Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh

BOB AFRINALDO PUTRA

20100320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
1. Pengertian mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi vilus-vilus
yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus sebuah anggur.
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG)

2. Etiologi mola hidatidosa


Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor
penyebabnya adalah :
A. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel
sperma.
B. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan mola hidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun
ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient.
Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan
pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.
C. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.
Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia
subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam
usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
D. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat - zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan
sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan
tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
E. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang
dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun
dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
F. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan - jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan
zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
G. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ).
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk
virulensinya seta daya tahan tubuh.
H. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu
kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran,
frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang
tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah
oosit primer.
3. Klasifikasi mola hidatidosa
A. Mola hidatidosa komplet (klasik)
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit
terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karakteristik
yaitu :
a. Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
b. Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
c. Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti seonggok
buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur ( Ovum )
yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu
sperma yang mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing masing
kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan demikian
sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan berjenis
kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus
adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.
Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi
dan pembuluh pembuluh darah.
B. Mola hidatidosa inkomplet (parsial)
Tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin
masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel
trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak
yang normal.

4. Patofisiologi mola hidatidosa


Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama kemudian
terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar. Dinding ini terjadi atas
sel - sel ekstoderm yang kemudian menjadi tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi
gelembung berisi cairan jernih, biasa tidak ada janin. Gelembung atau tesikel ukurannya
bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter, bergantung dalam
beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Masa tersebut dapat tumbuh cukup besar
sehingga memenuhi cavum uteri. Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia
kehamilan.
Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi korealis
berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm.
Keadaan ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus pertumbuhan dan perkembangan
villi korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang.
A. Teori Missed Abortion
Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu, karena terjadi gangguan
peredaran darah, sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan masenkim dari
villi dan akhirnya terbentuk gelembung - gelembung.
B. Teori Neoplasma dari park
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal pula,
dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul gelembung, hal ini
menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan kematian.

5. Tanda dan gejala mola hidatidosa


A. Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa :
a. menore dan tanda-tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
f. Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
g. Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia. Terjadinya preeclampsia dan
Eklampsia sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola hidatidosa.
h. Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah periode menstruasi terakhir.
B. Gejala Klinik
a. Perdarahan vaginal
Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat bervariasi mulai
spotting sampai perdarahan yang banyak. Biasanya terjadi pada trisemester
pertama dan merupakan gejala yang paling banyak muncul pada lebih dari 90%
pasien mola. Tiga perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan
3 bulan.
b. Hiperemesis gravidarum
Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari proliferasi
trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi terus menerus HCG yang
menyebabkan peningkatan HCG hiperemesis gravidarum tampak pada 15 - 25 %
pasien mola hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan
kehamilan biasa.
c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume
vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan
miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini
tetapi pada sepertiga pasien uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.
d. Aktifitas janin
Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas tidak
ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling
sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak teraba gerakan janin.
e. Pre-eklamsia
Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal trisemester
kedua muncul pada 10- 12%. Pada trisemester kedua sekitar 27 % pasien mola
hidatidosa komplit berlanjut dengan toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah
> 140 /90 proteinuria > 300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi.
Pasien dengan konvulsi jarang.
f. Hipertiroid
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat
(10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya tirotoksikosis pada
mola hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus
makin besar kemungkinan terjadi tirotoksikosis.
g. Kista teka lutein
Diameter kista ovarium lebih dari 6 cm dan menyertai pembesaran ovarium.
Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi dengan manual tetapi diidentifikasi
dengan USG pasien dapat memberikan tekanan dan nyeri pada pelvik karena
peningkatan ukuran ovarium dapat menyebabkan torsi ovarium. Kista ini terjadi
akibat respon BHCG yang sangat meningkat dan secara spontan mengalami
penurunan (regresi) setelah mola dievakuasi, rangsangan elemen lutein yang
berlebih oleh hormon korionik gonadotropin dalam jumlah besar yang disekresi
oleh trofoblas yang berproliferasi.
h. Embolisasi
Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena pada
saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas
ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun.

6. Komplikasi
A. Komplikasi non maligna
a. Perforasi uterus
Selama kehamilan kadang - kadang terjadi dan jika terjadi perforasi
uterus, kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus
dilakukan untuk mengetahui tempat terjadinya perforasi.
b. Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah
tindakan kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum
memulai tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.
c. DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik.
Semua pasien diskreening untuk melihat adanya koagulopati.
d. Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar
terjadi pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia gestasi
16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.
e. Infeksi pada sevikal atau vaginal.
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat
menyebabkan penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada
mola benigna dan mola maligna

7. Penatalaksanaan
A. Penanganan Mola Hidatidosa
Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan,
Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan Keadaan Umum
a) Koreksi dehidrasi.
b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk
memperbaiki syok
c) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
protocol penanganannya
d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi
a) Kuretase (suction curetase)
Kuret adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam Rahim
b) Kuretase Pada Pasien Molahidatidosa
Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah
keluar sepontan .
Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian
Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus
dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 % .
Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .
Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.
B. Histerektomi
a. Syarat melakukan histerektomi adalah:
a) Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak
cukup
b) Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa
penderita
c) Resisten teerhadap obat kemoterapi.
d) Dugaan perforasi pada mola destruen
e) Sejak semula sudah tergolong penyakit trofoblas resiko tinggi
f) Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan
g) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan:
Pada Mola hidatidosa in toto (in situ)
Segera setelah suction curetase berakhir
Pada koriokarsinoma dengan pertimbangan khusus
C. Pemeriksaan tidak lanjut
Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien molahidatidosa
meliputi:
a. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu
tahun.
b. Ukur kadar hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan
pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.
c. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang
meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya
terapi.
d. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran
pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1
tahun.
e. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.
f. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas
persisten.

8. Asuhan keperawatan
A. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuratase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : Tidak tampak tanda tanda infeksi. Vital sign dalam batas
normal

INTERVENSI RASIONAL
Kaji ada nya tanda-tanda infeksi Mengetahui adanya gejala awal dari proses
infeksi
Observasi vital sign Perubahan vitaal sign merupakan salah satu
indikator dari terjadinya proses infeksi
dari dalam tubuh
Observasi daerah kulit yang Deteksi dini perkembangan infeksi
mengalami kerusakan (luka, garis memungkinkan untuk melakukan tindakan
jahitan), daerah yang terpasang alat dengan segera dan pencegahan komplikasi
invasif (infus, kateter) selanjutnya
Kolaborasi dengan tim medis untuk Antibiotik dapat menghambat
pemberian obat antibiotik pembentukan sel bakteri, sehingga proses
infeksi tidak terjadi. Disamping itu
antibiotik juga dapat langsung membunuh
sel bakteri penyebab infeksi
B. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Nafsu makan berkurang. Porsi makan di habiskan

INTERVENSI RASINAL
Kaji status nutrisi klien Sebagai awal untuk menetapkan rencana
selanjutnya
Anjurkan makan sedikit demi Makan sedikit demi sedikit tapi sering
sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
Anjurkan untuk makan makanan Makanan hangat dan bervariasi dapat
dalam keadaan hangat dan meningkatkan nafsu makan klien
bervariasi
Timbang berat badan sesuai Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan
indikasi mengubah pemberian nutrisi
Tingkatkan kenyamanan linkungan
Sosialisasi waktu makan dengan orang
termasuk sosialisasi saat makan, terdekat atau teman dapat meningkatkan
anjurkan orang terdekat untuk pemasukan dan menormalkan fungsi
membawa makanan yang disukai makanan
klien

C. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan agen injuri fisik


Tujuan : Nyeri dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam dengan
Kriteria Hasil : Klien tidak meringis lagi, klien tidak tampak kesakitan, skala
nyeri berkurang menjadi 2
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tanda tanda vital Untuk mengetahui perubahan tanda tanda
vital
Kaji keadaan umum klien Untuk mengetahui k/u klien
Kaji skala nyeri klien Untuk mengetahui skala nyeri
Ajarkan klien teknik nafas dalam Agar klien dapat melakukan tekhnik nafas
dalam dengan sendiri.
Kolaborasi dengan dokter pemberian untuk mengurangi nyeri.
obat anti nyeri.
9. Daftar pustaka

Manuaba, Chandranita,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri, edisi I. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat.

Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. Fadlun, dkk. 2011. Asuhan

Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas.

Sinopsis Obstetri Jilid I. Edisi2. Jakarta : EGC. 1998. Hal. 238-243.

https://dokterbagus.wordpress.com/2017/02/8/mola-hidatidosa-hamil-anggur

Anda mungkin juga menyukai