Pembimbing Akademik
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit
atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem
saraf pusat dan lebih lanjut menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota
badan dan wajah sehingga menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional pasien.
2
BAB II
ANATOMI FISOLOGI
A. Kortek Cerebri
3
Broadman dengan memberikan label label pada masing masing daerah
yang dianggap berbeda dalam kortek cerebri. Pada lobus frontalis daerah
tersebut telah terbagi menjadi beberapa area diantaranya area 4 terletak pada
gyrus presentralis dan lobus precentralis merupakan daerah motorik yang
utama. Area 6 terletak pada gyrus frontalis superior dan medial merupakan
bagian sirkuit ekstrapiramidal dan premotor. Area 8 terletak pada gyrus
frontalis superior dan medial berhubungan dengan pergerakan mata dan
perubahan pupil.Area 9, 10, 11, 12 daerah asosiasi frontalis.
1) Tractus pyramidalis
4
2) Tractus extrapyramidalis
2. Vaskularisasi otak
5
mengherankan kalau masa hidup jaringan SSP yang menghadapi kekurangan
oksigen cukup singkat (Chusid, 1993).Berat otak hanya 2,5 % dari berat
badan seluruhnya namun otak merupakan organ yang paling banyak
menerima darah dari jantung yaitu 20 % dari seluruh darah yang mengalir
ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001). Pengaliran darah ke otak
dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu sepasang arteri karotis
interna yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah darah otak dan
sepasang arteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arteri karotis
bercabang menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang
memperdarai daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan
di bagian otak dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak terakir ini
memperoleh darah dari arteri cerebri posterior yang berasal dari arteri
vertebralis (Chusid, 1993). Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
6
kegagalan untuk mempengaruhi aliran darah otak
(Chusid,1993)
7
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
A. Pengetian
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredaran
darah dapat berupa Iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada
sebagian daerah di otak dan perdarahan yang biasanya terjadi karena dinding
pembuluh darah robek. Seperti bagian-bagian tubuh lainnya, otak
mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah agar dapat mempertahankan
fungsinya secara normal. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi
otak terganggu dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel
otak (disebut infark).
Otak membutuhkan sangat banyak oksigen. Bila suplai oksigen
terputus selama 8-10 detik sudah terjadi gangguan fungsi otak. Bila suplai
oksigen terputus lebih dari 6-8 menit, maka terjadi kerusakan otak yang tidak
dapat pulih/menetap. Faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak adalah:
keadaan pembuluh darah, keadaan darah dan keadaan jantung. Gejala utama
stroke adalah timbulnya gangguan saraf secara mendadak seperti yang telah
disebutkan di atas. Derajat keparahan bervariasi dari yang ringan sampai
berat. Gejala stroke yang mula-mula ringan saja dapat kemudian memberat
dalam beberapa jam atau hari. Itulah sebabnya gejala stroke tidak boleh
diabaikan walaupun pada awalnya ringan.
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik
fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular. Berdasarkan
etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
8
1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik
a. pada daerah yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak
dan bila berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi
infark.
b. daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel
masih hidup tetapi tidak berfungsi.
c. daerah diluar penumbra akan timbul edema lokal atau hiperemis
berarti sel masih hidup dn berfungsi.
B. Patofisiologi
10
maupun deposit kalsium dan disertai pula perubahan pada tunika media di
pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada
saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan
(trombosis). Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan
lipohialinosis yang dapat mengakibatkan mikroinfark.
Faktor Ekstrinsik
Faktor intrinsik
Autoregulasi yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk
mempertahankan ADO meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi
otak. Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila tekanan sistolik 60-
200 mmHg dan tekanan diastolik 60-120 mmHg.
Faktor Biokimiawi Karbon dioksida (CO2) Peningkatan tekanan CO2
akan menyebabkan vasodilatasi, sehingga resistensi serebral turun,
akibatnya ADO akan meningkat.
11
Oksigen (O2) Bila tekanan O2 turun kurang dari 50 mmHg akan
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi sehingga ADO meningkat dan
sebaliknya.
Pengaruh ion H+ Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah iskemik
akan berubah jadi infark.
Susunan saraf otonom Rangsang sistem simpatis servikal akan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak, sehingga ADO turun.
12
tidak dapat menulis (agrafia), kepandaian mundur (predemensia),
tidak dapat berhitung (acalculia), pelupa (demensia)
4. gangguan psikiatris, mudah menangis (force crying), mudah
tertawa (force laughing), depresi, bingung, gangguan otonom,
keringat, seksual, sindroma menggerutu
5. gangguan kongnitif, yaitu pasien mengalami kesulitan untuk
mengorganisasikan informasi secara efisien dan terarah, dan juga
paisen mengalami kesulitan dalam mengingat perintah yang
diberikan kepadanya (Soetedjo, 2004).
D. Komplikasi
13
BAB IV
STATUS KILINIK
14
Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengalami stroke yang
pertama kalinya.
c. Anamnesis Sistem
a. Kepala dan leher : Tidak Ada gangguan
b. Kardiovaskuler : Tidak ada gangguan
c. Respirasi : Ada gangguan
f. Musculoskeletal : Kelemahan pada ekstremitas sisi
sinistera.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Vital Sign
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Denyut Nadi : 131 x/menit
Pernapasan :35 x/menit
Temperatur : 390 C
b) Inspeksi
Statis :
o Pasien dalam keadaan terbaring dan memakai ventilator
yang terpasang di hudung pasien.
o Terdapat oedema di tangan dan tungkai.
Dinamis :
o Pasien tidak dapat menggerakkan tangan dan
tungkainya.
o Pasien tidak mampu membuka mulutnya.
B. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes sensorik
- tes tajam tumpul : terganggu
- tes rasa sakit : terganggu
- tes rasa gerak : terganggu
15
b. Tes motorik
reaksi keseimbangan sudah ada
pasien belum mampu memutar badan, duduk maupun berdiri.
Pasien belum mampu melakukan transfer/berpindah dengan
baik.
c. Tes Refleks
Biceps refleks : hipotonus
Triceps refleks : hipotonus
KPR : hipotonus
APR : hipotonus
d. Tes tonus
Ada hipertonus pd m. biceps brachii, fleksor wrist dan pada fleksor
tungkai bawah.
d. Tes ADL koordinasi
- ADL makan dan minum
- ADL berpakaian
- ADL berjalan
Hasilnya pasien tidak dapat melakukan.
e. Tes Koordinasi
a) Finger to noise : terganggu
b) Finger to finger terapis : terganggu
c) Heel to knee : terganggu
d) Heel to finger terapis : terganggu
16
f. Tes kognitif : Terganggu
g. MMT
GROUP OTOT KANAN KIRI
Fleksor Wrist 0 3
Ekstensor Wrist 0 3
Fleksor elbow 1 4
Ekstensor elbow 1 4
Supinator elbow 0 3
Pronator elbow 0 3
Fleksor Shoulder 0 4
Ekstensor Shoulder 0 4
Adduktor Shoulder 1 3
Abduktor Shoulder 1 3
Fleksor Knee 1 4
Ekstensor knee 1 3
Fleksor Hip 0 3
Ekstensor Hip 0 4
Adduktor Hip 1 4
Abduktor Hip 1 4
17
C. Diagnosis Fisioterapi
Gangguan fungsional ekstremitas sisi sinistera akibat hemiplegi post
stroke HS
D. Problematik FT
Gangguan mental.
Oedema
Gangguan pernapasan.
Kelemahan otot.
E. Program Rencana Tindakan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Support mental
b. Melancarkan jalan nafas
c. Mengurangi oedma
d. Menstimulasi kontraksi otot
e. Mencegah kontraktur
f. Mencegah komplikasi decubitus
F. Interfensi Fisioterapi
a. Infra Red Rays
Tujuan : Pree eleminary exercise
F : sekali dalam setiap hari
I : 30 cm
T : Kontak langsung
T : 15 menit
b. Breathing exercise
Tujuan : melancarkan jalan nafas
F : sekali dalam setiap hari
I : toleransi pasien
T : Appical breathing
T : 15 menit
18
c. Positioning
Tujuan : mencegah decubitus
F : sekali dalam setiap hari
I : toleransi pasien
T : posisi relaks
T : 15 menit
d. Stimulasi tonus
Tujuan : Menstimulasi munculnya kontraksi otot
F : sekali dalam setiap hari
I : toleransi pasien
T : Kontak langsung
T : 6-8 repetisi
e. Stretching
Tujuan : mencegah kontraktur
F : Setiap hari
I : penguluran maksimal
T : kontak langsung
T : 6 kali repetisi
G. Prognosis
Quo ad vitam : sedang
Quo ad sanam : sedang
Quo ad fungsionam : Kurang baik
Quo ad cosmeticam : Kurang baik
19
H. Evaluasi
1. Evaluasi sesaat : Pasien nampak lelah setelah latihan
2. Evaluasi berkala :
Setelah beberapa hari, perkembangan keadaan pasien sebagai berikut ;
Belum terdapat perubahan nilai otot.
Pasien sudah mampu menggerakkan mulutnya.
Oedema agak berkurang.
20