Gambaran Umum
Kota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat telah berkembang sebagai kota dengan
berbagai jenis kegiatan, terutama sebagai kota perdagangan, jasa, pendidikan, dan industri. Semua
jenis kegiatan yang ada telah menjadi daya dorong yang besar bagi pertumbuhan ekonomi Bandung
dan sekitarnya sehingga harus dipersiapkan pula infrastruktur pendukungnya agar perkembangan
Kota Bandung nantinya tidak menimbulkan permasalahan.
Cable Car merupakan sebuah sistem transportasi yang berjalan dengan menggunakan kabel
dengan kapasitas angkut yang berkisar antara 8-50 orang. Tujuan utama pembangunan jaringan Cable
Car yaitu mendukung pariwisata Kota Bandung. Cable Car menyediakan akses transportasi yang tepat
waktu dan tidak macet untuk mencapai tempat-tempat wisata di Kota Bandung. Karena sistem yang
digunakan Cable Car menggunakan kabel atau lintasan yang terpisah dari moda lainnya
(menggunakan jalan), maka tidak akan menambah kontribusi kemacetan. Sulitnya membuka lahan
untuk pembangunan jalan yang baru, serta karakter topografi Kota Bandung yang berupa cekungan
menjadikan Cable Car sebagai salah satu alternatif moda yang cocok digunakan pada ruas tersebut.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari moda Cable Car ini adalah :
Sistemnya yang point to point yang memungkinkan menjangkau daerah tujuan wisata dan
mempersingkat waktu perjalanan.
Jumlah perjalanan disesuaikan dengan jumlah kabin yang dibutuhkan dan jumlah perjalanan
ini akan selalu sama dari waktu ke waktu kecuali ada perubahan panjang kabel dan jumlah
kabin.
Moda Cable Car dapat dibangun pada lahan yang terbatas dan proses pembangunannya
memerlukan waktu yang relatif singkat.
Oleh karena itu, moda Cable Car dapat menjadi solusi tepat dalam menjawab keterbatasan
lahan, pembangunan moda transportasi yang cepat untuk segera menyelesaikan masalah
kemacetan di Kota Bandung dan juga jumlah perjalanan yang dapat disesuaikan dengan
kondisi yang ada.
Kapasitas Cable Car ini ekivalen dengan 2800 pph atau setara degan 700 smp (satuan mobil
penumpang) atau 140 buah kendaraan pribadi/jam atau setara dengan 17,5 bis/jam. Konsep aplikasi di
kota Bandung sendiri tidak lepas dari tujuan yang telah disebutkan diatas. Jalur Cable Car ini nantinya
akan melewati tempat-tempat wisata dan yang ramai oleh pengunjung. Secara garis besar jalur Cable
Car ini akan melewati : Pintu tol Pasteur Pasteur Paris Van Java Sabuga ITB.
Rencananya proyek Cable Car Kota Bandung akan dimulai November 2015. Proyek senilai 8
juta Euro ini baru sekadar prototipe dengan dua stasiun yakni Dago dan Cihampelas.
Proyek Cable Car ini tergolong sebuah proyek public yang diselenggarakan oleh pemerintah
kota Bandung. Cable Car merupakan sebuah proyek langka yang membutuhkan keahlian dan teknik
yang tidak biasa dimana kereta gantungnya pun diimpor dari negara lain. Proyek Cable Car ini
merupakan yang pertama di Indonesia. Oleh karena itu saya merekomendasikan untuk menggunakan
PDM metode Tradisional atau Design-Bid-Build.
a. PDM jenis ini telah diatur oleh perundangan terkhusus untuk proyek pemerintah seperti
halnya proyek Cable Car ini
b. Karena pihak owner adalah pemerintah Kota Bandung, maka pihak owner membutuhkan
tenaga atau lembaga yang lebih ahli dalam hal perencanaan dan pelaksanaan.
c. Owner mempunyai kontrol yang lebih besar atas desain, spesifikasi standar dan mutu serta
alternatif biaya/budget yang diinginkan
d. Owner mendapatkan kepastian desain dan perkiraan biaya yang lebih baik sebelum
penandatanganan kontrak sebab sebelum dilakukan proses tender dan penetapan kontraktor,
seluruh desain, baik planning, gambar, spesifikasi sudah harus dilengkapi
e. Owner mendapatkan mutu desain atau desain khusus yang lebih baik sesuai dengan
kebutuhan
f. Penunjukan kontraktor dilakukan melalui proses tender yang kompetitif
Namun PDM jenis ini memiliki kekurangan salah satunya yakni metode tradisional memakan
waktu yang panjang sebab setiap step dari daur hidup proyek.
Rencana pembangunan jaringan Cable Car Kota Bandung harus melakukan kajian dampak
lingkungan yang merupakan bagian dari kerangka acuan kerja yang disepakati. Kajian awal dampak
lingkungan Proyek Cable Car Kota Bandung diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.
Metoda yang digunakan dalam memprakirakan dampak adalah dengan membandingkan hasil
analisis kualitas lingkungan tanpa adanya kegiatan proyek dengan kualitas lingkungan dengan adanya
kegiatan proyek. Metoda prakiraan dampak yang digunakan meliputi :
Metoda formal, berdasarkan perhitungan matematika dan statistik dengan mempergunakan
rumus-rumus empiris
Metoda non formal, berdasarkan atas pendekatan analogi, baik mutu lingkungan ataupun
penilaian para ahli (Professional Judgement)
Sampai saat ini, pembangunan infrastruktur transportasi masih sangat jarang diteliti atau
dipertimbangkan hubungannya dengan dampak lingkungan sekitar.
Ada dua keadaan dimana kelompok non-pengguna dapat terpengaruh oleh Cable Car.
Pertama adalah pengaruh dari pembangunan infrastruktur jaringan Cable Car yang kurang baik.
Kedua adalah pengaruh lalu lintas di ruas-ruas jalan yang juga dilalui jaringan Cable Car. Pengaruh
negatif mungkin disebabkan oleh kebisingan, gangguan visual, getaran, dan pemisahan antar
komunitas.
Apabila seseorang harus menyetujui pembangunan Cable Car di atas rumahnya, maka
dikatakan pemilik rumah tersebut kehilangan hak memiliki ruang bebas di atas rumahnya dan terkena
bahaya bangunan di bawah tegangan tinggi. Hak pemilik rumah yang hilang ini ditransfer ke operator
jaringan Cable Car. Resiko tersebut seharusnya dikompensasikan dalam bentuk uang oleh operator
jaringan Cable Car. Nilai uang yang diterima sebaiknya sesuai dengan hak yang hilang dari pemilik
rumah tersebut.
Faktor lingkungan merupakan isu penting yang harus disikapi meskipun kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh jaringan Cable Car relatif lebih kecil dampaknya daripada moda
lain seperti jalan raya. Perhatian terhadap perkembangan konsekuensi lingkungan dari pembangunan
jaringan Cable Car akan terlaksana dengan sendirinya pada saat pembangunan jaringan Cable Car
tersebut.
Elemen kompensasi sangat penting bagi pemilik lahan dan penghuni pemukiman yang rumah
dan lahannya terlewati oleh jaringan Cable Car Kota Bandung, tetapi seharusnya ada negosiasi yang
saling menguntungkan karena transportasi Cable Car ini diperlukan oleh orang banyak dan dapat
mengurangi kemacetan lalu lintas. Aspek lain dari lingkungan yang perlu diperhatikan, lanskaping,
akses dan ekologi, sama pentingnya jika pembangunan yang terikat dengan faktor lingkungan juga
dapat dicapai.
Proses evaluasi harus melibatkan penilaian kualitatif dari skema dengan perhatian terhadap
tujuan-tujuan lingkungan. Evaluasi tersebut bisa berskala regional, nasional ataupun internasional.
Kriteria pertimbangan yang seharusnya berisi segala keperluan untuk meminimalisasi:
1. Elemen Lingkungan
2. Kebisingan
3. Getaran
4. Gangguan pandangan
5. Pemisahan komunitas
6. Pemakaian lahan jalan raya atau tepi jalan raya
7. Pendirian kabel bertegangan tinggi di atas pemukiman
Berikut merupakan ringkasan kajian awal dampak lingkungan dari Proyek Cable Car :
Referensi :
Skripsi Studi Kelayakan Sistem Jaringan Cable Car di Kota Bandung LPPM ITB Ratna Pardede