Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

RELAKSASI OTOT PROGRESIF

OLEH
KELOMPOK M

AMELIA AZMI
FITRIANI
GANDA
JULI JUWITA
LUTHVI
IMAN SUSILO
NADIA PRIMAYESZKY
NANDA WILDA
NURUL AZURA
PUTRI ANANDA PUTRI
RAHMA FITRI ASMAR

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : ISPA


Hari/ Tanggal : Rabu, 24 Mei 2017
Pukul : 10.00 s.d 11.00 WIB
Sasaran : Masyarakat yang berkunjung ke puskesmas
Tempat : Puskesmas Ambacang

A. LATAR BELAKANG
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia sebagai makhluk biopsikososial, dimana tidur dapat memulihkan tingkat
aktifitas normal dan keseimbangan normal dari berbagai bagian sistem saraf pusat.
Apabila seseorang mengalami gangguan tidur dapat menimbulkan dua efek fisiologik
yaitu : efek pada sistem saraf dan efek pada struktur tubuh lainnya. Efek pada sistem
saraf dapat mengacaukan fungsi tubuh maupun organ tubuh itu sendiri. Secara tidak
langsung kekurangan tidur akan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Gangguan tidur ini sering dikaitkan dengan gangguan fungsi pikiran yang
progresif dan kadang-kadang bahkan dapat menimbulkan perilaku abnormal dari sistem
saraf. Gangguan tidur yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelambahan berfikir,
mudah tersinggung atau bahkan menjadi psikotik. Gangguan tidur ini sering dialami
oleh orang dewasa dan lansia yang disebabkan oleh berbagai hal seperti stress dan
cemas. Untuk itu perlu penanganan secara komprehensif.
Oleh karena itu dalam praktek profesi ners keperawatan, mahasiswa akan
melakukan penyuluhan mengenai relaksasi otot progresif sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi gangguan tidur yang ditujukan pada penghuni Wisma Cinta Kasih
RS.Yos Sudarso.

B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti relaksai otot progresif selama 1 x 30 menit, LANSIA di wisma
cinta kasih mampu relaksai otot progresif
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien mampu:
a) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
c) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokus perhatian seperti relaks.
d) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
e) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
f) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
g) Membangun emosi positif dari emosi negatif.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Relaksasi Otot Progresif
2. Sasaran/Target
Lansia diwisma cinta kasih
3. Metoda
Ceramah dan diskusi
4. Media dan Alat
- Laptop
- LCD
- Leaflet
5. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Jumat/13 Oktober 2017
Waktu :09.00s.d11.00 WIB
Tempat :Ruangan Kegiatan Wisma Cinta Kasih

D. KEGIATAN PENYULUHAN
N Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu
o Peserta
1 Pembukaan
Memberikan salam dan memperkenalkan semua Menjawab 5 menit
anggota kelompok salam
Menjelaskan topik penyuluhan Mendengarkan
Menjelaskan tujuan penyuluhan dan
memperhatikan
Mendengar dan
memperhatikan
2 Pelaksanaan 20 menit
Menjelaskan kepada peserta tentang tujuan Mendengar dan
relaksasi otot progresif memperhatikan
Memberi kesempatan peserta untuk bertanya Bertanya
Menjawab pertanyaan
Menjelaskan kepada peserta tentang relaksasi
otot progresif
Mempraktekkan relaksasi otot progresif dan
memandu peserta untuk mengikuti
Mendampingi peserta relaksasi otot progresif
Mengobservasi keaktifan dan kehadiran
peserta relaksasi otot progresif
3 Penutup 5 Menit
Memberi kesempatan kepada peserta penyuluhan Menjawab
untuk bertanya pertanyaan
Bertanya kepada peserta penyuluhan bagaimana
perasaannya setelah mengikuti penyuluhan Ikut
Menyimpulkan materi penyuluhan menyimpulkan
Menutup pertemuan dan memberi salam materi
Membagikan leaflet Menjawab
salam
E. SETTING TEMPAT PENYULUHAN

Keterangan :
: Moderator

: Fasilitator& observer

: klien

: Presentator

F . PENGORGANISASIAN
Pembimbing Akademik : -
Pembimbing Lapangan : -
Presentator : Fitriani
Moderator : Putri Ananda Putri
Fasilitator : Nadia Primayezsky
Ganda Harisa Ahmar
Rahma Fitri Asmar
Observer : Luthvi

Pembagian tugas
a. Peran Moderator
Membuka dan menutup acara.
Memperkenalkan diri.
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
Menjaga kelancaran acara.
Memimpin diskusi.
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
b. Peran Presentator
Menyampaikan materi penyuluhan
c. Peran observer
Mengamati jalannya kegiatan.
Mengevaluasi kegiatan.
Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
d. Peran fasilitator
Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi penyuluhan.
Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
Menjadi contoh dalam kegiatan.

G. EVALUASI PROSES
1. Evaluasi Struktur:
Penggunaan media yang lengkap, kondisi tempat yang kondusif.
Penyuluh menguasai materi dan mampu menyampaikan informasi kesehatan
kepada peserta
Peserta berperan aktif selama proses penyuluhan
2. Evaluasi Proses
- Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencaan
- Peserta aktif dalam penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
50 % dari materi penyuluhan dapat dijelaskan oleh klien
LAMPIRAN

Terapi Relaksasi Otot Progresif

A. Terapi relaksasi otot progresif


Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan
bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran
dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian
pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes,
2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada
klien dengan menegangkan otot-oto tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif
adalah salah satu cara dari teknik relaksasi mengombinasikan latihan napas dalam dan
serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. (Kustanti dan Widodo, 2008).
Menurut Stuart & Laraia (2005) Gangguan fisik dapat mengancam integritas diri
seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal. Sedangkan Taylor (2007)
mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi dalam kehidupan individu dapat
menjadi stressor yang bisa menyebabkan terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan
serinhkali terjadi pada kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami
sehari-hari.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal. Respon individu bersifat unik dan membutuhkan pendekatan yang unik pula.
Salah satu terapi spesialis keperawatan jiwa sebagai manajemen ansietas adalah dengan
progressive muscle relaxation yang merupakan bagian dari terapi relaksasi.
Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai semenjak awal abad 20 ketika
Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku Progressive
Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun 1938. Jacobson
menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat
tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot-otot
mengencang akan diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan
dan melemaskan otototot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan
relaksasi secara fisik. Gerakan mengencangkan dan melemaskan secara progresif kelompok
otot ini dilakukan secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini
perhatian individu diarahkan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot
dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Dengan mengetahui
lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita dapat merasakan hilangnya ketegangan
sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas (Chalesworth & Nathan, 1996).
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan yang
merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan adanya
relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga
kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995). Terapi relaksasi merupakan sarana psikoterapi
efektif sejenis terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi
kecemasan dan ketegangan otot-otot, syaraf yang bersumber pada objek-objek tertentu
(Goldfried dan Davidson, 1976 dalam Subandi, 2002).

B. Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif


Salah satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat. Sekitar 60% klien
mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas maupun permasalahan lainnya yang
tidak segera diatasi dapat menimbulkan kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan dapat
berakibat pada munculnya emosi negative, baik terhadap permasalahan tertentu maupun
kegiatan sehari-hari seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur
atau insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu dengan terapi
relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim, 2009). Salah satu terapi
relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran
terasa tenang,relaks, dan memudahkan untuk tidur (Susanti, 2009).

C. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari teknik ini adalah
untuk:
1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan
darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.
2) Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaks;
4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan,
gagap ringan, dan
7) Membangun emosi positif dari emosi negative.

D. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

1. Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).


2. Klien lansia yang sering mengalami stress.
3. Klien lansia yang mengalami kecemasan.
4. Klien lansia yang mengalami depresi.

E. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif

1. Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa


menggerakkan badannya.
2. Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
F. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi
relaksasi otot
progresif.
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan
posisi berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
7. Terus-menerus memberikan instruksi.
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

G. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif

Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.

Persiapan klien:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi
pada klien;
2. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri;
3. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.
Prosedur
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan
melatih otot tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar.
Gambar:

Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
Gambar:
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua
telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.

Gambar:

Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang,
dan mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa
dan kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan
sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gambar :

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.
Gambar:

Gambar:
Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan
bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

H. Kriteria Evaluasi
1. Klien tidak mengalami gangguan tidur (insomnia) dan tidak stress.
2. Kebutuhan dsasar klien terpenuhi.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
A. Kesimpulan
Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres dan
kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah, punggung, perut, dada dan
kaki.
Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan akan
memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.

B. Saran
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan kemampuan.. Setiap
kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi yang memiliki
tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada saat melakukan penegangan
pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh darah leher.

DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta. Salemba Medika.
Alim. 2009. Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif.
http//www.psikologizone.com/Langkah-Langkah-Relaksasi-Otot-Progresif, diakses tanggal 25
Nopember 2010.
Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

Anda mungkin juga menyukai