Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRODUKIVITAS PERAIARAN

Produktivitas Primer Danau Baikal EROPA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Produktivitas Perairan

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Hafiz Albi 230110150


Ikhlas Nazarullah 230110150104
Anis Chairunnisa 230110150111
Raudatu Fiqro Safarina 230110150122
Syaiful Islam 230110150131
Indra 230110150136
Rida Himyati 230110150144

Perikanan B

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Produktivitas Primer Danau Baikal ini. Makalah yang telah terselesaikan ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Laut.
Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah kami lainnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Jatinangor, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
II PEMBAHASAN
2.1 Data Hasil Penelitian................................................................... 3
2.2 Pembahasan Data Hasil Penelitian ............................................. 5
2.1.1 Keterbatasan Nutrien dan Klorofil a............................................ 5
2.1.2 Penelitian Pengkayaan................................................................. 6
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama beberapa dekade, produksi primer Danau Baikal telah diukur
dengan menggunakan penghitungan kandungan oksigen, kandungan Carbon atau
dengan metode C. Yoshida et al (2003) mengumpulkan data yang dipublikasikan
mengenai produksi primer Danau Baikal yang menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas primer Danau Baikal memiliki kisaran yang luas, mulai dari 31
sampai 3360 mg/Cm2 perhari. Perbedaan produktivitas ini disebabkan perbedaan
metodologis. Namun, beberapa diantaranya adalah hasil dari wabah periodik dari
tahun produksi yang tinggi, yang disebut "tahun Melosira". Biomassa maksimum
vernal fitoplankton pada tahun Melosira sekitar sepuluh kali lipat lebih besar dari
pada tahun non-Melosira (Bondarenko dan Evstafyev 2002). Karakteristik lain
dari Danau Baikal adalah dominasi fitoplankton yang sangat kecil, yang disebut
picoplankton (sebelumnya disebut ultrananoplankton) dalam biomassa dan
produktivitas primer dari kumpulan fitoplankton (Katano et al 2005). Dengan
demikian, penelitian tentang produktivitas primer Danau Baikal memiliki sejarah
yang cukup panjang. Namun, ada kekurangan studi mengenai keterbatasan nutrien
Danau Baikal. Dari perbandingan molar antara nitrat dan fosfat di permukaan air,
Weiss et al (1991) mengemukakan bahwa nitrogen kemungkinan besar membatasi
produksi fitoplankton. Berdasarkan penumpukan N dan P anorganik dari
permukaan air terhadap waktu, Goldman dkk. (1996) mengemukakan bahwa
pertumbuhan fitoplankton dibagian danau yang tidak berdasar pada musim semi
dan awal musim panas sebagian besar tidak dibatasi oleh persediaan nutrien.
Seiring berkembangnya musim panas, mereka menyarankan bahwa pentingnya
kolimitasi N dan P menjadi lebih jelas. Percobaan pengayaan pertama dilakukan
oleh Watanabeand Drucker (1999) dengan menggunakan sampel air permukaan
dari cekungan selatan Danau Baikal dan mengasumsikan nitrogen sebagai faktor
pembatas. Karena komposisi seston mendekati rasio Redfield, Genkai-Kato et
al (2002) mengemukakan bahwa fitoplankton di Danau Baikal tidak kekurangan

1
nitrogen dan fosfor. Demikian pula, sebagian besar studi tentang keterbatasan
nutrien Danau Baikal terbatas pada bukti tidak langsung seperti rasio molar antara
nitrat dan fosfat di permukaan air (Weiss et al 1991). Penghilangan nutrien dari
permukaan air terhadap waktu (Goldman et al 1996), atau komposisi unsur seston
(Genkai-Kato et al 2002). Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti secara
eksperimental mengenai eksperimen pengayaan nutrient yang terjadi di Danau
Baikal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di danau Baikal bagian selatan dan tengah, pada
tanggal 24 s/d 31 Agustus 2002, saat pelayaran RV Vereshchagin dari
Limnologicalcal Institute, SB, RAS, Irkutsk (gambar 1).

Gambar 1. Peta yang menunjukan stempel stasiun (Stn.) selama pelayaran RV


Vereshchagin dari tanggal 24-31 Agustus 2002. Eksperimen pengayaan dilakukan
di Stns. 4, D18, M1 dan 10.

