Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Prosedur
Tujuan Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat
sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar proses defekasi berjalan
normal.
Kebijakan Pemberian diet ini diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit
divertikulosis dan lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan
penyakit.
Prosedur
1. Pemberian diet ini dengan energi cukup sesuai dengan umur, gender & aktivitas.
2. Protein dan lemak cukup yaitu :
- Protein : 10-15% dari kebutuhan energi total.
- Lemak : 10-25% dari kebutuhan energi total.
3. Vitamin dan mineral tinggi terutama Vitamin B untuk memelihara kekuatan otot saluran cerna.
4. Cairan tinggi yaitu 2-2,5 Liter untuk membantu melancarkan defekasi.
5. Serat tinggi yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras tumbuk, beras
merah, roti whole meat, sayuran dan buah.
Prosedur
1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas.
2. Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari.
Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan.
6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar ( liat ) sesuai dengan toleransi
perorangan.
7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan berbahu tajam.
8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin.
9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai supplement
vitamin dan mineral, makanan formula, atau parenteral
unit Terkait
DIET PADA TINDAKAN BEDAH (PRA-BEDAH)
Pengertian Diet pra bedah adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien
yang akan menjalani pembedahan.
Tujuan Untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal saat
pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan
penyembuhan luka akibat operasi.
Prosedur
1. Energi
1.1 Pasien dengan status gizi kurang di berikan sebanyak 40-45 kkal/kg BB
1.2 Pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25 %dibawah kebutuhan energi normal
1.3 Pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambah
faktor stres sebesar 15 %. Dari AMB ( Angka metabolisme Basal)
2. Protein
2.1 Pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (< 2,5 mg/dl) diberikan protein tinggi
1,5-2,0 g/kg BB.
2.2 Pasien dengan status gizi baik atau kegemukan di berikan protein normal 0,8-1 g/kg BB.
3. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindarihipermetabolisme.
5. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
6. Mineral cukup. bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
7. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma, sehingga tidak
mengganggu proses pembedahan ( tidak buang air besar atau kecil di meja operasi ).
Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk
Tujuan
mempercepat proses penyembuhan setelah operasi dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan kebutuhan dasar.
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi
lainnya.
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Pemberian diet ini diberikan dari tahap ketahap tergantung pada macam
Kebijakan
pembedahan dan keadaan pasien.
1. Diet Pasca-Bedah I
Pasca-Bedah kecil :
- Setelah sadar atau rasa mual hilang.
Pasca-Bedah besar
- Setelah sadar atau rasa mual hilang dan ada tanda-tanda usus
sudah mulai bekerja.
Diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua
zat gizi.
2. Diet Pasca-Bedah II
Diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua
zat gizi.
DIET PADA TINDAKAN BEDAH (PASCA-BEDAH)
Prosedur
Syarat diet pasca Bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring,
lunak dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ketahap tergantung pada macam pembedahan dan
keadaan pasien seperti:
1. Diet Pasca-Bedah I
Pasca-Bedah kecil :
- Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
Pasca-Bedah besar :
- Makanan diberikan secara hati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk
menerimanya.
Selama 6 jam setelah pembedahan makanan diberikan berupa air putih, teh manis atau cairan lain
seperti makanan cair jernih.
2. Diet Pasca-Bedah II
- Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu
dan pudding. Rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur.
- Tidak boleh diberikan air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida (soda).
Adalah diet yang diberikan untuk pasien dengan luka bakar, yaitu pasien
Pengertian
dengan kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada
suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme.
Prosedur
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral Dini (NED).
2. Kebituhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka baker.
3. Protein tinggi, yaitu 20 - 25% dari kebutuhan energi total.
4. Lemak sedang, yaitu 15 - 20% dari kebutuhan energi total. Pemberian lemak yang tinggi
menyebabkan penundaan respons kekebalan, sehingga pasien lebih mudah terkena infeksi.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50 - 60% dari kebutuhan energi total. Bila pasien mengalami trauma jalan
napas ( trauma inhalasi ) , karbohidrat diberikan 45 - 55% dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin diberikan diatas angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan untuk membantu
mempercepat penyembuhan. Vitamin umumnya ditambahkan dalam bentuk suplemen.
7. Kebutuhan beberapa jenis Vitamin adalah sbb:
7.1 Vitamin A minimal 2 x AKG
7.2 Vitamin B minimal 2 x AKG
7.3 Vitamin C minimal 2 x AKG
7.4 Vitamin E 200
8. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Diberikan
dalam bentuk suplemen.
