Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2
TEKNIK SAMPLING
BLOK 9EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA

KELOMPOK TUTORIAL 12
Dosen pembimbing : drg. Agustin Wulan Suci D.,M.DSc

NAMA ANGGOTA :
1. Faridah Risnawati (161610101091)
2. Saraswita Gabrillah Saetikho (161610101092)
3. Favinas Octa Nuri Tsalats (161610101093)
4. Nur Fitriyana (161610101094)
5. Syifa Qurratu'ain (161610101096)
6. Yenny Afiv (161610101097)
7. Salsabila Reza (161610101098)
8. Nadiah Pujiati (161610101099)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2017
SKENARIO 2
TEKNIK SAMPLING

Drg. Liana adalah dokter gigi yang bertugas di Puskesmas Majujaya. Wilayah
kerja Puskesmas Majujaya terdiri dari dataran tinggi dan tebing-tebing yang
curam, bahkan ada beberapa daerah yang sulit ditempuh dengan kendaraan
mobil / sepeda dan hanya bisa dengan berjalan kaki. Sebagian besar masyarakat
disana terisolasi dengan lingkungan luar, mereka hanya bisa memanfaatkan
sarana hiburan pada hari minggu di alun-alun kota yaitu musik, ketoprak ludruk
dan lain-lain, sehingga setiap hari minggu alun-alun sangat ramai dikunjungi
baik dari masyarakat kota maupun pelosok desa. Kebiasaan merokok dan
minum kopi pada laki-laki adalah merupakan kebiasaan yang sangat mendarah
daging, bahkan sering diteukan stain pada laki-laki remaja yang berkunjung ke
poli gigi puskesmas. Drg liana akan melakukan survei tentang kesehatan gigi
dan mulut di wilayah kerjanya, beliau ingin melihat hubungan kebiasaan
merokok dan minum kopi terhadap stain gigi remaja di wilayah tersebut. Drg
liana akan melakukan sampling pada hari minggu di alun-alun dengan cara
memberikan kuesioner dan pemeriksaan gigi pada orang yang ditemui.
Masyarakat di alun-alun dianggap sudah bisa mewakili masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Majujaya. Diskusikan teknik sampling pada kasus diatas!
STEP 1
1. Sampling : Teknik yang digunakan untuk mencari sample untuk penelitian.
2. Stain : Perubahan warna pada gigi, misal warna gigi berubah menjadi coklat.
3. Terisolasi : Sekelompok mahluk hidup yang ada di lingkungannya saja.
4. Mendarah daging: Sudah menjadi kebiasaan.
5. Kuisioner : Teknik pengambilan informasi dimana menilai dari sikap-sikap
responden. Kuesioner dibuat sesuai tujuan peneliti misalnya pertanyaan kepada
responden.
6. Survei : Pengamatan yang dilakukan pleh peneliti, proses pengambilan data
yang hasil datanya berupa data primer. Survei merupakan bagian dari penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

STEP 2
1. Mengapa digunakan teknik sampling?
2. Klasifikasi dari teknik sampling?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi teknik sampling?
4. Teknik sampling apa yang tepat untuk skenario ini?

STEP 3
1. a. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya
b. Dapat diperoleh informasi yang lebih banyak dan mendalam
c. Lebih akurat dan lebih terfokus
d. Untuk mempermudah peneliti sendiri
e. Sample dianggap mewakili suatu populasi
2. a. Random Sampling
Berdasarkan peluang, setiap orang memiliki peluang yang sama untuk diambil
menjadi sample.
Teknik Random Sampling dibagi menjadi:
i. Simple Random Sampling
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Bisa
digunakan pengundian atau dengan spss.
ii. Stratified Random Sampling
Proporsional Stratified Random Sampling : Mempertimbangkan jumlah
Disporposional Stratified Random Sampling : Tidak mempertimbangkan
jumlah
iii. Cluster Sampling
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling
unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam
kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sample.
iv. Systematic Random Sampling
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke-K dari titik awal yang dipilih
secara random, dimana:
K = N (Jumlah anggota populasi) : n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit,
diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
v. Multi Stage Sampling
Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua
maupun lebih.
Misalnya: Provinsi-Kabupaten-Kecamatan-Desa-Lingkungan-KK.

