Anda di halaman 1dari 35

EKOLOGI SEBAGAI DASAR ILMU LINGKUNGAN DAN

PRINSIP BERKELANJUTAN DALAM MENGATASI


MASALAH LINGKUNGAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar Ilmu Lingkungan


Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
Disajikan pada Rabu, 8 Februari 2017

Disusun oleh :

Kelompok 2 Offering B 2016

1. Adie Lian Amaliyah NIM : 160341606066


2. Amalia Nurul Arfianti NIM : 160341606078
3. Firda Widianti NIM : 160341606030
4. Moniq Indah Setyo Ningsih NIM : 160341606083

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan juga waktu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul Ekologi
sebagai Dasar Ilmu Lingkungan dan Prinsip Berkelanjutan dengan lancar dan
tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
selaku dosen pembina mata kuliah. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
acuan dan juga sumber belajar mengajar di dalam perkuliahan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah


kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang
konstruktif dan logis untuk membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Malang, Februari 2017

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI . ii
DAFTAR GAMBAR.. iv
ABSTRAK.. v

BAB PENDAHULUAN
I
1.1 Latar Belakang......................... 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan...... 2
1.4 Manfaat ... 2
BAB KAJIAN PUSTAKA
II
2.1 Pengertian Ekologi dan Ilmu Lingkungan... 3
2.2 Perbedaan Antara Konsep Ekologi dan Ilmu Lingkungan ...... 6
2.3 Komponen Abiotik dan Biotik dalam Ekosistem 9
2.4 Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan..... 17
2.5 Prinsip Berkelanjutan dalam Menyelesaikan Masalah Lingkungan ....... 17

2.6 Proses Utama dalam Ekosistem Berupa Siklus Materi dan Siklus Energi...
2.7 Pengertian Prinsip Berkelanjutan.................................................................
2.8 Penggunaan Prinsip Berkelanjutan dalam Mengatasi Masalah
Lingkungan
BAB PEMBAHASAN
III
3.1 Perbedaan antara Konsep Ekologi dan Ilmu Lingkungan...........................
3.2 Hubungan Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan...
3.3 Prinsip Berkelanjutan dalam Mengatasi Masalah Lingkungan 22

ii
BAB PENUTUP
IV
4.1 Simpulan.. 26
4.2 Saran. 26

DAFTAR RUJUKAN. 27

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hierarki Organisasi Kehidupan 4


Gambar 2. Siklus Nitrogen. 11
Gambar 3. Siklus Hidrologi 12
Gambar 4. Siklus Karbon dan Oksigen.. 13
Gambar 5. Siklus Sulfur. 14
Gambar 6. Siklus Fosfor. 14
Gambar 7. Aliran Energi. 15
Gambar 8. Rantai Makanan Secara Umum 16
Gambar 9. Jaring-jaring Makanan.. 17

iv
Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan dan Prinsip Berkelanjutan dalam
Mengatasi Masalah Lingkungan
Adie Lian, Amalia Nurul, Firda Widianti, Moniq Indah dan Dr. H. Sueb, M.Kes.
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail: firda.widianti8@gmail.com , sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK
Perbedaan utama antara ekologi dan ilmu lingkungan yaitu ilmu
lingkungan bersifat menyeluruh sementara ekologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang organisme dengan lingkungannya. Ekologi mendasari ilmu yang
berkembang dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari terutama dengan
lingkungan. Beberapa prinsip berkelanjutan yang digunakan dalam mengatasi
masalah lingkungan, antara lain pemerataan dan keadilan sosial, menghargai
keanekaragaman hayati, menggunakan pendekatan integratif, serta perspektif
jangka panjang.

Kata kunci : ekologi, ilmu lingkungan, prinsip berkelanjutan

ABSTRACT
The main difference between ecology and environmental science, namely
environmental science are thoroughly while ecology is the science that examines
the organism and its environment. The underlying science of growing ecological
and always related to everyday life, especially with the environment. Some of the
sustainable principles used in resolving environmental problems, such as equity
and social justice, respect biodiversity, using an integrative approach, as well as
long-term perspective.

Keywords : ecology, environmental science, sustainability principles

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan
tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik (Campbell, 2004). Ilmu tentang
hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut
dengan Ekologi. Oleh karena itu, permasalahan lingkungan merupakan
permasalahan ekologi (Soemarwoto, 2004). Komponen utama dalam ekologi
adalah ekosistem, ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi,
karena ekosistem meliputi makhluk hidup dengan lingkungan organisme
(komunitas biotik) dan lingkungan abiotik, masing-masing akan mempengaruhi
sifat lainnya dan keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi
keseimbangan, keselarasan dan keserasian alam di bumi ini. Dalam hal ini fungsi
utama ekosistem di bumi penekanannya pada hubungan ketergantungan dan
hubungan sebab akibat, yang merupakan serangkaian komponen untuk
membentuk satuan fungsional. Kesatuan komponen tersebut memicu kepada
kualitas lingkungan yang seimbang dan selaras (Irwan, 2003).
Sustainability atau disebut dengan berkelanjutan memiliki pengertian yaitu
kesetimbangan dinamis dalam proses interaksi antara populasi dan daya dukung
lingkungan seperti populasi berkembang untuk mengekspresikan potensi penuh
tanpa merugikan dan bersifat bolak balik yang mempengaruhi daya dukung
terhadap lingkungan (Ben-Eli, 2006). Sedangkan prinsip adalah suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak
(Tasmara, 2002). Jadi, prinsip berkelanjutan adalah prinsip kesetimbangan
dinamis dalam proses interaksi antara populasi dan daya dukung lingkungan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana perbedaan antara konsep ekologi dan ilmu lingkungan?
2. Bagaimana ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan?
3. Bagaimana prinsip berkelanjutan dalam mengatasi masalah lingkungan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami perbedaan antara konsep ekologi dan ilmu
lingkungan.
2. Memahami hubungan antara ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan.
3. Mengetahui dan memahami konsep prinsip berkelanjutan dalam
mengatasi masalah lingkungan.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut :
1. Dapat lebih memahami perbedaan antara konsep ekologi dan ilmu
lingkungan.
2. Dapat lebih memahami hubungan antara ekologi sebagai dasar ilmu
lingkungan.
3. Dapat lebih memahami konsep prinsip berkelanjutan dalam mengatasi
masalah lingkungan.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode penulisan yang digunakan adalah
metode kepustakaan, yaitu dalam pengumpulan data serta bahan-bahannya,
penulis mendapatkannya melalui berbagai referensi dari artikel jurnal
internasional, artikel jurnal nasional, E-book maupun buku cetak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekologi dan Ilmu Lingkungan


Menurut Utomo dkk, (2010), Ekologi dikenal sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan
logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi, semula ekologi artinya ilmu yang mempelajari organisme di
tempat tinggalnya.
Ekologi mulai berkembang pesat sekitar tahun 1900 dan berkembang secara
terus menerus dengan cepat, apalagi di saat dunia sangat peka dengan masalah
lingkungan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasar dan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Pada awalnya, ekologi dibedakan dengan jelas ke
dalam ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Namun dengan adanya faham
komunitas biotik yang dikemukakan oleh F.E. Clements dan V.E. Shelford, faham
rantai makanan dan siklus materi oleh Raymond Lindeman dan G.E. Hutchinson
serta pengkajian sistem danau secara keseluruhan oleh E.A. Birge dan Chauncy
Juday, maka semua konsep tersebut telah meletakkan dasar teori untuk
perkembangan ekologi secara umum (Utina dkk, 2009).
Menurut Wahyuni (2009), dalam ekologi dikenal istilah sinekologi yaitu
ekologi yang ditujukan pada lebih dari satu jenis organisme hidup, misalnya
ekologi hutan dimana terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan, dan
autekologi yaitu ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya ekologi Anoa,
ekologi burung Maleo, hingga ekologi manusia. Ekologi merupakan studi
keterkaitan antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan abiotik
maupun biotik. Lingkungan abiotik terdiri dari atmosfer, cahaya, air, tanah dan
unsur mineral. Lingkungan biotik terdiri dari seluruh makhluk hidup di bumi.

3
Perlu diketahui apa yang dimaksud dengan organisme, hal ini penting
karena pada hakikatnya organisme dibangun dari sistem biologik yang berjenjang
sejak dari molekul biologi yang paling rendah meningkat ke organel subseluler,
sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem.
Interaksi yang terjadi pada setiap jenjang sistem biologik dengan lingkungannya
tidak boleh diabaikan, karena hasil interaksi jenjang biologik sebelumnya akan
mempengaruhi proses interaksi jenjang selanjutnya. Hierarki organisasi kehidupan
dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Hierarki Organisasi Kehidupan (Pearson Education, 2012)

Pengertian tentang lingkungan manusia atau sering disebut lingkungan


hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan
penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggungjawab dan
kewajibannya dalam mengelola lingkungan hidup. Sikap dan perilaku ini sangat
diperlukan sehingga memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara
keseluruhan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengertian
lingkungan hidup menurut UU Nomor 32 (2009), adalah sistem kehidupan yang
merupakan kesatuan ruang dengan segenap benda, keadaan, daya dan mahluk
hidup termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

4
Paradigma ilmu lingkungan (environmental science) adalah metode ilmiah
guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks di bawah tatanan alam
semesta, sehingga merupakan kombinasi hukum manusia dan hukum alam
berdasarkan teori, perangkat dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai
kemanusiaan melalui keterampilan profesional dan sistematika ilmiah. Atas dasar
pengertian ini, ilmu lingkungan merupakan ilmu murni yang monolitik.
Selanjutnya dalam penerapannya ilmu lingkungan yang mengatur sikap atau
perilaku manusia dapat bersifat lintas disiplin menurut persoalan lingkungan yang
dihadapi. Ilmu lingkungan dapat berorientasi lintas disiplin dengan ekonomi,
sosiologi, kesehatan, psikologi, geografi, geologi dan sebagainya (Utina dkk,
2009).
Ilmu lingkungan terkait erat dengan pengelolaan sumberdaya termasuk
materi, manusia dan kompetensinya akan teknologi, seni dan budaya. Oleh karena
itu, penelitian ilmu lingkungan mencakup metodologi baik kuantitatif maupun
kualitatif. Metodologi kuantitatif berlandaskan pemikiran positivisme, terhadap
fakta kehidupan dengan realitas objektif, di samping asumsi teoritik lainnya.
Sedangkan metodologi kualitatif berdasarkan paradigma fenomenologi dengan
objektivitas situasi atau keadaan tertentu yang dialami dalam kehidupan. Oleh
karena itu penelitian ilmu lingkungan menggunakan kedua metodologi baik
kuantitatif maupun kualitatif secara berimbang. Pada umumnya kesimpulan
penelitiannya lebih diarahkan pada perumusan kualitatif yang operasional atas
dasar perumusan kuantitatif (Moleong, 2013).
Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola lingkungan
hidup dengan sebaik dan searif mungkin agar mendasarkannya pada berbagai ciri
pokok ilmu lingkungan yang perlu mendasari penelitian guna mengungkapkan
penelusuran yang linear (garis lurus) dari masalah yang dihadapi sampai
kebijakan yang perlu dirumuskan dan dipatuhi.

5
2.2 Perbedaan antara Konsep Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi
untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang
alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam.
Ilmu lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup.
Menurut Soerjani, dkk (2006), ilmu lingkungan adalah penggabungan ekologi
(manusia) yang dilandasi dengan kosmologi (tatanan alam) yang mempunyai
paradigma sebagai ilmu murni.
Ekologi adalah studi ilmiah tentang distribusi kelimpahan hidup dan
interaksi antara organisme dan lingkungan alami mereka. Sedangkan, ilmu
lingkungan adalah filosofi dan gerakan sosial yang luas berpusat pada kepedulian
terhadap konservasi dan perbaikan lingkungan.

2.3 Komponen Abiotik dan Biotik dalam Ekosistem


2.3.1 Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor
dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa
seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen
abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup,
komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan
yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri
atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup (Soemarwoto, 2004).
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah
komponen yang tidak hidup atau benda mati. Komponen abiotik dapat kita temui
dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga
berfungsi bagi kehidupan manusia. Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor
biotik, faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat
hidup dan melakukan aktivitas. Fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan
kebutuhan manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain :
Tanah
Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak
adalah tanah. Manusia dapat beraktivitas, membangun rumah, gedung,

6
bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati oleh komponen biotik seperti
tumbuhan dan hewan yang melakukan aktivitasnya setiap hari.
Suhu
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya
pada kisaran suhu 0C40C. Hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat
hidup dibawah 0C atau di atas 40C.
Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar
matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini
digunakan sebagai pelarut didalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan
osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme.
Udara
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2, 78 %), oksigen (O2, 21
%), karbon dioksida (CO2, 0,03 %), dan gas lainnya. Jadi, gas nitrogen
merupakan penyusun udara terbesar di atmosfer bumi.
Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P),
kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan
khlor (Cl). Mineral itu diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion yang larut
didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya
metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia pun
memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi metabolismenya.
Selain itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa
dan mengatur fungsi psikologi (faal) tubuh.
Keasaman (pH)
Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya
mahkluk hidup memerlukan lingkungan yang memiliki pH netral. Mahkluk
hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang terlalu asam atau basa.

7
Kadar Garam (Salinitas)
Jika kadar garam tinggi, sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya
akan mematikan tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya
hidup tumbuhan tertentu. Misalnya, pohon bakau di pantai yang tahan
terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
Topografi
Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi di suatu
daerah. Topografi berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta
keadaan tanah di suatu daerah.
Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang secara tidak langsung menyebabkan perbedaan
distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup
pada garis lintang tertentu saja.
2.3.2 Biotik
Menurut Soemarwoto (2004), biotik (bahasa Inggris: biotic) adalah salah
satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen biotik meliputi semua
faktor hidup yaitu: kelompok organisme produsen, konsumen dan pengurai.
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi,
baik tumbuhan, hewan maupun manusia. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme
berperan sebagai dekomposer.
Produsen
Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri melalui proses fotosintesis. Dengan demikian, kelompok
produsen ditempati tumbuhan yang berklorofil.
Konsumen
Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu
memanfaatkan hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen.
Kelompok konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membuat
makanan sendiri. Kelompok konsumen terdiri dari manusia dan hewan.

8
Kelompok hewan dibedakan menjadi herbivora, karnivora, dan
omnivora.
Pengurai / Dekomposer
Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang berperan
dalam menguraikan sisa jasad mati dari organisme lain. Kelompok
pengurai, misalnya bakteri dan jamur. Hasil penguraian organisme ini
akan kembali menjadi unsur hara yang dapat menyuburkan tanah.

2.4 Ekologi Sebagai Dasar Ilmu Lingkungan


Berdasarkan pengertian para ahli tersebut ekologi adalah Ilmu yang
mempelajari hubungan timbal-balik antara mahluk hidup dengan
lingkungannya. Yang dimaksud dengan mahluk hidup di sini adalah
kelompok. Dengan demikian, ekologi merupakan disiplin baru dari biologi
yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk yang
menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial. Ekologi juga merupakan
cabang ilmu yang mendasari ilmu yang berkembang dan selalu berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari terutama dengan lingkungan. Maka jelaslah
ekologi dijadikan sebagai dasar pengetahuan lingkungan.

2.5 Prinsip Berkelanjutan dalam Mengatasi Masalah Lingkungan


Keberlanjutan lingkungan dapat didefinisikan sebagai kondisi
keseimbangan, ketahanan pangan, dan ketersambungan yang memungkinkan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sementara dan tidak melebihi
kapasitas ekosistem pendukung untuk melanjutkan dan memperbaharui
layanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, bukan dengan tindakan
kita yang menyebabkan berkurangnya keragaman biologi (Ben-Eli, 2006).

9
2.6 Proses Utama dalam Ekosistem Berupa Siklus Materi dan Siklus
Energi
2.6.1 Siklus Materi
Siklus materi merupakan siklus yang melibatkan senyawa kimia
(anorganik/abiotik) yang berpindah melalui sistem biologi (biotik) kemudian
kembali kelingkungan/abiotik (tanah dan air) (Campbell, 2006).
Setiap organisme memerlukan materi dan energi. Perpindahan energi dan
materi tersebut melalui rantai makanan dari produsen hingga pengurai (detrivior)
yang selanjutnya akan mengubah senyawa organik menjadi senyawa anorganik.
Kemudian senyawa anorganik tersebut akan dimanfaatkan kembali oleh produsen.
Saat berlanngsungnya siklus ini, diikuti beberapa reaksi kimia dalam organisme di
lingkungan hidup. Siklus materi meliputi :
a. Siklus Nitrogen (2 )
Nitrogen sangat diperlukan oleh tumbuhan untuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Kandungan Nitrogen bebas (2 )
diudara 79% dan tidak bisa dimanfaatkan secara langsung oleh
tumbuhan karena memiliki daya ikat yang sangat kuat sehingga sulit
diuraikan dan masih bersifat racun. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi
dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat atau petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari tanah dalam bentuk
Amonium (3 ), ion Nitrat (3 ), dan ion nitrit (2 ) melalui
beberapa proses yang melibatkan bakteri, misalnya Marsiella crenata.
Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen
secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan
Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp.
(ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat
biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguaraian

10
jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit,
yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan
diserap oleh akar tumbuhan.
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia
kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan
cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem. Proses dalam siklus
nitrogen antara lain :
1. Fiksasi Nitrogen
Fiksasi nitrogen yaitu proses penambatan / pengikatan nitrogen bebas (2 ) dari
udara menjadi senyawa Amonia (3 ). Beberapa bakteri yang berperan :
Azotobacter vinelandii (bakteri aerob yang hidup bebas), Clostridium
pasteurianum (bakteri anaerob yang hidup dalam tanah), Rhizobium
leguminisorum (bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman leguminoceae,
misal : kedelai, kacang, turi, dan sebagainya).
2. Nitrifikasi (Nitritasi dan Nitratasi)
Nitritasi yaitu reaksi oksidasi senyawa Amonia (NH3) menjadi senyawa Nitrit
(HNO2).
3. Denitrifikasi
Denitrifikasi yaitu proses pembentukan kembali senyawa nitrogen dengan
melibatkan bakteri, misalnya Thiobacilus denitrifikans, Psudomonanas
denitrificans.

11
Gambar 2. Siklus Nitrogen (Pearson Education, 2012)

b. Siklus Air (Hidrologi)


Air merupakan kebutuhan vital bagi setiap organisme
sebagai medium atau bahan pelarut. Air juga merupakan salah
satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui baik secara
alami maupun buatan melalui siklus air. Siklus air
terjadi adanya pertukaran air antara atmosfer, daratan, laut, dan
organisme dengan lingkungan melalui beberapa proses.
Proses siklus air meliputi antara lain :
1) Evaporasi , yaitu penguapan air dari permukaan
bumi (laut, sungai, kolam, danau, dan sebagainya)
2) Transpirasi , yaitu penguapan air dari organisme
(tumbuhan / hewan)
3) Pembentukan awan, terjadi apabila hasil evaporasi
dan transpirasi mencapai kelembaban yang tinggi.
4) Kondensasi, yaitu terbentuknya titik air di awan.
5) Presipitasi, yaitu jatuhnya titik air dari awan (berupa
hujan).

12
6) Surface ren off, yaitu peresapan / perembesan /
mengalirnya air ke dalam tanah menuju ke daerah
yang lebih rendah.

Gambar 3. Siklus Hidrologi (Pearson Education, 2012)

c. Siklus Karbon dan Oksigen


Siklus Karbon dan Oksigen dapat terlihat secara jelas pada
proses fotosintesis oleh tumbuhan (organisme autotrof) dan
respirasi oleh hewan (organisme heterotrof). CO2 banyak
terdapat di atmosfir bebas dan terlarut dalam air. O2 merupakan
hasil dari fotosintesis yang selanjutnya digunakan untuk
respirasi oleh hewan. Proses respirasi melepaskan CO2 ke
atamosfir dan bersama dengan air digunakan untuk proses
fotosintesis oleh tumbuhan.

13
Gambar 4. Siklus Karbon dan Oksigen (Pearson Education, 2012)

d. Siklus Sulfur
Sulfur (belerang) sangat penting bagi tumbuhan untuk
pembentukan protein, timin, biotin, koenzim A, dan sebagainya.
Sumber sulfur dalam tanah terikat dalam mineral tanah yang
terdapat pada kerak bumi dalam bentuk sulfida besi, nikel, dan
sebagainya .
Sumber Sulfur di atmosfir berupa SO2 yang merupakan
hasil pembakaran batu bara, minyak, dan gas H2S (yang berasal
dari rawa). Sulfur yang terdapat dalam tubuh organisme dapat
berpindah melalui rantai makanan dan dikeluarkan bersama
proses ekskresi. Sulfur yng terikat dalam senyawa organik akan
diuraikan oleh bakteri dan terlepas ke dalam tanah. Bersama
siklus hidrologi sampai ke laut dan menjadi kerak bumi melalui
proses sedimentasi.

14
Gambar 5. Siklus Sulfur (Pearson Education, 2012)

e. Siklus Fosfor
Fosfor merupakan salah satu unsur mineral (garam) yang
dibutuhkan oleh tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme.
Sumber mineral berasal dari kerak bumi yang larut melalui
siklus air menuju ke laut, danau, sungai, dan
sebagainya. Adanya pengaruh iklim berubah menjadi senyawa
anorganik yang selanjutnya diserap oleh tumbuhan rantai
makanan senyawa organik (pelapukan) sedimen

Gambar 6. Siklus Fosfor (Pearson Education, 2012)

15
2.6.2 Aliran Energi
Aliran energi adalah proses perpindahan energi ataupun materi dalam suatu
ekosistem (Campbell, 2006 : 750). Menurut Abba, D.N, dkk (2015), dalam
ekosistem darat, sekitar 90% dari NPP (Net Primary Productivity) atau biasa
disebut Produktivitas Primer Bersih berakhir dipatahkan oleh pengurai. Sisanya
yaitu dikonsumsi oleh binatang dan memasuki sistem trofik berbasis tumbuhan,
atau ia gunakan setelah ia mati, dan memasuki detritus berdasarkan sistem trofik.
Dalam sistem akuatik pabrik, perbandingan yang dikonsumsi oleh biomas
herbivora jauh lebih tinggi. Dalam sistem trofik organisme fotosintetik produsen
utama, organisme yang mengkonsumsi jaringan disebut pemakan utama atau
produsen sekunder - herbivora. Organisme yang memakan mikroba (bakteri dan
jamur) yang disebut mikroorganisme. Hewan yang memberi makan pada
konsumen utama (karnivora) adalah konsumen sekunder. Masing-masing
merupakan tingkat trofik. Urutan konsumsi dari herbivora, karnivora dan
omnivora digunakan untuk membentuk rantai makanan.

Gambar 7. Aliran Energi (Pearson Education, 2012)

1. Rantai makanan.
Rantai makanan adalah proses perpindahan energy dari suatu
organism ke organism lain melalui prosen makan dan dimakan
(Campbell : 2006). Setiap tingkatan organism pada peristiwa rantai
makan dinamakan taraf trofi (tingkatan). Pada taraf trofi 1 (produsen),

16
taraf trofi 2 (konsumen 1/hewan herbivore), taraf trofi 3 (konsumen
2/hewan karnivora 1), dan seterusnya.

Gambar 8. Rantai Makanan Secara Umum (Pearson Education, 2012)

Rantai makanan dibedakan menjadi beberapa tipe, diantaranya


adalah :
a. Rantai makanan perumput, yaitu apabila pada taraf trofi 1
diduduki oleh tumbuhan hijau (produsen), maka selanjutnya
adalah herbivore dan karnivora.
Contoh : Padi tikus ular elang bakteri.
b. Rantai makanan detritus, yaitu jika taraf trofi utama
diduduki oleh detritus, selanjutnya detritivor, dan
seterusnya.
Contoh : Sampah daun cacing tanah burung jalak
elang.
Bangkai tikus kucing anjing harimau.
c. Rantai makanan parasit, yaitu tipe rantai makanan yang
terdapat organisme lebih kecil yang memangsa organisme
lebih besar.
Contoh : Kebau (darahnya) kutu burung jalak
burung elang.

17
2. Jaring-jaring makanan.
Jaring-jaring makanan yaitu sekumpulan rantai makanan yang
saling berhubungan satu sama lain.

Gambar 9. Jaring-jaring Makanan (Pearson Education, 2012)

2.7 Pengertian Prinsip Berkelanjutan


Berkelanjutan (sustainability) adalah kesetimbangan dinamis dalam proses
interaksi antara populasi dan daya dukung lingkungan seperti populasi
berkembang untuk mengekspresikan potensi penuh tanpa merugikan dan bersifat
bolak-balik (ireversibel) yang mempengaruhi daya dukung terhadap lingkungan
(Ben-Eli, 2006). Prinsip (principle) adalah suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau
kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak (Tasmara,
2002). Jadi, prinsip berkelanjutan (sustainability principles) adalah prinsip
kesetimbangan dinamis dalam proses interaksi antara populasi dan daya dukung
lingkungan.

2.8 Penggunaan Prinsip Berkelanjutan dalam Mengatasi Masalah


Lingkungan
Sedangkan konsep keberlanjutan semakin didiskreditkan sebagai konsep
yang berguna dengan sendirinya. Dalam "Keberlanjutan Ekologi sebagai Konsep
Konservasi," para penulis ini sebelumnya mendefinisikan ekologi keberlanjutan

18
(ecological sustainability) yang menghubungkan kebutuhan manusia dan layanan
ekosistem: pertemuan kebutuhan manusia tanpa mengkompromikan kesehatan
ekosistem. Mereka mengusulkan konsep sebagai pedoman prinsip untuk daerah
dimana aktivitas manusia berlangsung. Tujuan utama upaya ini untuk
mengembangkan sebuah definisi keberlanjutan lingkungan adalah untuk
membantu para profesional lingkungan dan lain-lain dalam mengoperasionalkan
sebagian konsep pembangunan berkelanjutan yang telah diatur dalam masa depan
kita (Morelli, 2011).
Lima prinsip inti keberlanjutan :
1. The material domain
Berisi entropi dan menjamin aliran sumber daya, melalui
dan dalam perekonomian.
2. The economic domain
Mengadopsi sistem akuntansi yang tepat, yang sepenuhnya
selaras dengan proses ekologi dan memberikan kebenaran
3. The domain of life
Memastikan bahwa keragaman esensial semua bentuk
kehidupan di biosfer dipertahankan.
4. The social domain
Memaksimalkan derajat kebebasan dan potensi realisasi diri
dari semua manusia tanpa ada individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi orang lain.
5. The spiritual domain
Menyadari yang tidak terlihat, dinamis, kontinum misteri,
kebijaksanaan, cinta, energi, dan materi yang menghubungkan
otoritas alam semesta dengan planet kita dan biosfer yang termasuk
semua manusia, dengan sistem metabolisme internal dan ekstensi
teknologi (Ben-Eli, 2006).

19
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan antara Konsep Ekologi dan Ilmu Lingkungan


Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi
untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang
alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut untuk
menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan
terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh. Timbulnya kesadaran
lingkungan sudah dimulai sejak lama, contohnya Plato pada 4 abad sebelum
Masehi telah mengamati kerusakan alam akibat perilaku manusia. Pada zaman
modern, terbitnya buku Silent Spring tahun 1962 mulai menggugah kesadaran
umat manusia.
Ilmu lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup.
Menurut Soerjani, dkk (2006), ilmu lingkungan adalah penggabungan ekologi
(manusia) yang dilandasi dengan kosmologi (tatanan alam) yang mempunyai
paradigma sebagai ilmu murni. Hakikat ilmu pada dasarnya berkembang untuk
mendasari, mewarnai serta sebagai pedoman kearifan sikap dan perilaku manusia.
Ekologi adalah studi ilmiah tentang distribusi kelimpahan hidup dan interaksi
antara organisme dan lingkungan alami mereka. Sedangkan, ilmu lingkungan
adalah filosofi dan gerakan sosial yang luas berpusat pada kepedulian terhadap
konservasi dan perbaikan lingkungan.
Ekologi dan ilmu lingkungan merupakan disiplin ilmu terkait erat dan
berhubungan dengan prinsip yang satu dengan yang lain dan hal ini merupakan
sesuatu yang penting untuk sepenuhnya memahami satu dengan yang lain.
Perbedaan utama antara ekologi dan ilmu lingkungan yaitu ilmu lingkungan
merupakan bidang yang lebih menyeluruh yang menggabungkan banyak unsur
ilmu bumi dan kehidupan untuk memahami berbagai proses alam. Ekologi, di sisi
lain, biasanya lebih difokuskan pada bagaimana organisme berinteraksi satu
sama lain dengan lingkungan di sekitar mereka.

20
Sebuah perbedaan penting antara ekologi dan ilmu lingkungan tujuan
penelitian dalam disiplin ilmu masing-masing. Tidak seperti ilmuwan bidang
lingkungan, ahli ekologi cenderung fokus penelitian (kajian) mereka pada
populasi yang sangat spesifik dari makhluk hidup, seperti jenis tertentu dari
rumput atau kelompok ikan. Ahli ekologi berusaha untuk memahami bagaimana
populasi berinteraksi, bereproduksi, dan berkembang dalam suatu ekosistem.
Ahli lingkungan melakukan penelitian laboratorium dan lapangan untuk
belajar tentang berbagai faktor yang mempengaruhi suatu daerah. Seperti ekologi,
mereka juga mempelajari makhluk hidup dan perilaku mereka secara rinci. Selain
itu, para ahli lingkungan mempertimbangkan dampak iklim, proses geologi,
perubahan suhu, dan siklus air ketika menyelidiki ekosistem. Sebagai contoh,
seorang ahli lingkungan mungkin melakukan penelitian tentang dampak dari
musim kering terutama pertumbuhan spesies tanaman yang berbeda di suatu
daerah. Ilmuwan kemudian dapat mencoba untuk mengidentifikasi dampak
negatif yang dihasilkan pada hewan herbivora di wilayah tersebut.
Memahami baik ekologi dan ilmu lingkungan sangat penting dalam
merumuskan hukum dan kebijakan tentang konservasi. Ketika pihak pemerintah
dan industri menetapkan standar baru, mereka biasanya berkonsultasi profesional
dengan latar belakang di bidang ekologi dan ilmu lingkungan untuk memberikan
pertimbangan. Ahli lingkungan akan melakukan untuk menganalisis tingkat
pencemaran dan faktor risiko lain di dekat sebuah pabrik industri sedangkan ahli
ekologi diperlukan untuk menentukan kesejahteraan populasi tertentu dan
menyarankan cara untuk melindungi spesies yang terancam punah.

3.2 Ekologi sebagai Dasar Ilmu Lingkungan


Hubungan antara ekologi dan lingkungan sudah sangat jelas sesuai dengan
pengertian dari beberapa sumber yang ada. Berdasarkan pengertian para ahli
tersebut ekologi adalah Ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik antara
mahluk hidup dengan lingkungannya. Yang dimaksud dengan mahluk hidup di
sini adalah kelompok. Dengan demikian, ekologi merupakan disiplin baru dari
biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk yang
menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial. Ekologi juga merupakan cabang

21
ilmu yang mendasari ilmu yang berkembang dan selalu berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari terutama dengan lingkungan. Maka jelaslah ekologi
dijadikan sebagai dasar pengetahuan lingkungan.
Dalam ekologi, tiga aspek utama yang dimiliki dan berlaku dalam kajiannya
adalah sebagai berikut:
1. Studi tentang hubungan organisme atau grup dengan lingkungannya.
2. Studi tentang hubungan antara organisme atau grup organisme terhadap
lingkungannya.
3. Studi tentang struktur dan fungsi alam.
Prinsip utama yang dianut dalam ekologi antara lain:
1. Interaksi (interaction)
2. Saling ketergantungan (interdependence)
3. Keanekaragaman (diversity)
4. Keharmonisan (harmony)
5. Kemampuan berkelanjutan (sustainability)
Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali
disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914). Ekologi
adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai
ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk
pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di
antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama
guna meningkatkan produktivitas.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan
lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip yang
terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Dalam studi ekologi digunakan
metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen yang berkaitan dalam
suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas,
dan ekosistem.

22
3.3 Prinsip Berkelanjutan dalam Mengatasi Masalah Lingkungan
Keberlanjutan lingkungan dapat didefinisikan sebagai kondisi
keseimbangan, ketahanan pangan, dan ketersambungan yang memungkinkan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sementara dan tidak melebihi kapasitas
ekosistem pendukung untuk melanjutkan dan memperbaharui layanan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, bukan dengan tindakan kita yang
menyebabkan berkurangnya keragaman biologi (Ben-Eli, 2006). Robert Malthus
mengatakan bahwa untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan penduduk
(kelahiran) dengan pertumbuhan pangan (produksi), mau tidak mau
produktivitas pangan harus ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara mengoptimalkan sumber daya alam yang dapat dikelola dalam bentuk barang
dan jasa. Karena tingkat kepuasan manusia terhadap barang dan jasa bersifat tidak
terbatas, maka optimalisasi pengurasan sumber daya alam dilakukan tanpa
pernah memperdulikan sumber daya alam bersifat terbatas. Akibat yang
timbul kemudian adalah proses degradasi lingkungan berupa kerusakan dan
pencemaran lingkungan semakin menjadi-jadi dan bertambah parah.
Kerusakan dan pencemaran lingkungan, menurut Barros dan Johnston erat
kaitannya dengan aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia, antara lain
disebabkan:
1. Kegiatan industri, dalam bentuk limbah, zat buangan yang berbahaya
seperti logam berat, zat radio aktif dan lain-lain.
2. Kegiatan pertambangan, berupa terjadinya perusakan instalasi, kebocoran,
pencemaran buangan penambangan, pencemaran udara dan rusaknya lahan
bekas pertambangan.
3. Kegiatan transportasi, berupa kepulan asap, naiknya suhu udara kota,
kebisingan kendaraan bermotor, tumpahan bahan bakar, berupa minyak
bumi dari kapal tanker.
4. Kegiatan pertanian, terutama akibat dari residu pemakaian zat kimia untuk
memberantas serangga/tumbuhan pengganggu, seperti insektisida,
pestisida, herbisida, fungisida dan juga pemakaian pupuk anorganik.

23
Dampak dari pencemaran dan perusakan lingkungan yang amat
mencemaskan dan menakutkan akibat aktivitas pembangunan yang dilakukan
manusia secara lebih luas dapat berupa :
1. Pemanasan global, telah menjadi isu internasional yang merupakan topik
hangat di berbagai negara. Dampak dari pemanasan global adalah
terjadinya perubahan iklim secara global dan kenaikan permukaan laut.
2. Hujan asam, disebabkan karena sektor industri dan transportasi dalam
aktivitasnya menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara yang dapat
menghasilkan gas buang ke udara. Gas buang tersebut menyebabkan
terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang berasal dari
pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil mengakibatkan
terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat. Asam tersebut dapat diendapkan
oleh hutan, tanaman pertanian, danau dan gedung. Sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan dan kematian organisme hidup.
3. Lubang ozon. Penyebab terjadinya lubang ozon adalah zat kimia semacam
kloraflurkarbon (CFC), yang merupakan zat buatan manusia yang sangat
berguna dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk lemari es dan
AC.

Uraian di bawah ini berisi prinsip serta solusi untuk mengatasi masalah
lingkungan yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Prinsip ini dapat digunakan
untuk merangsang berpikir serta memberikan saran. Pembaca dianjurkan untuk
mengunjungi sumber asli untuk lebih mendalam.
1. Kebutuhan masyarakat
Menghasilkan apa yang akan diperlukan generasi masa depan
untuk mempertahankan kewaspadaan.
Desain yang memberikan produk dan jasa sebagai kontribusi untuk
lebih berkelanjutan ekonomi.
Mendukung kerja lokal.
Mendukung perdagangan yang adil.

24
Meninjau sifat lingkungan bahan mentah dan membuat
keberlanjutan lingkungan sebagai tombol persyaratan dalam
pemilihan bahan untuk produk dan layanan baru.
2. Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Memilih bahan mentah untuk mempertahankan keanekaragaman
hayati dari sumber daya alam.
Menggunakan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber
energi berkelanjutan serta berinvestasi dalam meningkatkan energi.
3. Kapasitas Regeneratif
Memelihara sumber daya yang dapat diperbaharui dalam kapasitas
regeneratif dari sistem alam yang menghasilkan mereka.
Menjaga penipisan tarif sebagai masukan sumber daya yang
menggantikan pembaruan yang dikembangkan.
4. Gunakan kembali dan mendaur ulang
Merancang untuk kegunaan ulang dan recyclability.
Mendesain ulang dan manufaktur proses bisnis sebagai sistem loop
tertutup untuk mengurangi emisi dan limbah sampai nol.
5. Batasan sumber daya Nonrenewable dan Generasi Limbah
Skala (penduduk x konsumsi x per kapita teknologi) subsistem
ekonomi manusia harus terbatas. Jika tidak sekurangnya optimal
dalam kapasitas. Oleh karena itu disebut prinsip berkelanjutan.
Menjaga emisi limbah dalam kapasitas assimilative ekosistem,
menerima tanpa degradasi tidak dapat diterima dari limbah masa
depan absorptive capacity atau layanan ekologi penting lainnya.
Mengembangkan kriteria transportasi yang memprioritaskan
dampak rendah mode transportasi.
Pengembangan produk dengan semua pendekatan dan keputusan
manajemen produk dengan pertimbangan penuh dari dampak
lingkungan produk selama masa pakainya.

25
Untuk mendukung prinsip berkelanjutan tersebut, upaya yang harus
dilakukan sebagai berikut:
1. Pemerataan dan keadilan sosial. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan
harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan yang akan
datang, berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi dan
ekonomi yang berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteran semua lapisan
masyarakat.
2. Menghargai keanekaragaman (diversity). Perlu dijaga berupa
keanekagaragaman hayati dan keanekagaraman budaya. Keanekaragaman
hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu
tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang.
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan merata
terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan dapat lebih dimengerti
oleh masyarakat.
3. Menggunakan pendekatan integratif. Pembangunan berkelanjutan
mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia
mempengaruhi alam dengan cara bermanfaat dan merusak. Oleh karena itu,
pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleksnya
keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara yang lebih
integratif dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Perspektif jangka panjang. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan
seringkali diabaikan, karena masyarakat cenderung menilai masa kini lebih
utama dari masa akan datang. Karena itu persepsi semacam itu perlu
dirubah.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan mendasar antara ekologi dan ilmu lingkungan adalah lingkungan
merupakan segala sesuatu di dunia sementara ekologi adalah ilmu yang
mengkaji tentang interaksi organisme dengan lingkungannya. Komponen
lingkungan dijelaskan dalam hal hubungan mereka dengan ekologi.
2. Ekologi merupakan disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai
fisik dan proses biologi serta bentuk yang menjembatani antara ilmu alam
dan ilmu sosial. Ekologi juga merupakan cabang ilmu yang mendasari ilmu
yang berkembang dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
terutama dengan lingkungan. Maka jelaslah ekologi dijadikan sebagai dasar
ilmu lingkungan.
3. Terdapat beberapa prinsip berkelanjutan yang digunakan dalam mengatasi
masalah lingkungan, antara lain pemerataan dan keadilan sosial, menghargai
keanekaragaman hayati, menggunakan pendekatan integratif, serta
perspektif jangka panjang.

4.2 Saran
1. Sebaiknya kita lebih memahami perbedaan konsep dasar ekologi dan ilmu
lingkungan.
2. Sebaiknya kita lebih memahami bahwa ekologi merupakan dasar dari ilmu
lingkungan.
3. Sebaiknya kita lebih mempelajari dan mererapkan prinsip berkelanjutan
dalam lingkungan agar tercipta lingkungan yang asri dan harmonis.

27
DAFTAR RUJUKAN

Abba, D. N., Chukmuwa, M. O. 2015. Ecological Roles of Natural


Decomposition of Plants in Ecosystem Page 4. Journal of Research in Pure
and Applied Sciences Volume 5 Number 1.

Ben-Eli, Michael U. 2006. Sustainability The Five Core Principles. A New


Framework The Cybertec Consulting Group, Inc. Sustainability Initiatives.

Campbell N.A., Mitchell L.G., Reece J.B., Taylor M.R., dan Simon E.J. 2006.
Biology 5th ed. Benjamin Cummings Publishing Company, Inc., Redword
City, England.

Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. 2004. Biologi : Edisi Kelima Jilid
3 hlm 271 2. Jakarta : Erlangga.

Image of Pearson Education. 2012.

Irwan, Z.D., 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi Dan Organisasi Ekosistem,


Komunitas, dan Lingkungan hlm 35-36. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Moleong, L.J., 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Morelli, J. 2011. Environmental Sustainability : A Definition for Environmental


Professionals. Journal of Environmental Sustainability Vol. 1 Issue 1.

Rahardjo, S., Dina, L., dan Suyono. 2006. Pengendalian Dampak Lingkungan.
Surabaya : Erlangga

Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan, cetakan ke 2. Jakarta : Alumni

28
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan hlm 22 3.
Jakarta: Djambatan.

Soerjani, M., Rofiq, A., dan Rozy, M. 2006. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.

Tasmara, T. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani.

Utina, R., dan Baderan, W.D. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. Gorontalo:
Universitas Gorontalo Press.

Utomo, S.W., Rizal R., Sulistiana S., Sutriyono, dan Hewindati, Y.T. 2010.
Ekologi. Jakarta : Universitas Terbuka.

UU No. 32. 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

29

Anda mungkin juga menyukai