9. Cairan tinggi untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.
Ditetapkan Oleh
Tanggal Direktur
STANDAR
PROSEDUR Februari 2014
Prosedur
Merupakan diet yang diberikan pada pasien dengan sindroma yang terjadi
Pengertian
pada saat kehamilan, mulai pada minggu keduapuluh dengan gejala dan
tanda seperti hipertensi, proteinuria, kenaikan berat badan yang cepat
(karena edema) mudah timbul kemerah merahan, mual, muntah, pusing,
nyeri lambung, gelisah dan kesadaran menurun.
Prosedur
1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat,makanan diberikan secara berangsur,
sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300
Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat
badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 kg/minggu.
3. Protein tinggi (1.5 2 Kg/berat badan).
4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda.
5. Vitamin cukup; vitamin c dan vitamin B6 diberikan sedikit lebih tinggi.
6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium.
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien.
8. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat dan pernapasan.
Karena biasanya penyakit ini terjadi pada lansia, gangguan saraf menelan,
Kebijakan
tumor esofagus dan pasca stroke, maka bentuk makanan pun bergantung
pada cara pemberian. Bila diberikan melalui pipa, makanan diberikan dalam
bentuk makanan cair penuh. Bila diberikan peroral maka makanan diberikan
dalam bentuk makanan cair kental, saring, atau lunak.
Prosedur
Diet yang diberikan kepada pasien dengan keadaan muntah dan sering
Pengertian
buang air besar berupa darah akibat luka atau kerusakan pada saluran cerna.
Perbatasan saluran cerna atas dan bawah adalah ligamentum treitz yaitu
pada daerah usus dua belas jari (duodenum).
Diet diberikan dalam bentuk makanan cair jernih, tiap 2-3 jam pasca
Kebijakan
perdarahan. Nilai gizi makanan ini sangat rendah, sehingga diberikan selama
1-2 hari saja.
Prosedur
Diet yang diberikan untuk pasien dengan penyakit lambung meliputi gastritis
Pengertian
akut dan kronis, ulkus peptikum, pasca operasi lambung yang sering diikuti
dengan DUMPING SYNDROME dan kanker lambung.
Perbatasan saluran cerna atas dan bawah adalah ligamentum treitz yaitu
pada daerah usus dua belas jari (duodenum).
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia, yaitu
kumpulan gejala yang terdiri dari mual, nyeri epigastrum, kembung, nafsu
makan berkurang dan rasa cepat kenyang.
Prosedur
Prosedur
1. Pada fase akut pasien dipuasakan dan diberi makanan secara parenteral saja.
2. Bila fase akut teratasi, pasien diberi makanan secara bertahap, mulai dari bentuk cair (per oral
maupun enteral), kemudian meningkat menjadi Diet Sisa Rendah dan Serat Rendah.
3. Bila gejala hilang dapat diberikan Makanan Biasa.
4. Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi :
Energi tinggi dan protein tinggi.
Suplemen vitamin dan mineral antara lain vitamin A, C, D, asam folat, Vitamin B 12, kalsium, zat
besi, magnesium dan seng.
5. Makanan Enteral Rendah atau Bebas Laktosa dan mengandung asam lemak rantai sedang
(Medium Chain Trigliseride = MCT) dapat diberikan karena sering terjadi intoleransi laktosa dan
malabsorpsi lemak.
6. Cukup cairan dan elektrolit.
7. Menghindari makanan yang menimbulkan gas.
8. Diet diusahakan sisanya rendah dan secara bertahap kembali ke makanan biasa.
Pasien diberikan diet sesuai dengan gejala penyakit, dapat diberikan diet
Kebijakan
tinggi serat dan gizi yang seimbang.
Prosedur
Sesuai dengan gejala penyakit, dapat diberikan makanan cair jernih, diet
Kebijakan
rendah sisa I atau diet rendah sisa II dalam bentuk cair, kental penuh,
makanan saring, lunak, atau biasa.
Prosedur
1. Mengusahakan asupan energi dan zat-zat gizi cukup sesuai dengan batasan diet yang ditetapkan.
2. Bila ada pendarahan,dimulai dengan makanan cair jernih.
3. Makanan diberikan secara bertahap, mulai dari diet rendah sisa I ke diet rendah sisa II dengan
konsistensi yang sesuai.
4. Hindari makanan yang banyak mengandung biji-bijian kecil, seperti tomat, jambu biji, dan strawberi,
yang dapat menumpuk dalam vertikular.