b. Non Random Sampling


Pemilihan sample tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan
gambaran kasar tentang suatu keadaan.
Teknik Non Random Sampling diklasifikasikan sebagai berikut :
i. Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping).
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya
saja, sesuai dengan karakteristik atau ciri-ciri yang dibutuhkan oleh peneliti.
ii. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
Sample yang diambil sesuai dengan orang yang dijumpainya. Biasanya
dilakukan karena adanya hambatan lokasi (Lokasi sulit ditemppu atau
didatangi)
iii. Sampel Berjatah (Quota Sampling)
Sesuai dengan kuota.
iv. Snowball Sampling
Seperti membentuk rantai. Metoda sampling di mana sampel diperoleh
melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lain.
3. Faktor yang mempengaruhi teknik sampling :
a. Dari peneliti
Kemampuan dari peneliti meliputi waktu, biaya dan tenaga
b. Dari luar
Populasi
Kriteria sample
Luasnya daerah
Geografis dari daerah
4. Teknik sampling pada skenario termasuk Accidental Sampling. Hal ini dikarenakan
pada skenario disebutkan bahwa peneliti kesulitan menemui sample karena daerah
yang sulit untuk ditempuh, sehingga peneliti menggunakan orang-orang yang
dijumpai di alun-alun sebagai sample. Dari sample juga tidak diketahui jumlah
populasinya.

STEP 4

TEKNIK SAMPLING

TEKNIK SAMPLING RANDOM TEKNIK SAMPLING NON RANDOM

1 SIMPLE RANDOM SAMPLING 1 PURPOSIVE SAMPLING


2 STRATIFIED RANDOM SAMPLING 2 ACCIDENTAL SAMPLING
3 CLUSTER SAMPLING 3 QUOTA SAMPLING
4 SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING 4 SNOWBALL SAMPLING
5 MULTI STAGE SAMPLING

STEP 5
1. Definisi dan tujuan teknik sampling
2. Jenis teknik sampling random
3. Jenis teknik sampling non random
4. Jenis teknik sampling pada skenario
STEP 7
1. Definisi dan tujuan teknik sampling
Definisi Sampling
Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang
berukuran N (Lohr, 1999).
Dalam melakukan sampling, terdapat teori dasar yang disebut teori sampling. Teori
sampling mencoba mengembangkan metode/rancangan pemilihan sampel, sehingga dengan
biaya sekecil mungkin dapat menghasilkan pendugaan parameter yang mendekati parameter
populasinya. Teori sampling bertujuan untuk membuat sampling menjadi lebih efisien.
Pengertian efisien dalam teori dasar sampling adalah rancangan sampling yang
menghasilkan dugaan yang paling mendekati parameter populasi, membutuhkan biaya
pengumpulan data yang sekecil-kecilnya (Cochran, 1991).
Rancangan sampling yang efisien adalah rancangan sampling yang dapat menghemat
waktu, tenaga dan biaya tanpa mengurangi keakuratan data, dan informasi yang diperoleh
benarbenar menggambarkan karakteristik populasi dengan baik.
Eriyanto (2007) mengemukakan bahwa pemakaian sampel akan berguna jika dapat
digunakan sebagai alat pendugaan (inferensia). Nilai populasi disebut sebagai parameter,
sementara nilai sampel disebut statistik.
Definisi Teknik Sampling
Teknik sampling (teknik penarikan sampel) merupakan upaya penelitian untuk
mendapatkan sampel yang representatif atau mewakili, yang dapat menggambarkan
populasinya.
Definisi Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut
"statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku.
Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Tujuan Pengambilan Sampel
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga dapat
diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Jenis teknik sampling random
Teknik Sampling
a. Cluster Random Sampling
Teknik digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau
sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu Negara, propinsi, kabupaten. Dalam
cluster, populasi target pertama dibagi kedalam sub kelompok atau cluster yang ekslusif.
Kemudian sampel acak dari cluster tersebut dipilih berdasarkan teknik probability sampling,
misalnya dengan menggunakan random sampling.
Teknik ini digunakan bila kita memiliki keterbatasan karena ketiadaan kerangka
sampel (daftar nama seluruh populasi), namun kita memiliki data yang lengkap tentang
kelompok. (Amiyati, 2016)
Setiap anggota populasi penelitian dibagi menjadi kelompok atau cluster, kemudian
cluster dipilih secara acak dan semua anggota cluster yang terpilih akan dijadikan sampel
(Henry, 1990). Teknik sampling ini digunakan ketika elemen-elemen populasi tersebar di
wilayah geografis yang luas (Alvi, 2016).
Cluster sampling sangat mirip dengan stratified sampling yaitu populasi dibagi
menjadi kelompok khas dan tidak tumpang tindih sebelum dilakukan pengambilan sampel.
Kelompok-kelompok ini disebut sebagai cluster bukan strata karena mereka adalah
pengelompokan yang terjadi secara alami seperti sekolah, rumah tangga, atau unit geografis.
Dimana stratified sampling melibatkan pemilihan beberapa elemen dari setiap strata,
sedangkan cluster sampling melibatkan pemilihan beberapa cluster dan data dikumpulkan
dari semua anggota cluster(Henry, 1990).
Keuntungan(Alvi, 2016):
o Dalam kasus dimana populasi tersebar di wilayah geografis yang luas, sampling
cluster digunakan untuk mengurangi biaya dibandingkan dengan random sampling
acak sederhana atau sistematik.
o Menghabiskanlebih sedikit waktu dan usaha dibandingkan dengan random
sampling acak sederhana atau sistematik.
o Daftar elemen-elemen populasi tidak diperlukan.
o Selain itu, alih-alih pergi ke tempat yang luas untuk memilih elemen secara acak,
Anda mendapatkan sekelompok elemen di satu wilayah geografis.
Kekurangan(Alvi, 2016):
o Kadang-kadang bisa menyebabkan bias sampling dan kesalahan
sistematis.Misalnya, dalam pemilihan pasar hanya pasar besar yang mungkin
dipilih, meski secara acak. Jadi seleksi ini cenderung mempengaruhi hasilnya.
Hasilnya mungkin berbeda jika ada pasar kecil yang di seleksi juga.
o Jika cluster tidak homogen di antara mereka, sampel terakhir mungkin tidak
mewakili populasi

