kehidupan manusia sekarang digerogoti dan dijadikan pahit-getir oleh rasa ketakutan
Ketakutan akan hari depan
ketakutan akan bom hidrogen ketakutan akan ideologi-ideologi
Mungkin rasa takut itu
pada hakekatnya merupakan bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri
Sebab rasa takutlah yang
mendorong orang berbuat tolol berbuat tanpa berpikir berbuat hal yang membahayakan
Dalam permusyawaratan Tuan-tuan
saya minta, jangan kiranya Tuan-tuan terpengaruh oleh ketakutan itu
Sebab ketakutan adalah zat asam
yang mencapkan perbuatan manusia menjadi pola yang aneh-aneh
Berpedomanlah pada harapan
dan ketetapan hati berpedomanlah pada cita-cita berpedomanlah pada impian dan angan-angan
(dari pidato Presiden Soekarno pada Pembukaan Konperensi Asia-Afrika 18 April 1955) Sinar Itu Dekat Jikalau kita insyaf bahwa kekuatan hidup itu letaknya tidak dalam menerima tetapi dalam memberi
Jikalau kita semua insyaf
bahwa dalam percerai-beraian itu letaknya benih perbudakan kita; Jikalau kita semua insyaf bahwa permusuhan itulah yang menjadi asal kita punya via dolorosa
Jikalau kita insyaf
bahwa roch rakyat kita masih penuh kekuatan untuk menjunjung diri menuju Sinar yang satu yang berada di tengah-tengah kegelapan gulita yang mengelilingi kita ini pastilah persatuan itu terjadi dan pastilah Sinar itu tercapai juga Sebab Sinar itu dekat
(dari buku Di Bawah Bendera Revolusi I, hlm. 23)
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah Sekali lagi saya ulangi kalimat ini membuang hasil-hasil positif dari masa yang lampau hal itu tidak mungkin sebab kemajuan yang kita miliki sekarang ini adalah akumulasi dari pada hasil-hasil perjuangan di masa yang lampau
Seorang pemimpin yaitu Abraham Lincoln berkata:
One connot escape history orang tak dapat melepaskan diri dari sejarah Saya pun berkata demikian! Tetapi saya tambah. Bukan saja One connot escape history tetapi saya tambah: Never leave history Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarahmu yang sudah! Hai bangsaku, karena jika engkau meninggalkan yang sudah, engkau akan berdiri di atas vacuum engkau akan berdiri di atas kekosongan lantas engkau menjadi bingung dan perjuanganmu paling-paling hanya akan berupa amuk amuk belaka Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap!
(dari Amanat Proklamasi, 17 Agustus 1963, hlm. 210)
Undang-undang Jiwa ular kambang dan jiwa inlander itulah racun yang menghinggapi kita di tahun-tahun yang terakhir ini
Jikalau ingin merdeka sejati-jatinya merdeka
milikilah jiwa yang merdeka milikilah jiwa yang besar
Buktikanlah memiliki jiwa yang besar itu
jiwa merdeka itu jiwa yang tak segan bekerja dan memberi jiwa yang dinamis yang bisa berdiri sendiri di atas kaki sendiri bukan jiwa yang meminta, merintih mengemis saja ke kanan dan ke kiri sambil bermimpi dapat mencapai derajat penghidupan yang makmur dengan seboleh-bolehnya tidak bekerja sama sekali
Kita tidak hidup di alam impian
kita hidup di alam kenyataan
Kita tidak hidup di alam impian
Kita hidup di alam kenyataan Kita tidak hidup di alam sorga Kita hidup di alam dunia
Di dalam dunia itu
untuk semua makhluk besar-kecil tiada undang-undang lain melainkan undang-undang yang berbunyi:
Jikalau mau hidup, harus makan
yang dimakan hasil kerja; jika tidak bekerja, tidak makan; jika tidak makan pasti mati!
Inilah undang-undangnya dunia
Inilah undang-undangnya hidup Mau tak mau semua makhluk harus menerima undang-undang ini
Terimalah undang-undang ini
dengan jiwa besar dan merdeka jiwa yang tidak menengadah melainkan kepada Tuhan. (dari buku Amanat Proklamasi, hlm. 63)