Sampel air permukaan dikumpulkan dengan ember dari stasiun yang


ditunjukkan pada gambar 1. Di stasiun (STN.) D18, sampel air juga dikumpulkan
secara vertikal. Sampel air untuk analisis kimia disaring dengan cepat melalui
filter fiber glass depan (porositas nominal, 0,7 m). Partikel yang terkandung
dalam sampel air dikumpulkan pada filter serat kaca GF/F untuk sebuah analisis
mengenai klorofil (chl.). Setelah itu, filter dan filtrat dibekukan di kapal dan
dikirim ke Jepang untuk analisis kimia. Pigmen fotosintesis diekstraksi dengan
metanol di kulkas selama 24 jam untuk pengukuran fluorometrik (APHA, AWWA,
WPCF, 1985) chl.a pada sampel yang dikumpulkan secara vertikal dari Stn.D18
juga dianalisis secara spektrofotometri (SCOR-UNESCO 1966; Suzuki and
Ishimaru 1990).

3
Gambar 2. Distribusi suhu air, fosfor reaktif terlarut (SRP) dan konsentrasi Chl.a
di Stn.D18 secara vertikal. Konsentrasi Chl.a ditentukan secara spektrofotometri.

Nitrat plus nitrit (NOx) ditentukan dengan metode reduksi kadmium


(Strickland dan Parsons, 1972), amonia dengan metode fenol hipoklorit
(Solrzano, 1969), dan fosfor reaktif terlarut (SRP) dengan metode molibdat biru
(Strickland dan Parsons, 1972). Eksperimen pengayaan dilakukan di stns.4, 10,
d18, dan m1 dengan menggunakan sampel air permukaan. Percobaan tambahan
dilakukan di Stn.D18 dengan menggunakan sampel air yang dikumpulkan dari
kedalaman 5m. Konsentrasi pengayaan akhir adalah 20 mol1 -1 untuk nitrat dan 2
mol1-1 untuk fosfat. Empat botol TPX 2-1 diisi dengan masing-masing sampel
air, satu botol per perlakuan. Perlakuan dan label perlakuan adalah sebagai
berikut: tidak ada lonjakan (C), fosfat (PO4), nitrat (NO3) dan nitrat plus fosfat
(NOP).

Tabel 1. Konsentrasi amonia, nitrat plus nitrit (NO x), fosfor reaktif terlarut (SRP),
sampel air yang digunakan untuk percobaan dan Konsentrasi Chl.a
ditentukan secara fluorometri .

Sampel NH3 (mol-1) NOx (mol-1) SRP (mol-1) Chl.a (g1-1)


Stn. 4 (0 m) 0.24 0.33 0.05 1.5
Stn. 10 (0 m) 0.38 0.37 0.07 1.6
Stn. D18 (0 m) 0.21 0.36 0.05 0.7
Stn. D18 (5 m) 0.24 0.33 0.05 1.1
Stn. M1 (0 m) 0.41 0.37 0.20 5.8
Pengambilan karbon fotosintesis diukur untuk masing-masing botol
13
menggunakan metode C (Hama et al. 1983). Karbon 13-labeled sodium

4
hydrogen carbonate ditambahkan ke setiap botol sampai konsentrasi akhir 10 mgl -
dan sampel kemudian diinkubasi di bawah iluminasi alami di dek kapal penelitian
selama 24 jam. Inkubasi dilakukan di kolam plastik berdiameter 120 cm dan
tinggi 30 cm berisi sekitar 3001 permukaan air. Air kolam diperbaharui dengan air
permukaan yang tidak teratur saat suhu air kolam meningkat. Suhu air sampel
berkisar antara 16,5o sampai 17,6oC, kecuali suhu yang relatif rendah yaitu 12,6o
di stn.10. Suhu inkubasi dipertahankan dalam +/- 4oC dari suhu sampel awal.
Setelah inkubasi, partikel yang terkandung dalam sampel air dikumpulkan pada
13
filter serat kaca yang dikemukakan sebelumnya untuk analisis C. Karbon 13
dianalisis dengan penganalisis 13C (EX-130S; JASCO, Tokyo, Japan) dalam
rangkap dua. Keterbatasan hara dari penyerapan karbon pada fotosintesis
dievaluasi dengan uji Friedman menggunakan semua data yang diperoleh dalam
penelitian ini. Setelah itu, beberapa uji perbandingan Tukey (Zar 1974) dilakukan
terhadap data tersebut.