5. Bila perlu dapat diberikan makanan enteral rendah atau bebas laktosa.
6. Untuk mencegah konstipasi, pemberian minum minimal 8 gelas sehari.
Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
Pengertian
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah :
1. Hepatitis
Yaitu peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu
atau infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa mual
muntah, serta jaundice (kuning).
2. Sirosis hati
Yaitu kerusakan hati yang menetap disebabkan oleh hepatitis kronis,
alkohol, penyumbatan saluran empedu dan berbagai kelainan
metabolisme.
Diet penyakit hati adalah diet yang diberikan untuk pasien yang menderita
penyakit hati seperti yang disebutkan di atas.
Tujuan Tujuan diet ini untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
tanpa memberatkan fungsi hati, dengan cara :
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih
lanjut dan/atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein.
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila
kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esopagus, dan hipertensi
portal.
5. Mencegah koma hepatik.
10. Bila ada asites hebat dan tanda- tanda diuresis belum membaik
Kebijakan
diberikan diet rendah garam I.
11. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan peroral juga
diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa
Diet Hati II
1. Diet hati ini diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati I
kepada pasien yang nafsu makannya cukup.
2. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
bias Protein diberikan 1 gr/kg BB dan lemak sedang (20 25 % dari
kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
3. Protein diberikan 1 gr/kg BB dan lemak sedang (20 25 % dari
kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah di cerna.
4. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, Vitamin A dan C.
tetapi kurang kalsium dan tiamin.
5. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai
diet hati II garam rendah.
6. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola diet garam
diet I.
Prosedur
Prosedur
1. Tinggi energi bila berisiko gizi kurang dn mencegah katabolisme protein tubuh,dihitung
berdasarkan Haris benedict dengan faktor stres atau antara 30 35 kkal / hari.
2. Tinggi protein, diberikan bertahap mulai dari 1 1.2 g / kg BB perhari.
3. Lemak cukup 20 25 % total kalori.
4. Karbohidrat : 60 65 total kalori
5. Tinggi vitamin B komplek, c, Zn, Mg.
6. Bentuk makanan cair,lunak, atau biasa.
7. Porsi kecil tapi sering.
8. Bahan makan yang dibatasi adlah semua makanan yangmengandung lemak,santan, makann
yang mengandung bergas sepeti ubi, kacang, merah, kol,sawi,lobak,ketimun ,durian dan nangka
dan minuman yang mengandung alkohol,teh ,kopi kental.
Tujuan diet ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
Tujuan
optimal dan memberi istirahat pada kandung empedu, dengan cara :
1. Menurunkan berat badan bila kegemukan yang dilakukan secara
bertahap.
2. Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen.
Mengatasi malabsorbsi.
Pemberian diet ini tergantung kepada kondisi pasien dan dibagi menjadi :
Kebijakan
1. Diet lemak rendah 1
Diet ini diberikan kepada pasien kolesistitis dan kolelitiasis dengan
kolik akut. Makanan yang diberikan berupa buah buahan dan
minuman manis. Makanan ini rendah energy dan semua zat gizi
kecuali vitamin A dan C. sebaiknya diberikan selama 1 2 hari saja
2. Diet lemak rendah 11
Diet ini diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat
diatasi dan perasaan mual sudah berkurang atau kepada pasien
penyakit saluran empedu kronis yang terlalu gemuk. Menurut
keadaan pasien, makanan ini diberikan dalam bentuk cincang, lunak
atau biasa. Makanan ini rendah energi, kalsium dan tiamin.
3. Diet Lemak Rendah III
Diet ini diberikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang
tidak gemuk dan cukup mempunyai nafsu makan. Makanan ini
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup energi
dan semua zat gizi.
DIET PENYAKIT KANDUNG EMPEDU
Prosedur
1. Energi sesuai kebutuhan kebutuhan. Bila kegemukan diberikan diet rendah energi.
2. Protein agak tinggi, yaitu 1 1,25 g/kg BB.
3. Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan, sampai keadaan akutnya mereda.
4. Pada keadaan kronis lemak dapat diberikan 20-25 % dari kebutuhan energi total.
5. Bila terdapat gejala steatorea dimana lemak feses > 25 g/24 jam, lemak dapat diberikan dalam
bentuk asam lemak rantai sedang (MCT), yang mungkin dapat mengurangi lemak feses dan
mencegah kehilangan vitamin dan mineral.
6. Bila perlu diberikan suplemen vitamin A, D, E, dan K.
7. Tinggi serat terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan asam empedu dalam
saluran cerna.