Contoh 1.1
Sebuah tim peneliti berusaha mewawancarai sekitar 200 orang penderita AIDS yang tinggal
di suatu wilayah. Tidak ada daftar orang yang mengidap AIDS di wilayah ini. Daftar seperti
itu akan sangat mahal untuk dicoba dan juga proses mendapatkannya mungkin akan
menimbulkan masalah etika dan kerahasiaan. Wilayah ini dilayani oleh 25 klinik kesehatan,
tersebar di wilayah yang luas denganjalan-jalan yang buruk. Para peneliti tahu bahwa
kebanyakan klinik melayani sekitar 50 pasien AIDS. Oleh karena itu, mereka secara acak
mengambil sampel 4 dari 25 klinik dan mempelajari semua pasien AIDS di klinik tersebut,
menghasilkan sampel sekitar 200 pasien (Morra-Imas, 2009).

b. Multi Stage Random Sampling


Multistage random sampling menggabungkan dua atau lebih bentuk random
sampling. Prosesnya biasanya dimulai dengan random cluster sampling dan kemudian
menerapkan simple random sampling atau stratified random sampling. Pada contoh 1.1,
multistage random sampling awalnya akan menarik sampel cluster dari delapan klinik.
Kemudian akan diambil sampel dengan simple random samplingsejumlah 25 pasien dari
masing-masing klinik. Teknik ini akan memberi 200 sampelpasien, seperti contoh pada
cluster sampling, tapi sampel yang berasaldari multistage random sampling iniberasal
darilebihbanyakklinik (Morra-Imas, 2009).
Pada teknik sampling ini dimungkinkan untuk menggabungkan nonrandom and
random sampling. Misalnya, klinik dapat dipilih secara nonrandom dan pasien AIDS dipilih
secara random dari masing-masing klinik (Morra-Imas, 2009).
Kelemahan dari multistage and cluster sampling adalah bahwa mereka memberikan
perkiraan populasi yang kurang tepat dibandingkan simple random sampling. Dalam contoh
klinik AIDS, misalnya, hanya 8 klinik yang diambil secara acak dari total 25 klinik; 8
kliniktersebut mungkin tidak sepenuhnya mewakili 25 klinik yang ada (Morra-Imas, 2009).
c. Simple Random Sampling

Simple random sampling mensyaratkan bahwa setiap anggota populasi memiliki


kesempatan yang sama untuk dipilih. Simple random sampling dipilih dengan menetapkan
nomor ke setiap anggota dalam daftar populasi dan kemudian menggunakan tabel nomor acak
untuk menarik anggota sampel (MacNealy, 1999). Setiap anggota populasi dipilih satu per
satu. Begitu satu unit dipilih, tidak ada kesempatan lagi untuk dipilih (Fowler, 2009).
Terlepas dari proses yang digunakan untuk simple random sampling, prosesnya
menghabiskan banyak tenaga jika daftar populasinya panjang atau dilakukan secara manual
tanpa bantuan komputer (Babbie, 1990; Fowler, 2009).
Populasi harus berisi sejumlah elemen yang dapat didaftar atau dipetakan.
Setiap elemen harus saling eksklusif sehingga bisa dibedakan satu sama lain dan tidak
memiliki karakteristik yang tumpang tindih.Populasi harus homogen yaitu setiap elemen
mengandung karakteristik yang sama yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh populasi
sasaran (Alvi, 2016).
Kelebihan(Alvi, 2016):
Tidak ada kemungkinan bias sampling.
Sampelnya adalah perwakilan masyarakat yang baik.
Kekurangan(Alvi, 2016):
Sangat mahal dan memakan waktu terutama dalam kasus-kasus ketika sampel secara
luas tersebar secara geografis dan sulit untuk dijangkau.
Diperlukanbanyaktenagaterutamauntukpopulasi yang besar.

d. Systematic Random Sampling


Teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Vockell mendefinisikan hal ini sebagai strategi untuk memilih anggota sampel
yang hanya diperbolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan
keanggotaannya dalam sampel. sistem yang dimaksud adalah strategi yang direncanakan
untuk memilih anggota-anggota setelah memulai pemilihan acak, misalnya setiap subjek ke
5, setiap subjek ke 10 dan sebagainya. Langkah yang harus dilakukan antara lain.
1. Tentukan jumlah sampel yang akan diambil
2. Bagilah total populasi dengan jumlah yang diperlukan untuk menentukan interval
pengambilan sampel.
3. Tentukan anggota sampel.
Contoh: Suatu penelitian memiliki populasi sebanyak 5000 siswa kemudian akan diambil 100
siswa sebagai sampel: Kelompok =N(n=5000100)=50. Dengan menggunakan undian, kita
memilih kelompok 1 sampai 50 secara acak. Misalnya dalam undian adalah kelompok 5
maka seluruh anggota kelompok 5 adalah sampelnya. Jadi sampel yang yang kita ambil
adalah nomor urut populasi 5, 55, 105, 155, 205, 255, .., 4955, atau dapat kita simpulkan
kita menggunakan kelipatan angka 50.

Sampling Acak Berlapis Tidak Proporsional (Disproportionate stratified Random


Sampling)

Teknik digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional (sampel tidak sebanding dengan jumlah populasi). Contoh:
Peneliti akan menarik 20 siswa dari suatu populasi di sekolah Z dengan karakteristik:
Prestasi rendah : 15 siswa
Prestasi sedang : 30 siswa
Prestasi tinggi : 72 siswa
Prestasi sangat tinggi : 3 siswa
Total populasi : 120 siswa
Jika kita menggunakan cara proporsional akan diperoleh sampel sebgai berikut:
Sampel prestasi rendah: (15/120) x 20 = 2,5 dibulatkan menjadi 3
Sampel prestasi sedang: (30/120) x 20 = 5
Sampel prestasi tinggi : (72/120) x 20 = 12
Sampel prestasi sangat tinggi : (3/120) x 20 = 0,33 dibulatkan menjadi 0
Dengan cara proporsional kita tidak akan memperoleh sampel dari prestasi sangat
tinggi sehingga kita dapat menggunakan cara nonproporsional agar semua kelompok dapat
terwakili, dengan mengubah komposisi sebagai berikut:
Prestasi rendah : 3 siswa
Prestasi sedang : 5 siswa
Prestasi tinggi : 11 siswa
Prestasi sangat tinggi : 1 siswa
Setelah ditentukan jumlah sampel dari setiap strata tentukan anggota sampel tersebut
berdasarkan acak sederhana (undian/table angka acak) atau sistematis.

Sistematik random sampling


Setiap elemen populasi dipilih dengan suatu interval (tiap ke n elemen) dan dimulai
secara random dan selanjutnya dipilih sampelnya pada setiap jarak interval tertentu.
Contoh :
Dari 100 orang karyawan ingin diambil secara acak sistematis 10 karyawan sebagai
sampel. Penyelesaiannnya dapat dilakukan sbb:
1. Menentukan banyaknya kelompok: k=100/10= 10, berarti ada 10 kelompok (tidak
boleh lebh dari 10 kelompok).
2. Memberi nomor urut secara acak pada 100 orang karyawan dari 1, 2, 3 sampai 100
3. Membagi keseluruhan anggota populasi menjadi 10 kelompok. Maka akan diperoleh
kelompok pertama (kelompok A) berisi karyawan dengan nomor urut 1 hingga 10,
kelompok kedua (kelompok B) dengan nomor urut 11 hingga 20 dan seterusnya sampai
kelompok J
4. Mengambil satu unit sampel secara acak pada kelompok A (pertama) misalnya terambil
karyawan nomor 3. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel pada kelompok yang
berikutnya untuk satuan sampel yang berada segaris (memiliki jarak yang sama) dengan
sampel nomor 3 tersebut. Anggota populasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah anggota populasi yang mempunyai nomor sbb :
Kelompok: A B C D E F G H I J
No.Terpilih: 3 13 23 33 43 53 63 73 83 93
Jadi pengambilan sampel yang dilakukan benar-benar secara acak hanyalah pada
pengambilan sampel pertama dari kelompok pertama. Sesudah sampel pertama
tersebut terambil, maka sampel kedua, ketiga dst diambil secara sistematis dari
kelompok kedua, ketiga dst.

e. Stratified Random Sampling

Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan


dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic random
sampling.

Misalnya kita meneliti keadaan gizi anak sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Madya
Medan ( 4-6 tahun). Karena kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda
(heterogen) maka buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman
Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Misalnya untuk
Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100 Taman Kanak-Kanak yang
ada di Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C = 30 buah. Jika berdasarkan perhitungan
besar sampel, kita ingin mengambil sebanyak 25 buah (25%), maka ambilah 25% dari
masing-masing sub populasi tersebut di atas.

3. Jenis teknik sampling non random


Teknik sampling non-probabilitas adalah suatu pendekatan penarikan sampel yang
mempunyai perbedaan sifat bahwa pertimbangan subyektif memainkan peran dalam
pemilihan sampel. Pertimbangan subyektif yang digunakan untuk menentukan unit populasi
yang mengandung contoh. Metode pemilihan untuk sampel non-probabilitas berlawanan
dengan sampel probabilitas yang dipilih dengan mekanisme acak (random) yang dijamin
bebas dari pertimbangan subyektif (Dwiastuti, 2012).Teknik sampling non-probabilitas
bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang masih belum jelas dalam penelitian
pendahuluan, untuk mendapatkan gambaran tentang kumpulan unit observasi yang kemudian
dijadikan landasan bagi penerapan sampel probabilitas yang lebih tepat dan akurat (Nurdiani,
2014).
a. Conveniences sample/ Accidental sampling
Conveniences sample merupakan suatu rancangan pemilihan contoh yang didasarkan
pada suatu kelompok individu yang siap untuk berpartisipasi dalam suatu kajian. Rancangan
pemilihan contoh ini lebih cocok untuk observasi atau pengumpulan data yang bersifat
eksperimen. Kelompok individu yang berpartisipasi dalam suatu kajian dipilah menjadi dua
kelompok kecil secara acak (random assignment), yakni menjadi sub-kelompok yang
mendapatkan perlakuan (treatment) dan sub-kelompok yang tidak mendapat perlakuan
sebagai kelompok kontrol (Dwiastuti, 2012).
b. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian (Margono, 2004).
c. Teknik sampling snowball
Teknik sampling snowball adalah suatu pendekatan untuk menemukan informan-
informan kunci yang memiliki banyak informasi. Dengan menggunakan pendekatan ini,
beberapa responden yang potensial dihubungi dan ditanya apakah mereka mengetahui orang
yang lain dengan karakteristik seperti yang dimaksud untuk keperluan penelitian. Kontak
awal akan membantu mendapatkan responden lainnya melalui rekomendasi. Untuk mencapai
tujuan penelitian, maka teknik ini didukung juga dengan teknik wawancara dan survey
lapangan. Manfaat dari teknik sampling snowball ini adalah untuk penelitian yang terkait
dengan komunitas yang terselubung, isu-isu yang sulit diungkapkan dengan jelas atau tidak
terlihat nyata, isu-isu komunikasi, dan lain sebagainya (Nurdiani, 2014).
Teknik sampling snowball memiliki kekuatan, yaitu mampu menemukan responden
yang tersembunyi atau sulit ditentukan, serta mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik
atau yang tabu dalam dunia sosial. Meskipun demikian, teknik ini tetap memiliki kelemahan
dalam pelaksanaannya. Penggunaan teknik sampling snowball membutuhkan kemandirian
yang tinggi dalam berpikir dan bertindak di lapangan, membutuhkan kreativitas tinggi untuk
dapat mengungkapkan suatu hal sesuai dengan yang diharapkan, membutuhkan kesabaran-
sensitifitas-kemampuan sosial dan rasa empati yang tinggi dari peneliti, membutuhkan sikap
bersahabat, dapat dipercaya dan hati-hati dalam meng-interview responden, agar mereka mau
mengungkapkan informasi yang dibutuhkan penelitian (Nurdiani, 2014).
d. Quota sampling
Quota sampling membagi kelompok populasi yang dikaji menjadi dua sub-kelompok,
misalnya subkelompok pria dan wanita atau kelompok etnis satu dengan yang lain. Sample
ditentukan berdasarkan pada bagian sub-kelompok dan wawancara ditujukan pada sejumlah
unit anggota sub-kelompok yang dipilih oleh pencacah. Quota sample hampir mirip dengan
rancangan penarikan contoh bersetrata, namun berbeda dalam hal-hal yang penting tertentu.
Quota sampling memperkenankan keleluasaaan pada pencacah dalam memilih individu
sebagai sample. Pencacah diberi instruksi secara eksplisit tentang karakteristik individu yang
diharapkan diwawancarai (Dwiastuti, 2012).
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel (Margono, 2004).

4. Jenis teknik sampling pada skenario

Jenis teknik sampling yang susuai dengan skenario ini yaitu teknik sampling aksidental.
Teknik ini tergolong dalam non-random sampling. Pada skenario dikatakan bahwa drg. Liana
sebagai peneliti, ingin mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan minum kopi terhadap
stain gigi remaja dengan pengambilan sampel orang yang ditemui saja. Hal ini sesuai dengan
teknik sampling aksidental, karena teknik sampling aksidental adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005).

Selain itu, drg. Liana juga memberikan kuisioner dengan tema pengaruh rokok terhadap
stain gigi, dimana kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang sudah mendarah daging, dengan
kata lain setiap orang yang ditemui pasti sudah mengetahui hal yang sudah umum ini. Teknik
ini digunakan, antara lain jika peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden karena hal
tertentu atau kerena topik yang diriset adalah persoalan umum dimana semua orang
mengetahuinya (Sugiyono, 2005).

Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel
tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah
yang diharapkan terpenuhi (Margono, 2004). Selain itu, teknik sampling aksidental ini juga
didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan mendapatkannya (sampel terpilih
karena ada pada tempat dan waktu yang tepat) (Nur, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Ansari Fuad. "Prisip-prisip dan Dasar Statistik dalam Perencanaan Kesehatan",Airlangga


University Press C, 1975.
Anggraini Sri., "Populasi dan Sampel", Fakultas Kesehatan Masyarakat
UniversitasIndonesia, Jakarta,1979.
Amiyani, Rofi. 2016. Teknik Sampling. Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta.
Alvi, Mohsin Hassan. 2016. A Manual for Selecting Sampling Techniques in Research.
Pakistan: University of Karachi.
Babbie, Earl. 1990. Survey Research Methods. 2nd ed. California: Wadsworth Publishing
Company.
Dwiastuti, Rini. 2012. Metode Penelitian Sosial: Rancangan Penarikan Contoh (Sampling
Design). Malang: Universitas Brawijaya.
Etikan I, Bala K (2017) Sampling and Sampling Methods. BiomBiostatInt J 5(6): 00149.
DOI: 10.15406/bbij.2017.05.00149
Fowler, Jr. Floyd J. 2009.Survey Research Methods. 4th ed. United States of America: Sage
Publications.
Henry, Gary T. 1990. Practical Sampling.Vol. 21. London: Sage Publications.
MacNealy, Mary Sue. 1999. Strategies for Empirical Research in Writing. New
York:Longman
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Morra-Imas, Linda G, dan Ray C. Rist. 2009. The Road to Results: Designing and
Conducting Effective Development Evaluations. Washington: The World Bank
Nur Aisyah Jamil. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia. Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat
Nurdiani, Nina. 2014. Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan. ComTech.
5(2): 1110-1118.
Nurhayati. Studi Perbandingan Metode Sampling antara Simple Random dengan Stratified
Random. Jurnal Basis Data, ICT Research Center UNASVol.3 No.1 Mei 2008 ISSN
1978-9483
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Amiyani, Rofi. 2016. Teknik Sampling. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai