Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL KOMUNIKASI BISNIS

Komunikasi Petani Garam

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Komunikasi Bisnis
Dosen Pengampu :
Robiatul Auliyah,SE., MSA.

Disusun Oleh :
Selvia Erli Susanti
130221100074

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
Pendahuluan
Madura adalah sebuah pulau yang kaya akan hasil pertaniaan, tambang gas
mapun dari pariwisata. Madura terdiri dari empat kabupaten yaitu kabupaten bangkalan,
sampang, pamekasan dan sumenep. Sebuah pulau kecil yang kaya akan hasil bumi yang
menjadi tumpuan masyarakat untuk bertahan hidup dan menjadi mata pencaharian
penduduk setempat. Mata pencaharian merupakan tonggak bagi masyarakat pesisir
khususnya untuk masyarakat yang mempunyai latar belakang keluarga kurang mampu
dan masalah tingkat pendidikan. Mereka bergantung pada alam sekitar untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena keterbatasan bakat yang dimilikinya.
Air laut dengan sinaran matahari mampu menghasilkan garam yang sejak dulu
dikenal sebagai produk utama masyarakat Madura khususnya yang bertempat tinggal di
pesisir tidak terkecuali para petani garam di Desa Polagan Kabupaten Pamekasan.
Petani garam bekerja dengan memanfaatkan air laut dan meja kristal (lahan) serta
paparan sinar matahari sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Akan tetapi selama musim hujan para petani garam tidak dapat memproduksi
garam hal ini mengharuskan para petani garam melakukan berbagai strategi agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kehidupan sosial petani garam dalam hal pekerjaan maupun dalam kehidupan
bermasyarakat para petani garam juga tidak terlepas dari konflik. Konflik adalah adanya
pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang
lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Penyebab timbulnya konflik salah
satunya berkiatan dengan komunikasi. Terkadang komunikasi dianggap sepele karena
pemikiran orang-orang komunikasi telah mereka lakukan setiap hari. Namun
komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan,
bisnis dan bermasyarakat tidak luput dari bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan
benar? Untuk menjaga timbulnya konflik. Petani garam memerlukan komunikasi yang
baik dengan penggarap (pekerja) lahan, dengan pengepul bahkan dengan pedagang
garam. Supaya terjalin kerjasama yang dapat menguntungkan. Dan meminimalisasi
terjadi konflik antar individu ataupun antarkelompok.
Kini para petani garam mulai resah dengan di keluarkannya Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia (Permendag) Nomor 125/M-DAG/PER/12/2015
tentang Ketentuan Impor Garam, dalam peraturan tersebut membahas tentang tidak
adanya kewajiban importir garam konsumsi untuk menyerap garam rakyat, dan
dihapusnya harga pokok pembelian garam, serta tidak adanya batasan waktu bagi
importir garam konsumsi. Mereka menilai Permendag tersebut justru mengancam
kehidupan petani garam, bahkan bisa mematikan usaha garam rakyat. Seakan-akan
pemerintah berpihak pada perusahaan yang melakukan impor garam daripada memasok
garam dari rakyat sendiri. Alasan dikeluarkannya peraturan ini dikarenakan kurangnya
pemasokan garam dari rakyat sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen
perusahaan mengalami kendala, apabila tidak memasok impor garam dalam jumlah
yang lebih banyak daripada garam rakyat. Dari segi kualitas juga menjadi bahan
pertimbangan perusahaan untuk lebih memilik memasok garam impor, karena dilansir
dari situs salah satu perusahaan garama, bahwa kualitas garam rakyat masih dikatakan
KW3 dibandingkan dengan garam kualitas impor.

Pembahasan
Sejak tahun 2014 dengan adanya bantuan dari pemerintah kepada petani garam
melalui Dinas Perikanan dan Kelautan yaitu Pengembangan Usaha Garam Rakyat
(PUGAR). Fungsi Dinas Perikanan dan Kelautan menjadi perantara sekaligus pengawas
dalam kegiatan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Terkadang mereka
memberikan penyuluhan berkaitan dengan garam dan ketika sudah pencairan dana,
mereka melakukan survey apakah kejadian yang ada di lapangan sudah sesuai dengan
apa yang mereka sampaikan secara tertulis. Setiap desa ada 1 koordinator mewakili
kelompok-kelompok PUGAR yang ada pada desa tersebut. Dari kegiatan ini para petani
garam mendapatkan alat-alat untuk menghasilkan garam yang lebih berkualitas dan
penyuluhan mengenai bagaimana memproduksi garam yang baik dan bekualitas dari
Dinas terkait.
Pemilihan kelompok untuk menjadi bagian dari Pengembangan Usaha Garam
Rakyat ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Penduduk asli setempat dengan dibuktikan fotocopy KTP
b. Mempunyai lahan garam, milik sendiri atau sistem sewa
c. Lahan kelompok harus berdekatan
Bagan 1. Struktur PUGAR

Dinas Perikanan dan Kelautan

Koordinator Desa

Ketua PUGAR Ketua PUGAR Ketua PUGAR Ketua PUGAR

Anggota PUGAR Anggota PUGAR Anggota PUGAR Anggota PUGAR

Bantuan tersebut diberikan pada kelompok yang mempunyai lahan, kelompok


terdiri dari 10 sampai 11 orang. Koordinator desa juga termasuk dalam keanggotaan
dan dalam wawancara yang saya lakukan beliau menjabat sekaligus sebagai ketua
PUGAR. Dalam kondisi ini sudah mulai terbaca bagaimana struktur untuk PUGAR ini
diluar kewajaran. Sama seperti organisasi PUGAR ini terdiri dari kelompok dan
anggota. Namun yang perlu di garis bawahi disini kekuasaan tertinggi ada pada ketua,
dan jabatan tersebut terkadang disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu ujar
Suparto salah satu anggota PUGAR. Kecurangan yang sering terjadi dalam hal
pembagian dana ke anggota ataupun pemilihan anggota supaya mendapatkan bantuan
dari pemerintah. Terkadang salah satu anggota hanya pekerja bukan pemilik lahan atau
sistem sewa tapi dijadikan anggota dalam PUGAR. Hal ini sudah jelas melanggar
kriteria sebagai anggota PUGAR.
Kecurangan lainnya, dalam hal pembagian dana antara ketua dengan anggota
tidak sama karena hanya ketua dan pihak Dinas yang mengetahui berapa jumlah
sebenarnya bantuan yang diterima. Sedangkan, anggota hanya mengetahui setelah
pembagian itu dilakukan, pembagian dapat berupa uang ataupun barang. Walaupun
peraturan dari pemerintah pembagian dana bantuan tersebut harus dalam bentuk barang
yang telah diajukan dalam proposal. Namun pembagian dana dalam bentuk uang masih
dilakukan oleh beberapa kelompok. Pencairan dana PUGAR :
1. Mengajukan proposal pencairan dana,di dalamnya berisi jumlah barang yang
diperlukan dalam pengolahan garam
2. Setelah proposal di terima dan di proses, kemudian pencairan dana ke rekening
PUGAR masing-masing
3. Kemudian pengajuan kembali proposal pertanggung jawaban, berisi gambar serta
rincian dana yang telah diperoleh dialokasikan ke barang apa.

Setelah berjalan 1 tahun, pengajuan proposal untuk tahun berikutnya dibuka


kembali. Ada satu barang yang bisa dikatan sebagai penunjang maupun tidak, yaitu
bantuan polybag yang menjadi permasalahan petani. Ada sebagian petani yang
menggunakan polybag pada dasar lahan meja kristal adapula yang tidak menggunaka.
Karena garam yang menggunakan polybag meskipun kualitasnya lebih bagus dan proses
penggarapan garam tidak rumit, tetapi garam tersebut tidak bisa dikonsumsi lebih cocok
digunakan sebagai bahan campur pupuk. Penjualan garam yang menggunakan polybag
dengan yang tidak menggunakan berbeda. Penjualan garam yang menggunakan polybag
hanya bisa dijual ke PT. Unichem. Unichem merupakan perusahaan importir garam
terbesar di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Importir Pengguna Garam
Indonesia (AIPGI).
Dalam proses penjualannya ini ada hal yang janggal, karena penjualan ini hanya
bisa dilakukan apabila atas nama koordinator desa yaitu orang yang menjadi
koordinator kelompok PUGAR. Sehingga pedagang lainnya mulai resah dengan adanya
kebijakan ini, karena belum jelas mengapa penjualan ini hanya bisa dilakukan oleh
koordinator desa? Mungkinkah ada hubungan istimewa dalam hal transaksi penjualan?

Bagan 2. Penjualan garam

Garam menggunakan
Lahan biasa
Garam Pedagang Garam

Garam menggunakan
Polybag

Koordinator Desa PT Garam

PT Unichem-Sidoarjo
Dari bagan diatas sudah jelas bahwa untuk proses penjualan dari garam dibedakan
menjadi dua. Dari hasil wawancara saya menemukan bahwa ada konflik yang terjadi
antara pedagang garam dengan koordinator desa. Hal ini terjadi karena petani garam
yang biasanya menjual garamnya ke pedagang biasa kini harus menjual hasil garamnya
ke PT Unichem melalui pihak ketiga yaitu koordinator desa, sehingga pedagang biasa
kekurangan pemasok karena sebagian petani garam beralih menggunakan polybag.
Dokumentasi

Narasumber :
Bapak suparto pemilik lahan
Tahun 2014 : Ketua PUGAR
Tahun 2015-2016 : Anggota PUGAR

Anggota Pugar bergotong royong dalam


proses pemasangan kincir (enterran)
digunakan untuk memompa air dari saluran
atau sungai ke tempat penampungan air
yang nantinya akan digunakan untuk
pembuatan garam. Karena masyarakat
setempat masih menggunakan sistem
manual (tradisional) kincir ini memompa air
tersebut dengan bantuan angin.

Proses perataan meja lahan untuk pembuatan


garam. Proses ini dinamakan glidik. Proses
ini juga membantu permukaan lahan lebih
halus, dan tidak ada rongga. Apabila
menampung air sebagai bahan pembuatan
garam tidak meresap. Sehingga air tahan
lama
Pembuangan lumut di penampungan
air (minian). Hal ini dilakukan agar air
yang nantinya akan digunakan tidak
keruh dan garam menjadi lebih bersih
dan warna garam tidak menguning
ataupun halus.

Ini contoh pemakaian polybag untuk


pembuatan garam yang menjadi
bahan campuran pupuk.

Anda mungkin juga menyukai