8. Hindari bahan makanan yang dapat menimbulakan rasa kembung dan tidak nyaman
Tanggal terbit
STANDAR Ditetapkan Oleh
PROSEDUR Februari 2014 Direktur
Diabetes Melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
Pengertian
yang mengalami peningkatan kadar gula, (Glukosa) darah akibat kekurangan
hormon Insulin secara absolut atau relatif.
Diet yang digunakan sebagai bagian dari penata laksanaan diabetes melitus
Kebijakan
dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidra
DIET PENYAKIT DIABETES MELITUS
TANPA KOMPLIKASI
Suatu kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh kelainan profil lemak
Pengertian
dalam plasma yaitu kenaikan kadar kolesterol total,LDL, kadar trigeliserida
dan penurunan kadar kolesterol HDL.
Prosedur
Terdapatnya sirkulasi darah di pembuluh koroner yang tidak ade kuat karena
Pengertian
adanya sumbatan( emboli, trombus) pada pembuluh darah koroner yang
berakibat pada suplai oksigen dan zat gizi terganggu.
Menurunkan asupan energi total dan mampu menerapkan pola makan yang
Tujuan seimbang
Prosedur :
Standar makanan meliputi jumlah energi, proporsi karbohidrat, lemak, protein, kolesterol, bahan
makanan yang dianjurkan dan besar porsi.
Bentuk makanan lunak,mudh cerna serta rendah lemakjenuh atau kholesterol.Apabila pasien
masa pemulihan maka bisa diberikan makan biasa.
Makanan tidak bergas
Membatasi kafein apabila ada aritmia, takkikardi
Memngurangi asupan dari produk susu penuh,daging berwarna merah, lemak daging,
Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber asam folat,riboflafin dan vitamin B6 dan B12
jika kadar serum homocystein tinggi.
Meningkatan serat yang sangat dibutuhkan sebagai protektor,pilih sayuran,buah dan sereal.
Unit Terkait
DIET KANKER
Kebijakan Penigkatan kebutuhan zat gizi berkaitan dengankatabolisme zat gizi dala
jangka waktu lama ditandai dengan asupan tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan.
Prosedur :
1 . Energi tinggi 36 kkal / kg BB laki-laki dan perempuan 32 kkl / kg BB.
2. Kebutuhan protein tinggi ditentukan berdasarkan tingkat deplesi protein dan faktor stres dengan
batasan :
- 0,5 g / kg BB minimal kebutuhan sehari
- 0,8- 1 g /kg BB tingkat pemeliharaan normal
- 1,5 2,0 g/ kg BB untuk mencapai N balans positif dan 2,5 g / kg BB bila kebutuhan meningkat
3. kebutuhan lemak moderat yaitu 15 -20 % dari kebutuhan energi total
4. Kebutuhan karbohidrat cuku
5. Vitamin dan minerl cukup
6. Bentuk makanan cair ,saring, lunak dan biasa
7 Bila ada kesulitan mengunyah atau menelan berikan minuman menggunakan sedotan ,bentuk makanan
saringatau cair, hindari makanan terlalu asin dan asam.
8.Bila mual dan muntah berikan makanan kering,hindari makanan yang berbau merangsang,hindari
makanan yang berlemak tinggi,makanan dan minuman secara perlahan,batasi cairan pada saat makan
dan tidak tidur saat makan.
Prosedur
1. Karbohidrat 65 75 % dari total enrgi
2. Protein cukup 10 -15 % dri total energi
3. Lemak sedang 10- 20 dari total energi , utamkan omega tiga
4. Cukup vitamin dan mineral
5. Kebutuhan cairan 2 2.5 liter pehari
6. Bentuk makanan lunak atau biasa.
Prosedur
1. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi berasal dari protein dan lemak.
2. Protein 0,6 0,75 g / kg BB
3. Lemak lebih kurang 30 % dari kebutuhan energi total
4. Natrium dibatasi bila ada hipertensi,edema, asites, yaitu 1 -3 g.
5. Cairan dibatasi yaitu sebanyak julah urin sehari ditambah lebih kurang 500 ml.
6. Bentuk makanan disesuai kan dengan kemmpuan pasien ( makan cair, saring,lunak dan biasa).
Diet ginjal kronis diperuntukan bagi pasien dengan penurunan fungsi ginjal
Pengertian
berat ,stadium 5,dengan terapi hemodialis.
Kebijakan Tetapkan standar makanan meliputi jumlah energi , karbohidrat, lemak, dan
protein.
Prosedur