Anda di halaman 1dari 7

STEP 7

LEARNING OBJECTIVE (LO)

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan definisi karies rampan dan arrested caries.
1.) Definisi karies :
Karies adalah penyakit infeksi yang menyerang jaringan keras gigi. Dapat terjadi
pada gigi sulung maupun gigi permanen. Karies yang terjadi pada anak-anak ada 3 jenis
yaitu kariea rampan, ECC (early childhood caries), dan BBC (baby bottle caries) (Arif, dkk.
2002).
2.) Definisi karies rampan
Karies rampan adalah karies yang terjadi pada sebagian atau seluruh gigi sulung,
dengan luas dan waktu yang cepat. Biasa terjadi pada anak balita terutama anak umur 3
tahun (Arif, dkk. 2002).
3.) Definisi arrested caries
Gigi sulung memiliki permukaan proksimal yang datar, kontak antar gigi merupakan
kontak bidang sehingga memudahkan plak melekat dan sulit disingkirkan. (Schour dan
Massler. 1964).

2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan etiologi karies rampan.


1.) Faktor penggunaan dot
Saat ibu menyusui anaknya baik itu dengan asi maupun susu formula, cairan dari
botol ataupun ASI akan sedikit mengenai gigi anterior rahang bawah karena dilindungi oleh
lidah dan juga berasal dari glandula salivali. Sedangkan cairan atau ASI akan tergenang
pada gigi anterior atas apabila posisi minum bayi salah. Cairan yang tergenang tersebut
akan menyebabkan proses dekalsifikasi. Aliran saliva dan proses penelanan yang kurang
selama tidur akan membahayakan gigi karena tidak ada self cleansing. (Fajriani. 2010)
2.) Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes melitus
Seseorang dengan diabetes dapat mengalami hyposalivasi dan gangguan fungsi
saliva. Penurunan produksi saliva dapat meningkatkan resistensi bakteri penyebab karies.
Tingginya kadar glukosa darah pada penderita diabetes berhubungan dengan tingginya
kadar glukosa dalam saliva. Saliva dengan kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya proses demineralisasi yang menghasilkan karies gigi. (Sekarsari. 2010).
3.) Faktor Psikologis
Pada umumnya faktor psikologis dapat mengakibatkan timbulnya kebiasaan buruk
dalam makan atau memilih makanan (Fajriani, 2010).
4.) Faktor keturunan
Orang tua yang peka terhadap karies akan mempunyai anak yang juga peka terhadap
karies. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga mempunyai pola kebiasan makan yang
sama dan pemeliharaan kesehatan gigi yang sama pula (Fajriani, 2010).
5.) Bentuk anatomis gigi sulung dan letaknya pada lengkung gigi menentukan kerentanannya
terhadap serangan karies.
Gigi molar jauh lebih rentan terhadap karies dibandingkan gigi lain. Hasil penelitian
menunjukkan gigi molar satu tetap merupakan gigi yang mudah terserang karies dengan

presentase 66 88 % diantara semua gigi pada anak-anak ( Andlaw R.J,1992).

6.) Host (gigi), karbohidrat, mikroorganisme, dan waktu


Merupakan faktor paling aktif. Keempat faktor ini harus ada, bila salah satu faktor

tidak ada maka karies tidak terbentuk ( Andlaw R.J,1992).

7.) Faktor ekonomi


Hal ini karena orang yang memiliki keadaan ekonomi rendah biasanya memiliki
pendidikan yang rendah sehingga kesadaran akan kebersihan gigi juga berkurang. Dan

orang tua tidak dapat mengendalikan pola makan dari anaknya sendiri ( Andlaw

R.J,1992).

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mekanisme karies rampan.


Karies gigi terjadi dimulai dengan adanya plak, sisa-sisa makanan dan akumulasi
mikroorganisme pada plak tersebut. Sisa-sisa makanan dalam mulut (karbohidrat) merupakan
substrat yang difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan gluosa di
metabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan ekstrasel
sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi. Selain itu sukrosa juga menyediakan cadangan
energi bagi metabolisme kariogenik. Sukrosaolehbakterikariogenik dipecah menjadi glukosa
dan fruktosa, lebih lanjut glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format,
asam sitrat dandekstran (Ramayanti, 2013). Mikroorganisme tersebut akan membuat asam yang
dapat mengubah kondisi dalam rongga mulut menjadi lebih asam sehingga terjadi
demineralisasi. Di mana kristal hidroksiapatit akan reaktif terhadap ion-ion hidrogen pada pH
di bawah 5,5 yang merupakan pH kritis kristal hidroksiapatit. Pada kondisi tersebut ion H+ akan
bereaksi dengan ion PO43- pada saliva. proses ini akan mengubah PO43- menjadi HPO42- yang
kemudian akan mengganggu keseimbangan normal hidroksiapatit dengan saliva sehingga
kristal hidroksiapatit larut. Proses demineralisasi dapat berubah menjadi remineralisasi apabila
pH ternetralisir dan dengan adanya ion F- yang dapat membentuk fluoroapatit yang memiliki
pH kritis 4,5 akan lebih tahan terhadap asam sehingga lebih sulit untuk larut.
Mekanisme karies berhubungan dengan proses demineralisasi dan remineralisasi. plak
pada permukaan gigi terdiri dari bakteri yang memproduksi asam sebagai hasil dari
metabolisme. Asam ini kemudian akan melarutkan mineral pada enamel gigi atau dentin dalam
proses yang disebut demineralisasi. Apabila proses tersebut tidak dihentikan maka akan terjadi
dan terbentuk karies.
Proses terjadinya rampan karies sama dengan karies biasa hanya terjadi lebih cepat,
banyak ahli menghubungkan dengan kondisi anak itu sendri dimana email gigi sulung lebih
tipis. Bila rampan karies berlangsung lebih awal terutama pada anak yang minum susu botol
dalam waktu yang lama akan timbul corak karies tertentu, disebut rampan karies atau nursing
bottle caries.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa susu formula yang mengandung sukrose dan
glukosa yang diminum pada anak. Sukrosa dan glukosa yang menempel pada gigi apabila
tidak dibesihkan akan difermentasi oleh mikroorganisme rongga mulut menjadi asam melalui
proses glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah lactobacillus
dan streptococcus mutants. Asam yang dibentuk dari hasil glikolisis akan mengakibatkan
larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi dan di awali dengan lesi
white-spot pada gigi dan kerusakan tersebut akan berlanjut ke dentin dan proses karies pun
dimulai.

4. Mahasiswa mampu memahami


dan menjelaskan gambaran klinis karies
rampan.
1.) Gigi yang terkena rampan
karies biasanya akan atau sudah menjadi
gangren.
2.) Konsistensi lesi karies
sangat lunak dengan warna kuning sampai
coklat muda.
3.) Pada umumnya karies sudah dalam.
4.) Terkenanya pulpa akan menyebabkan rasa sakit, terlebih bila disertai abses.
5.) Pertumbuhan rahang berkurang terutama arah vertikal akibat kurang optimalnya fungsi
pengunyahan (Fajriani. 2010).

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis karies rampan.


Beberapa kandungan beberapa jenis susu yang berpengaruh pada karies bottle jika
anak memiliki kebiasaan yang buruk. Namun, jika kebiasaan buruk itu dihilangkan, atau
dengan kata lain konsumsi susu yang benar, maka prevalensi karies rampan dapat menurun.\

erawatan. Ada
us rahang atas
dibular tidak

a. Adolescent rampant caries


Jenis karies rampant ini mirip kondisinya seperti karies rampan lainnya. Namun,
kasus rampant karies rampan ini memang jarang terjadi, meskipun beberapa orang dewasa
maupun remaja mengalaminya.
b. Xerostomia induced caries
Xerostomia (juga disebut sindrom mulut kering)] adalah istilah medis untuk perasaan
subjektif kekeringan mulut, yang sering (tapi tidak selalu) terkait dengan hipofungsi kelenjar
ludah. Istilah ini berasal dari kata Yunani xeros, yang berarti "kering", dan stoma, yang berarti
"mulut". Hiposalivasi, adalah diagnosis klinis yang dibuat berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan, namun penurunan laju aliran saliva telah diberi definisi objektif. Hipofungsi
kelenjar ludah didefinisikan sebagai pengurangan yang dapat dibuktikan secara obyektif baik
dalam tingkat aliran kelenjar secara keseluruhan maupun / atau individu. Laju alir air liur
yang tidak distimulasi pada orang normal adalah 0,3 - 0,4 ml per menit, dan di bawah 0,1 ml
per menit secara signifikan abnormal. Laju aliran air liur yang distimulasi kurang dari 0,5 ml
per kelenjar dalam 5 menit atau kurang dari 1 ml per kelenjar dalam 10 menit akan menurun.
Istilah xerostomia subyektif terkadang digunakan untuk menggambarkan gejala tanpa adanya
kelainan atau penyebab yang terdeteksi. Xerostomia juga bisa diakibatkan oleh perubahan
komposisi air liur (dari serosa sampai lendir). Xerostomia bisa menyebabkan self cleansing
yang buruk, dan potensi karies dapat meningkat.
Berdasarkan penelitian Winda dkk (2015), tipe karies rampan ada 4 yaitu:
1.) tipe I (karies melibatkan satu atau dua gigi anterior rahang atas)
2.) tipe II (karies melibatkan lebih dari dua gigi anterior rahang atas)
3.) tipe III (karies melibatkan satu atau dua gigi anterior rahang atas dan satu atau lebih gigi
molar)
4.) tipe VI (karies melibatkan dua atau lebih permukaan gigi anterior rahang atas yang gigi
dengan pulpa terbuka pada satu atau lebih gigi, dan karies telah terlihat pada gigi anterior
rahang bawah).

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dampak dari karies rampan.


Masalah yang paling sering dialami oleh anak yaitu adanya rasa sakit. Adanya rasa
sakit mengakibatkan anak sering kali menangis atau rewel yang tidak tentu waktunya. Apabila
terjadi hal demikian perlu segera melakukan pemeriksaan gigi dan mulutnya. Dari hasil
permeriksaan dapat diketahui apakah memang rasa sakit yang ditimbulkan akibat adanya
sensitifitas dentin atau sudah terjadi iritasi pulpa.
Kesulitan makan dapat menyebabkan masukan nutrisi yang kurang dapat pula terjadi
pada karies rampan. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada fungsi pengunyahan terutama
gigi belakang, sehingga pada saat anak hendak mengunyah makanan timbul rasa sakit, karena
adanya iritasi atau tekanan makanan tersebut pada serabut syaraf yang ada di kamar pulpa.
Adanya rasa sakit menyebabkan anak enggan untuk makan yang akhirnya masukan nutris anak
tersebut dapat terhambat.
Adanya kavitas akibat terjadinya karies merupakan tempat tumbuh suburnya bakteri,
berbagai macam bakteri akan berkumpul sehingga merupakan fokus infeksi untuk tubuh
lainnya. Fokus infeksi ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja serta bagian tubuh apa saja yang
terkena tergantung bakteri tersebut menginfeksinya. Adanya fokus infeksi ini tentu merupakan
awal akibat kemungkinan terjadinya kefatalan.
Faktor lain akibat karies rampan yaitu mulut menjadi bau tidak enak. Adanya plak dan
debris makanan yang ditumbuhi bakteri, dapat menimbulkan terbentuknya gas yang
menimbulkan bau. Adanya bau yang ditimbulkan mempunyai ciri khas seperti bau gas H2S,
atau bau khas lainnya.
Selain menimbulkan infeksi serta bau, faktor lain yang terpengaruh yaitu dari segi
estetika. Karies rampan pada umumnya sering mengenai gigi depan tentu saja hal demikian
dapat menimbulkan kesan kotor serta kerapihan yang kurang baik. Adanya karies rampan selai
menyebabkan pandangan estetika yang kurang baik, juga dapat menyebabkan anak kurang
percaya diri sehingga pergaulannya dapat terganggu (Sutadi, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Fajriani. 2010. Penatalaksaan Karies Gigi pada Anak. Makassar: FKG UNHAS.
Mariati, Ni Wayan. Pencegahan dana Perawatan Karies Rampan. Jurnal Biomedik (JBM). 7 (1): 23-
28.
Yani, Ristya Widi Endah, Hestieyonini H., Kiswaluyo, Zahara Meilawaty. 2015. Stomatognatic.
Jurnal Kedokteran Gigi. 12 (2): 42-25.
Sri Ramayanti, Idral Purnakarya. Peran Makanan Terhadap Kejadian KaRies Gigi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Maret 2013 - September 2013, Vol. 7, No. 2
Handayani ,Hendrastuti dan Fajriani. Sifat Kariogenik Makanan pada Anak Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi (1) :247 -250
Schour, L dan Massler, M. 1964. Dentistry for Children. 4th ed. New York: Mc Graw-Hill.
Sutadi, Heriandi. 2002. Penanggulangan Karies Rampan serta Keluhannya pada Anak. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 9 (1); 5-8
Sherit Unaya Winda, Paulina Gunawan, Dinar A. Wicaksono. Gambaran Karies Rampan Pada Siswa
Pendidikan Anak Usia Dini di Desa Pineleng II Indah. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor
1, Januari-Juni 2015
Louis W. Ripa, DDS, MS. Nursing Caries: A Comprehensive Review Pediatric Dentistry/ Copyright
1988 By The American Academy of Pediatric Dentistry Volume 10, Number 4.
Mansjoer Arif dkk. 2002. Kapita selekta kedokteran FKUI. Media Aesculapius. Jakarta
Sekarsarani Putri A dkk. 2012. Pengaruh Status Diabetes Mellitus Terhadap Derajat Karies Gigi.
Jurnal Media Medika Muda. FK UNDIP
Andlaw R.J., Rock W.P. Alih Bahasa: drg. Agud Djaya. Perewatan gigi anak .2nd Ed. Indonesia:
Widya Medika; 1992.p. 43-51

Anda mungkin juga menyukai