MOLA HIDATIDOSA
Disusun oleh
20100320087
2017
1. Pengertian mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi vilus-vilus
yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus sebuah anggur.
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG)
6. Komplikasi
A. Komplikasi non maligna
a. Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang - kadang terjadi dan jika terjadi perforasi
uterus, kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus
dilakukan untuk mengetahui tempat terjadinya perforasi.
b. Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah
tindakan kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum
memulai tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.
c. DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik.
Semua pasien diskreening untuk melihat adanya koagulopati.
d. Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar
terjadi pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia gestasi
16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.
e. Infeksi pada sevikal atau vaginal.
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat
menyebabkan penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada
mola benigna dan mola maligna
7. Penatalaksanaan
A. Penanganan Mola Hidatidosa
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan,
Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan Keadaan Umum
a) Koreksi dehidrasi.
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk
memperbaiki syok
c) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
protocol penanganannya
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
a) Kuretase (suction curetase)
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam Rahim
b) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah
keluar sepontan .
Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian
Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
B. Histerektomi
a. Syarat melakukan histerektomi adalah:
a) Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak
cukup
b) Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa
penderita
c) Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d) Dugaan perforasi pada mola destruen
e) Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f) Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
g) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
Segera setelah suction curetase berakhir
Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
C. Pemeriksaan tidak lanjut
Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien molahidatidosa
meliputi:
a. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu
tahun.
b. Ukur kadar hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan
pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
c. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang
meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya
terapi.
d. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran
pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1
tahun.
e. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
f. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas
persisten.
8. Asuhan keperawatan
A. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuratase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda tanda infeksi. Vital sign dalam batas
normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ada nya tanda-tanda infeksi Mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi
Observasi vital sign Perubahan vitaal sign merupakan salah satu
indikator dari terjadinya proses infeksi
dari dalam tubuh
Observasi daerah kulit yang Deteksi dini perkembangan infeksi
mengalami kerusakan (luka, garis memungkinkan untuk melakukan tindakan
jahitan), daerah yang terpasang alat dengan segera dan pencegahan komplikasi
invasif (infus, kateter) selanjutnya
Kolaborasi dengan tim medis untuk Antibiotik dapat menghambat
pemberian obat antibiotik pembentukan sel bakteri, sehingga proses
infeksi tidak terjadi. Disamping itu
antibiotik juga dapat langsung membunuh
sel bakteri penyebab infeksi
B. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Nafsu makan berkurang. Porsi makan di habiskan
INTERVENSI RASINAL
Kaji status nutrisi klien Sebagai awal untuk menetapkan rencana
selanjutnya
Anjurkan makan sedikit demi Makan sedikit demi sedikit tapi sering
sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
Anjurkan untuk makan makanan Makanan hangat dan bervariasi dapat
dalam keadaan hangat dan meningkatkan nafsu makan klien
bervariasi
Timbang berat badan sesuai Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan
indikasi mengubah pemberian nutrisi
Tingkatkan kenyamanan linkungan
Sosialisasi waktu makan dengan orang
termasuk sosialisasi saat makan, terdekat atau teman dapat meningkatkan
anjurkan orang terdekat untuk pemasukan dan menormalkan fungsi
membawa makanan yang disukai makanan
klien
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. Fadlun, dkk. 2011. Asuhan
https://dokterbagus.wordpress.com/2017/02/8/mola-hidatidosa-hamil-anggur