksimal
2. Edema Paru
a. Definisi
Edema paru adalah terdapatnya cairan dalam rongga paru sebagai akibat dari gagal
jantung kongestif yang tidak terobati.
b. Manifetasi Klinis
Dispnea
Batuk diiringi dahak bercampur darah
Ronchi paru
Whizzing
Sianosis
Takikardi
c. Penatalaksanaan
Pemberian terapi oksigen
Lakukan diuretic ( lasix)
Posisi ortopnea
3. Trauma Dada
a. Definisi
Trauma dada adalah trauma yang mengenai system kulit musculoskeletal,
kardiovaskuler, pernafasan ( Lanros, 1997).
b. Etiologi
Trauma tumpul : kecelakaan bermotor (40-75 %), jatuh (15-25 %)
Trauma tajam : tikaman/ bacokan (70-80 %), luka tembak (20-30 %)
Trauma tumpul : injuri paru (35-40%), inuri jantung (15-25 %), hemotoraks ( 12-
20%)
Trauma tajam : injuri paru ( 65-70%), diafragma (15-20%), jantung (10-15%),
pembuluh darah besar ( 5-10%).
c. Patofisiologi
Fraktur iga
Atelektasis
Gagal nafas
d. Manifestasi Klinis
Secara umum setiap trauma pada toraks, baik tajam maupun tumpul dapat
menimbulkan :
Pada kulit dan jaringan lunak luka, memar, empisema subkutis.
Pada tulang : patah tulang iga, patah tulang dada, pernafasan paradoksal
Pada pleura : peumotoraks, hemotoraks, hemopneumotoraks
Pada jaringan paru : traumatic wet lung
Pada mediastimum : pneumomediastinum.
e. Penatalaksanaan
Mengatasi syok
Mempertahankan jalan nafas
Mengembalikan dan mempertahankan tekanan negatif rongga pleura
Menghilangkan nyeri
Stabilitas dinding dada
Trakotomi bila ada indikasi
Pendarahan terus-menerus
Pneumotoraks yang tak teratasi dengan cara biasa
Robekan osefagus
Luka jantung
Mekanisme listrik ini, yang semuanya menyebabkan tak adanya denyut nadi.
Pengobatan dini pada semua keadaan ini adalah resustasi jantung.
Jalan nafas : penilaian, meminta pertolongan, posisi pasien, buka jalan nafas.
Pernafasan : pantau pernafasan, pertahankan pembukaan jalan nafas, aktifkan
system pelyanan medik darurat, bila pasien tidak bernafas lakukan ventilasi 2
kali dan lakukan ventilasi selanjutnya.
Sirkulasi : penilaian, jika denyut nadi ada lkukan pernafasan 12 x/menit, jika
denyut nadi tidak ada aktifkan pelayanan medis darurat, mulai kompresi dada
luar; posisi tangan yang tepat, kompresi 15 x /menit, bukan jalan napas dan
berikan 2 x ventilasi, posisi tangan yang tepat, dan kompresi 15 x/menit,
lakukan 4 siklus, kompresi : ventilasi= 5 : 2.
Penilaian ulang.
Antara siklus pertama yang berisi lima kompresi dan siklus ke dua yang berisi lima
kompresi pula hendaknya jangan ada istirahat atau terhenti. Yang melakukan ventilasi
harus sering meraba denyut karotis selama kompresi dada untuk menilai efektifitas
kompresi.
Ventilasi dan kompresi harus dihentikan secara periodic ( tiap empat sampai lima
menit) untuk melihat kembalinya pernafasan dan denyut spontan. Resustasi
kardiopulmoner tidak boleh dihentikan lebih dari lima detik kecuali dalam keadaan
khusus saat ia bisa dihentikan tidak lebih dari 15 detik.
Sewaktu melakukan RJP dengan dua penolong, mereka dapat saling bertukar posisi
dengan mengresi jgunakan tindakan berikut: sipenekan dada selain memberi aba-aba
1-1000, 2-1000, 3-1000, 4-1000, 5-1000, menyatakan tukar pada 3 kali berikut. Hal
ini mengisyaratkan bagi pemberi pernapasan buatan bahwa sikompresor dada letih dn
minta bertukar posisi. Setelah memberikan ventilasi berikutnya, pemberi napas buatan
berpindah ke bawah ke sisi korban di hadapan penekan dada.
Jangan mencoba kompresi jantung eksterna pada penderita trauma toraks parah yang
meremukkan, tension pneumotoraks, emfisema berat atau tersangka tamponade
jantung. Toraktomi, kompresi jantung manual dan drainase mungkin diperlukan dalam
unit gawat darurat.