2.2 Pembahasan Data Hasil Penelitian


2.2.1 Keterbatasan Nutrien dan Klorofil-A
Konsentrasi nutrien di permukaan terbilang rendah. Rata-rata konsentrasi
dan standar deviasi dari fosfor reaktif terlarut (Soluble Reactive Phosphorus/SRP)
pada semua permukaan air sampel adalah 0.06 0.04mol l-1 (Tabel 1). Hasil
untuk ammonia dan NO masing-masing adalah 0.28 0.08moll-1 dan 0.40
0.11moll-1, untuk Klorofil-a sebesar 1.8 1.1g l-1. Riwayat kedalaman dari SRP
dan Klorofil-a terdapat pada Stasiun D18 (gambar 2). Dari kedalaman 0-10 meter,
konsentrasi SRP kurang dari 0.05moll-1. Namun, konsentrasi yang cukup tinggi,
dari 0.29 hingga 0.43moll-1, ditemukan di hypolimnion (gambar 2). Konsentrasi
tertinggi klorofil-a ada pada lapisan kedalaman 10 meter. Di bawah 30 meter,
konsentrasi klorofil-a sebesar 0.5gl-1 atau lebih rendah.
Konsentrasi ammonia pada air sampel yang digunakan pada penelitian ini
berkisar antara 0.21 sampai 0.41mol l-1 (Tabel 1); sedangkan konsentrasi NO x
lebih rendah dari 0.37mol l-1. Konsentrasi SRP yang didapat pun rendah, berkisar
antara 0.05moll-1, kecuali pada stasiun pengamatan M1 yang diperoleh nilai SRP

5
sebesar 0.20moll-1, di mana stasiun M1 merupakan stasiun yang terdekat dengan
Sungai Barguzin. Konsentrasi Klorofil-a bervariasi antara 0.7 sampai 1.6g l-1
kecuali pada air sampel dari stasiun M1 yang diperoleh klorofil-a yang cukup
tinggi yaitu sebesar 5.8gl-1.

2.2.2 Penelitian Pengkayaan


Produksi primer dari fitoplankton pada perlakuan kontrol hasilnya serupa
pada tiga sampel lepas pantai (offshore) yakni di stasiun 4, 10 dan D18 pada
kedalaman 0 dan 5 meter, yaitu berkisar antara 23.2 - 32.4gCl -1 day-1 (Tabel 2).
Pada stasiun pesisir (M1), produksi primer terbilang tinggi (72.3gCl -1 day-1), hal
tersebut mungkin disebabkan karena biomassa fitoplankton yang lebih tinggi
(5.8g Chl. a l-1; Tabel 1). Pada semua stasiun, lonjakan fosfor mempercepat
produksi primer fitoplankton jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2). Pada
stasiun 4, lonjakan nitrat menunjukkan tidak ada pengaruh jika dibandingkan
dengan perlakuan control. Lonjakan nitrat dan fosfor juga mendorong produksi
primer di semua stasiun. Hasil dari uji Friedman menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antar perlakuan (P < 0.05). Dalam Uji Tukeys multiple
comparison, perbedaan yang nyata terdapat antara perlakuan C dan PO4 dan
perlakuan NOP (Tabel 2; P < 0.05).

Tabel 2. Hasil penelitian


C PO4 NO3 NO Waktu mulai
P
Stn 4 (0 m) 26,5 27,0 25,6 26,7 1805
Stn 10 (0 m) 23,2 25,5 26,1 26,3 1700
Stn D18 (0 m) 32,4 34,2 33,8 38,1 1550
Stn D18 (5 m) 30,4 34,0 32,7 33,9 1410
Stn M1 (0 m) 72,3 141 213 211 1730
Result of Turkeys Test A B Ab B -
Huruf dalam hasil Uji Turkey menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5% antar
perlakuan

Batasan penelitian nutrisi dari produksi primer dilakukan selama lima kali
pemeriksaan di Danau Baikal bagian selatan dan tengah. Dua dari lima tes,
produksi primer tertinggi didapatkan dengan perlakuan NOP, walaupun perbedaan

6
dari perlakuan lain tidak besar (lihat Tabel 2). Dalam dua tes lainnya, perakuan
dari PO4 yang menghasilkan nilai tertinggi. Akibatnya, pada percobaan Tukey
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan fosforadded (PO dan
NOP) dan kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa fosfor merupakan nutrisi
pembatas utama dalam penelitian ini.
Konsentrasi SRP tertinggi sekitar 0,4 moll-1 di perairan yang lebih dalam
(Gambar 2). Dari 5 sampai 10moll-1 NOx diperkirakan berada di perairan yang
lebih dalam (Nagata et al 1994). Nutrisi yang relatif melimpah disuplai ke zona
fotosintesis oleh sirkulasi air musiman hingga 250 m (Moskalenko dan Votinsev
1972). Secara umum, nutrisi cukup berlimpah sebelum pembentukan stratifikasi
berlebih. Sebagai contoh, dengan mengambil nutrisi di 23 sampel air permukaan
dari Danau Baikal selatan pada bulan Juni 2002, 2 bulan sebelum penelitian ini,
ketika perbedaan suhu belum terjadi. Konsentrasi NOx berkisar antara 2,2 sampai
5,1 moll-1, dengan deviasi rata-rata 3,3 0,7 moll-1 (data yang tidak
dipublikasikan), sedangkan SRP berkisar antara 0,10 sampai 0,24moll -1 dengan
standar deviasi rata-rata 0,18 0,04moll-1. Nutrisi yang tinggi ini sangat disukai
oleh fitoplankton setelah perbedaan (statifikasi) dikembangkan (Goldman et al
1996), peristiwa ini menghasilkan konsentrasi nutrisi yang rendah dalam air
permukaan (lihat Tabel 1). Sehingga, terbatasnya kandungan nutrisi bisa menjadi
penting, terutama fosfor.
Picocyanobacteria adalah produsen utama di Danau Lautal Pelagis selama
musim panas (Nagata et al 1994. Goldman et al 1996). Penjelasan umum untuk
dominasi picocyanobacteria di danau oligotrofik adalah bahwa mereka memiliki
keuntungan dalam penyerapan nutrisi dengan konsentrasi rendah karena rasio
volume permukaan tinggi (Weisse 1993; Raven 1998). Namun, terlepas dari
keuntungan ini, picocyanobacteria memiliki kandungan fosfor yang terbatas pada
waktu tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini. Sebagai contoh,
picocyanobacteria juga merupakan produsen utama yang dominan di Danau
Stechlin oligotrofik (Padisak et al 1997). Baik nitrogen dan fosfor berkurang pada
zona euphotic selama periode maksimum di musim panas. Waktu dimana
melimpahnya fosfor hanya sebentar yaitu hanya 5 sampai 40 menit, yang berada

7
pada kisaran yang biasa ditemukan di danau P-de fi cient (Lean 1984; Currie
1990). Selanjutnya, rasio mol C / P berkisar antara 178 sampai 310 pada lapisan
yang sama, menunjukkan batasan P sedang hingga kuat. Dari hasil tersebut,
Padisak dkk. (1997) menduga bahwa pertumbuhan picocyanobacterial adalah
disebabkan terbatasnya kandungan fosfor di perairan tersebut.
Beberapa penelitian telah meneliti keterbatasan unsur hara fitoplankton di
Danau Baikal. Sebagian besar Studi ini didasarkan pada bukti tidak langsung.
Hasilnya sangat bervariasi. Dibawah Kondisi ini, selain studi mendalam, perlu
dilakukannya sebuah pendekatan eksperimental yang diinginkan. Watanabe dan
Drucker (1999) pertama kali mempelajari keterbatasan nutrisi oleh percobaan
pengayaan di Danau Baikal, menunjukkan nitrogen adalah nutrisi pembatas
pertama di musim panas. Hasil mereka tidak sesuai dengan hasil sekarang.
Menurut Yoshida dkk. (2003), produktivitas primer di Indonesia dan Danau Baikal
sangat bervariasi, hal ini menunjukkan variabilitas yang besar yang disebabkan
kondisi abiotik terutamanutrisi, dan kondisi biotik terutama komposisi dan
kelimpahan kumpulan fitoplankton. Misalnya sekitar 12,5% dari persediaan air
dalam di Danau Baikal diperbaharui masing-masing tahun oleh gangguan air
permukaan dan episodik ke air bagian bawah yang disebabkan oleh
ketidakstabilan termobarik (Weiss et al.1991), dimana keterbatasan nutrisi harus
dipengaruhi lokal dan temporal. Salah satu penjelasan yang mungkin untuk
ketidak konsistenan antara hasil yang diperoleh oleh Watanabe dan Drucker
(1999) dan orang-orang dari masa sekarang Studi adalah variabilitas besar dari
abiotik dan kondisi biotik.
Penelitian di stasiun M1 memiliki hasil yang unik di antara stasiun yang
diselidiki. Stasiun M1 menerima air dari Sungai Barguzin, yang merupakan satu
dari sungai terbesar yang mengalir ke danau. Hasil dari stasiun ini berbeda dari
stasiun pelagis; penambahan nitrit, penambahan nitrat dan fosfat sangat
terstimulasi fotosintesis (lihat Tabel 2). Konsentrasi amonia dan NOx dari stasiun
ini berada pada tingkat yang sama mereka dari stasiun pelagis, sedangkan tingkat
SRP adalah sekitar empat kali lebih tinggi dari tingkat pelagis (lihat Tabel 1).
Tingkat fosfor yang relatif melimpah ini bisa terjadi dalam pergeseran nutrisi

8
pembatas dari fosfor dalam daerah pelagis menjadi nitrogen di stasiun ini.
Ringkasan keterbatasan unsur hara Danau Baikal Pengayaan nutrient pada Musim
Panas adalah Nitrogen, menurut Watanabe dan Drucker (1999), Tidak ada batasan
pada bulam Maret, Juni, Agustus, Oktober mengenai komposisi unsur seston.
Genkai-Kato dkk. (2002) meyatakan pengayaan nutrient yang terjadi pada bulan
agustus adalah Fosfor. Hal tersebut menjelaskan kenapa terjadi perbedaan
komposisi fitoplankton yang terjadi pada tempat penelitian yang diakibatkan
perbedaan nutrisi pembatas. Di stn M1, Chl. konsentrasi pada fraksi 10 m
berkontribusi 69% dari total (Katano et al 2005). Fitoplankton dominan Dalam
fraksi ukuran ini adalah Aulacoseira sp. dan diatom pennate (Ueno et al 2005). Di
samping itu, lebih dari 60% dari Chl. sebuah di stasiun pelagis masuk <2 -m
(Ueno et al 2005) atau 3-m (Nagata et al 1994) fraksi ukuran. Dengan demikian,
kebutuhan nutrisi dari kedua fraksi ini (> 10m dan <2-3m) mungkin berbeda
satu sama lain.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah meski pun banyak ilmuwan yang
sudah mencoba mengungkapkan faktor pembatas unsur hara pada produksi primer
di Danau Baikal, namun hasil penelitian para peneliti masih berbeda dari satu
sama lain. hal ini menunjukkan pengetahuan kita dalam hal ini masih tidak
lengkap. Kondisi abiotik, termasuk suplai unsur hara dari perairan yang lebih
dalam atau sungai yang mengalir, dan kondisi biotik termasuk komposisi dan
kelimpahan fitoplankton, tampaknya secara drastis berubah secara lokal dan
temporal di danau ini. Perubahan ini pada gilirannya harus mengendalikan
keterbatasan unsur hara. Menguraikan peraturan yang mengatur tentang
keterbatasan nutrient, spasial eksperimental lebih lanjut dan temporal studi harus
dilakukan secara intensif di masa depan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Satoh, Yashiro. 2006. Nutrient Limitation of the Primary Production of


Phytoplankton in Lake Baikal. Limnology (2006) 7:225-229.

11

Anda mungkin juga menyukai