Anda di halaman 1dari 9

PENANGANAN BAYI DENGAN

ASFIKSIA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 01 Februari
2016
Halaman :

UPTD
Febrianto, SKM
PUSKESMAS TTD KAPUS NIP.19790223 200003 1 002
PENYANDINGAN

1. Pengertian : Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir


tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
2. Tujuan : Sebagai acuan dalam penanganan bayi dengan
asfiksia
3. Kebijakan : Dibawah tanggung jawab dan pengawasan
dokter
4. Referensi :
5. Prosedur/langkah- : 5.1. Alat.
langkah
5.1.1. Selimut hangat/tebal yang bersih/ popok
serta kain penyeka muka.
5.1.2. Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan
dan no.0 untuk bayi kurang bulan
5.1.3. Penghisap lendir.slym dan penekan lidah :
1 set
5.1.4. Meja kering, bersih dan hangat
5.1.5. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
5.1.6. Timer ( jam tangan yang ada detiknya )

5.2. Bahan.

5.2.1. Oxygen, ventilasi dengan oxygen

6. INSTRUKSI KERJA

Neonatus yang mengalami asfiksia


memerlukan penangan khusus oleh dokter,
selama proses merujuk petugas perlu
melakukan tindakan sbb:

6.1. Penanganan Umum.

6.1.1. Keringkan bayi, ganti kain yang


basah dan bungkus dengan kain
yang hangat yang kering.

6.1.2. Jika belum dilakukan, segera


klem & potong tali pusat

6.1.3. Letakan bayi ditempat keras


dan hangat ( dibawah radiant
heater ) untuk resusitasi

6.1.4. Kerjakan pedoman pencegahan


infeksi dalam melakukan tindakan
perawatan dan resusitasi

6.2. Resusitasi.

Perlunya resusitasi harus ditentukan


sebelum akhir menit pertama kehidupan
. Indikator terpenting bahwa diperlukan
resusitasi adalah kegagalan nafas
setelah bayi lahir.

6.3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi


bayi sebagai berikut :

Posisi bayi :

6.3.1. Terlentang

6.3.2. Kepala lurus dan sedikit


terngadah / ekstensi ( posisi
mencium bau )

6.3.3. Bayi diselimuti, kecuali muka


dan dada

6.3.4. Bersihkan jalan nafas dengan


menghisat mulut lalu hidung, jika
terdapat darah/ meconium
dimulut atau hidung, hisap segera
untuk menghindari aspirasi.

Catatan : Jangan menghisap


terlalu dalam ditenggorokan,
karena dapat mengakibatkan
turunnya rekuensi denyut jantung
bayi atau bayi berhenti bernafas.

6.3.5. Tetap jaga kehangatan tubuh


bayi.

6.3.6. Nilai kembali keadaan bayi :

- Jika bayi mulai menangis


atau bernafas lanjutkan dengan
asuhan awal bayi baru lahir.

- Jika bayi tetap tidak


bernafas lanjutkan dengan
ventilasi.

6.4. Ventilasi bayi baru lahir.

6.4.1. Cek kembali posisi bayi ( kepala


sedikit ekstensi )

6.4.2. Posisi sungkup dan cek


perlekatannya

6.4.3. Pasang sungkup diwajah,


menutupi pipi, mulut dan hidung

6.4.4. Rapatkan perlekatan sungkup


dengan wajah

6.4.5. Remas balon dengan 2 jari atau


seluruh tangan tergantung
besarnya balon.

6.5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan


terjadi pengembangan dada. Pertahankan
frekuensi ( sekitar 40 x / menit ) dan
tekanan ( amati dada mudah naik dan
turun ).

6.5.1. Jika dada naik maka


kemungkinan tekanan adekuat.
6.5.2. Jika dada tidak naik :

Cek kembali dan koreksi


posisi bayi

Reposisi sungkup untuk


pelekatan lebih baik

Remas balon lebih kuat


untuk mukus, darah /
mekonium

6.6. Lakukan ventilasi selama 1 menit,


berhenti dan nilai apakah terjadi nafas
spontan

6.6.1. Jika pernafasan normal (


frekwensi 30 60 x / menit ), tidak
ada tarikan dinding dada dan
suara merintih dalam 1 menit,
resusitasi tidak diperlukan
lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir.

6.6.2. Jika bayi belum bernafas atau


nafas lemah, lanjutkan ventilasi
sampai nafas spontan terjadi.

6.7. Jika bayi mulai menangis, hentikan


ventilasi dan amati nafas selama 5 menit
setelah tangis berhenti.

6.7.1. Jika pernafasan normal


(frekwensi 30 60 x / menit), tidak
ada tarikan dinding dada dan
suara merintih dalam 1 menit
resusitasi tidak diperlukan.
Lanjutkan dengan asuhan awal
bayi baru lahir.

6.7.2. Jika frekwensi 30 x / menit,


lanjujtkan ventilasi.

6.7.3. Jika terjadi tarikan dinding


dada yang kuat, ventilasi dengan
oxygen, jika tersedia, rujuk
kekamar bayi atau tempat
pelayanan yangh dituju.
6.8. Jika nafas belum teratur setelah 20
menit ventilasi :

6.8.1. Rujuk ke pelayanan yang


dituju.

6.8.2. Selama dirujuk, jaga bayi tetap


hangat dan berikan ventilasi jika
diperlukan.

6.9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap


megap atau tidak ada nafas setelah 20
menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi
lahir mati, berikan dukungan psikologis
kepada keluarga.

6. Diagram Alir (Jika :


Dibutuhkan)
7. Unit Terkait : KIA
8. Rekaman Histori (Bila perlu bila ditambahkan, bila tidak boleh
Perubahan tidak dimasukkan, delete table dibawahnya)
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan

Catatan. Komponen SOP tidak boleh digaris, tidak boleh dikurangi, boleh
ditambah bahan dan alat, dokumen terkait dan rekaman historis
perubahan
PENANGANAN BAYI PREMATUR

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 01 Februari
2016
Halaman :

UPTD
Febrianto, SKM
PUSKESMAS TTD KAPUS NIP.19790223 200003 1 002
PENYANDINGAN

1. Pengertian : Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari
2500 gram.
2. Tujuan : Sebagai acuan dalam penanganan bayi prematur
3. Kebijakan :

4. Referensi :
5. Prosedur/langkah- : Suhu
langkah
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua
payudara ibu atau beri pakaian di ruangan yang
hangat atau dalam humidicrib jika staf telah
berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak
ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas
yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk
menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti
tubuh sekitar 36,5 37,5 C dengan kaki tetap hangat
dan berwarna kemerahan.

Cairan dan pemberian minum

Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari


selama hari pertama kehidupan.
Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous
burette: dengan 60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per
menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri
2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa
lambung, tergantung berat badan bayi.
Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah
pemancar panas atau terapi sinar memerlukan lebih
banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa.
Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan
IV dapat akurat karena kelebihan cairan dapat
berakibat fatal.
Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam
hingga pemberian minum enteral dimulai, terutama
jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi
mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil
(biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur
mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai
jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising
usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.
Gunakan tabel minum.
Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.
Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan per
hari.
Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2
jam melalui pipa lambung.
Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan
cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan hanya
ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat
diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi
lambung lebih dari setengah yang diminum, volume
dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum
setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika
terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target
pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari
pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari
infeksi.
Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama
kehidupan hingga 150-180 mL/kg/hari (minum 19-23
ml setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk
bayi 1,5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali
volume minum berdasarkan berat badan terakhir.

Antibiotika dan Sepsis

Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang


dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan dari ibu
yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg).
Jika terdapat salah satu Tanda Bahaya atau tanda lain
infeksi bakteri berat mulailah pemberian antibiotik.

Apnu

Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan


bila perlu rangsang pernapasan bayi dengan
mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan
resusitasi dengan balon dan sungkup.
Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali
dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan
sitrat kafein atau aminofilin.
Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat
kafein adalah 20 mg/ kg oral atau IV (berikan secara
lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai
anjuran.
Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal
aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15-
30 menit. Dosis rumatan sesuai anjuran.
Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus
digunakan.

Pemulangan dan pemantauan BBLR

BBLR dapat dipulangkan apabila :

Tidak terdapat Tanda Bahaya atau tanda infeksi


berat.
Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-37C)
dengan pakaian terbuka.
Ibu yakin dan mampu merawatnya.

BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada


saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan
dipulangkan.

Konseling pada saat BBLR pulang

Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang


mengenai :

pemberian ASI eksklusif


menjaga bayi tetap hangat
tanda bahaya untuk mencari pertolongan

Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara


umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2,5
kg.

6. Diagram Alir (Jika :


Dibutuhkan)
7. Unit Terkait : KIA
8. Rekaman Histori (Bila perlu bila ditambahkan, bila tidak boleh
Perubahan tidak dimasukkan, delete table dibawahnya)
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan

Catatan. Komponen SOP tidak boleh digaris, tidak boleh dikurangi, boleh
ditambah bahan dan alat, dokumen terkait dan rekaman historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai