Anda di halaman 1dari 9

Seorang ibu, berusia 24 tahun, dating ke IGD maternal pada pukul 07.

00 WIB dengan keluhan


keluar cairan per vaginam merembes tiba-tiba saat bangun dari tidur sekitar pukul 04.00 WIB
tidak dirasakan kontraksi ataupun nyeri pada perutnya.Klien memastikan cairan yang keluar
bukan air kencing karena tidak berbau urin. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data :
Status obstetrik G1P0A0H 28 minggu. Klien mengatakan cemas atas kondisinya sekarang dan
bertanya kepada perawat apakah dirinya akan melahirkan. Dokter mengatakan klien mengalami
Ketuban Pecah Dini (PROM=Premature Ruptur of Membran)

General Learning Objective :

1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi KLinik
5. Pemeriksaan penunjang
6. Asuhan Keperawatan
1. Definisi
Premature Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai. Ketuban
pecah dini yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar
dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas
dan mortilitas perinatal dan maternal. Jika PROM terjadi sebelum 37 minggu kehamilan,
itu disebut sebagai Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) atau pecahnya
ketuban terlalu dini.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu
kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki
fungsi seperti:
Untuk proteksi janin.
Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
Menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing janin.
Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.

Faktor resiko atau predisposisi ketuban pecah dini atau persalinan preterm sebagai
berikut:

Kehamilan multipel: kembar 2 (50%), kembar 3 (90%).


Riwayat persalinan preterm sebelumnya: resiko 2-4 kali.
Tindakan senggama: tidak berpengauh pada resiko, kecuali vulva higiene buruk,
predisposisi terhadap infeksi.
Perdarahan pervaginam: trimester pertama (resiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x).
Bakteriuria: resiko 2 kali (prefalenssi 7%).
PH vagina diatas 4.5: resiko 32% (Fs 16%)
Servik tipis atau kurang dari 39mm: resiko 25%(Fs 7%).
Flora vagina abnormal: resiko 2-3 kali
Fibronectin >50ng/ml: resiko 83% (Vs.19%)
Kadar CRH (Corticotropin Releasing Hormone) Maternal tinggi misalnya pada stress
psikologis , dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
keluar cairan per vaginam merembes tiba-tiba saat bangun dari tidur, Klien
memastikan cairan yang keluar bukan air kencing karena tidak berbau urin,
G1P0A0H 28 minggu

2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini
merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
A. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar.
B. Peninggian tekanan intra uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih,
isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
e. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
f. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalopelvic disproporsi).
g. Korioamnionitis
h. Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
i. Penyakit Infeksi
j. Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
k. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik
l. Riwayat KPD sebelumya
m. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
n. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM (2012),


penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
A. Serviks inkompeten
B. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
C. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
D. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum
masuk PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
E. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
F. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
A. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
B. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Patofisiologi

4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
A. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan,
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
B. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
C. Janin mudah diraba
D. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
E. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
A. Terjadi pembukaan prematur servik
B. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.

5. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang
disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa
cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
o Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
o Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
o Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
o Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
6. Asuhan keperawatan
A. Diagnosa keperawatan

1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk


berhubungan tindakan keperawatan infeksi mengetahui
dengan ketuban selama 324 2. Pantau keadaan tanda-tanda
pecah dini jam diharapkan umum pasien infeksi yang
Ds :klien pasien tidak 3. Bina hubungan muncul
mengatakan menunjukan tanda- saling percaya 2. Untuk melihat
keluar cairan per tanda infeksi dengan melalui perkembangan
vaginam kriteria hasil : komunikasi kesehatan
merembes tiba- terapeutik pasien
1. Tanda-tanda
tiba saat bangun 4. Berikan 3. Untuk
infeksi tidak tidak
dari tidur lingkungan yang memudahkan
ada.
nyaman untuk perawat
2. Tidak ada lagi
pasien melakukan
cairan ketuban
5. Kolaborasi tindakan
yang keluar dari
dengan dokter 4. Agar istirahat
pervaginaan.
untuk pasien
3. DJJ normal
memberikan terpenuhi
4. Leukosit kembali
obat antiseptik 5. Untuk proses
normal
sesuai terapi penyembuhan
5. Suhu tubuh normal
pasien
(36,5-37,5C)
7. Daftar pustaka
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD. EGD
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka.2008
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai