Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam industri, keberadaan pabrik merupakan kunci penentu kemampuan daya saing
perusahaan. Seluruh konsep, rencana, dan umpan balik yang diperoleh akan
ditransformasikan kedalam pabrik. Pabrik merupakan elemen dari perusahaan yang
menerjemahkan kebutuhan manajemen agar dapat menjawab permintaan pasar.
Pabrik adalah kumpulan bahan, mesin, peralatan dan pekerja yang dirangkai oleh
pengorganisasian kegiatan secara teratur untuk memproduksi barang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Posisi pabrik yang sangat strategis di industri manufaktur
maupun pengolahan mengharuskan adanya perhatian yang menyeluruh. Strategi produksi
yang diterapkan akan membutuhkan dukungan formasi mesin-mesin yang sesuai. Maka dari
itu, tata letak pabrik perlu direncanakan dan dirancang dengan baik dan benar. Penataan
mesin-mesin di dalam pabrik sangat menentukan kinerja pabrik secara keseluruhan. Efisiensi
dan efektivitas pabrik dipengaruhi oleh tata letak pabrik.
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang cukup ketat.
Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek termasuk aspek produk, proses dan
jadwal.Permasalahan industry tidak hanya menyangkut seberapa besar investasi yang harus
ditanam, prosedur produksi dan pemasaran hasil produksi namun memerlukan perencanaan
fasilitas yang meliputi perencanaan lokasi fasilitas maupun rancangan fasilitas. Perancangan
fasilitas meliputi perancangan system fasilitas, tata letak pabrik dan system penanganan
material (pemindahan bahan).
Perancangan fasilitas mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara rancangan
fasilitas yang satu dengan rancangan fasilitas lainnya sehingga dalam proses perancangan
fasilitas harus dilakukan seefisien mungkin. Salah satu yang termasuk dalam perancangan
fasilitas adalah tata letak. Tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani system
material handling secara menyeluruh (Wignjosoebroto, 1996). Sistem material handling
yang kurang baik akan mengganggu kelancaran proses produksi. Secara umum industri
banyak mengalami kendala dalam hal jarak pemindahan bahan baku (material handling)
yang kurang efisien, seperti pada proses produksi yang terdapat aliran pemindahan bahan
yang berpotongan (cross movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur. Tata
letak mesin yang tidak teratur dan jarak antar ruangan produksi yang cukup jauh dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu sehingga dapat memperlambat proses produksi.
Penerapan model atau simulasi tata letak diharapkan dapat membantu manajemen dalam
melakukan analisis terhadap rencana penataan ulang (relayout) fasilitas produksi di masa
yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang dihadapi yaitu:
1. Bagaimana yang dimaksud pengantar analisis tata letak fasilitas?
2. Bagaimana yang dimaksud aliran bahan dan tipe-tipe tata letak?
3. Bagaimana yang dimaksud keuntungan dan kerugian dari setiap tipe tata letak
fasilitas?
4. Bagaimana yang dimaksud ukuran jarak?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai pengantar analisis tata letak fasilitas.
2. Untuk mengetahui mengenai aliran bahan dan tipe-tipe tata letak.
3. Untuk mengetahui mengenai keuntungan dan kerugian dari setiap tipe tata letak
fasilitas.
4. Untuk mengetahui mengenai ukuran jarak.
BAB II

PEMBAHASAN

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tata Letak Pabrik


Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang tertua adalah menata letak pabrik
dan menangani pemindahan bahan yaitu kegiatan yang berhubungan dengan perancangan
susunan fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur, yang
penggambaran hasil rancangannya sebagai tata letak pabrik (Apple, 1990).
Pekerjaan rancang fasilitas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat luas
yang saling berhubungan dan yang secara keseluruhan membentuk kegiatan perancangan tata
letak fasilitas. Pekerjaan merancang fasilitas biasanya mulai dengan suatu analisis tentang
produk yang akan dibuat, atau jasa yang akan diberikan dan sebuah perhitungan tentang
aliran barang atau kegiatan secara menyeluruh. Kemudian perencanaan terinci tentang
susunan peralatan, keterkaitan
antara tempat kerja yang dirancang, daerah yang erat hubungannya dikelompokkan kemudian
dijalin menjadi suatu tata letak akhir (Apple, 1990).

2.1.1 Pengertian Tata Letak


Susunan fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisensi pada suatu
produksi. Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi
dengan memanfaatkan area tersedia untuk menempatkan mesin-mesin, bahan-bahan,
perlengkapan untuk operasi, personalia dan semua peralatan serta fasilitas yang digunakan
dalam proses produksi (Purnomo, 2004).

2.1.2 Pengertian Pabrik


Pabrik yang dalam istilah asing dikenal sebagai factory atau plant adalah setiap
tempat dimana faktor-faktor seperti manusia, mesin dan peralatan (fasilitas) produksi lainnya,
material, energi, uang (modal/kapital), informasi, dan sumber daya alam dikelola bersama-
sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif,
efisien dan aman (Wignjosoebroto, 2003).
Tata letak yang baik perlu menetapkan beberapa hal berikut:

1. Peralatan penanganan bahan (Manajer harus memutuskan


peralatan yang akan digunakan)

2. Kapasitas dan persyaratan luas ruang

3. Lingkungan hidup dan estetika

4. Aliran informasi
5. Biaya perpindahan antar wilayah kerja yang berbeda.

2.1.3 Peranan Tata Letak Pabrik


Dalam perancangan fasilitas harus diketahui bahwa aliran barang biasanya
merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang dengan cermat serta tidak
boleh dibiarkan tumbuh atau berkembang menjadi suatu pola lalu lintas yang
membingungkan, tidak teratur, oleh karenanya pola aliran barang yang menjadi dasar bagi
rancangan seluruh pabrik. Rancangan ini akan menentukan aliran barang yang diinginkan,
susunan fasilitas fisik yang paling ekonomis (Apple, 1990).

2.1.4 Jenis-jenis Persoalan Tata Letak


Masalah tata letak tidak selalu timbul dalam perencanaan tata letak bagi
perusahaan atau pabrik baru, seringkali masalah tata letak yang dihadapi berhubungan
kembali dengan fasilitas-fasilitas lama karena berbagai sebab. Masalah tata letak dalam
perusahaan umumnya timbul bila terjadi (Apple, 1990) adalah :
a. Perubahan rancangan f. Penambahan departemen baru
b. Perluasan departemen g. Peremajaan peralatan yang rusak
c. Pengurangan departemen h. Perubahan metode produksi
d. Penambahan produk baru i. Penurunan biaya
e. Memindahkan satu departemen j. Perencanaan fasilitas baru

2.1.5 Tujuan Perencanaan dan Penyusunan Tata Letak


Tujuan utama perencanaan dan penyusunan tata letak pabrik adalah untuk
meminimumkan biaya total. Hal ini dapat diperoleh melalui pengaturan area kerja dan
fasilitas-fasilitas produksi yang paling optimal untuk suatu proses produksi. Tujuan lain yang
dapat diperoleh dengan adanya perencanaan dan penyusunan tata letak fasilitas produksi ini,
antara lain (Apple, 1990):
a. Memudahkan proses manufaktur yaitu tata letak harus dirancang sedemikian sehingga
proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan cara yang sangat efisien.
b. Menaikkan output produksi Tata letak yang baik akan menghasilkan output yang lebih besar
dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, manhours yang lebih kecil, dan mengurangi jam
kerja mesin (machine hours).
c. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling) Perencanaan tata letak fasilitas
produksi perlu menekankan usaha untuk meminimalkan aktivitas pemindahan bahan pada
saat proses produksi berlangsung.
d. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis Perencanaan tata letak
yang optimal dapat mengatur jarak antara departemen-departemen atau mesin-mesin yang
berlebihan, lintasan material, penumpukan material yang dimaksud sehingga dapat
mengurangi pemborosan pemakaian ruangan.
e. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya.
f. Mengurangi inventory in process
g. Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran
h. Mempermudah aktivitas supervisi
i. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku atau
produk jadi.
j. Mempermudah proses perluasan dan pengembangan area produksi dimasa mendatang.
2.2 Aliran Bahan Dan Tipe-Tipe Tata Letak

2.2 .1 Perencanaan Aliran Material


Analisis aliran material dan proses ditujukan untuk menentukan proses dan peralatan yang
ditentukan dan bagaimana aliran material secara umum dilaksanakan. Analisis aliran
tergantung pada:
1. Bahan atau produk (karakteristik, ukuran lot dan jumlah operasi)
2. Strategi dan peralatan material handling (prinsip pemindahan bahan, satuan yang
dipindah dan peralatan yang dibutuhkan)
3. Tata letak dan konfigurasi bangunan (ukuran, bentuk, jumlah lantai, letak pintu, letak
dan lebar gang, letak departemen)

Masalah aliran muncul dari adanya kebutuhan untuk memindahkan bahan, komponen, orang
dari permulaan proses sampai pada akhir proses untuk mencapai lintasan yang paling efisien.
Hampir setiap orang berpendapat bahwa dalam meningkatkan produktivitas akan berhasil jika
ditunjang oleh aliran elemen yang bergerak melalui fasilitas yang efisien. Aliran material
yang lancar secara otomatis akan mengurangi biaya aliran, dengan demikian tingkat
produktivitas akan meningkat. Lintasan yang simpang siur menunjukkan kurangnya
perencanaan aliran material.

Sebuah aliran barang yang direncanakan dengan baik dan cermat mempunyai beberapa
keuntungan (Apple, J., M.), yaitu:
1. Menaikkan efisiensi, produktivitas.
2. Pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih efisien.
3. Kegiatan pemindahan yang lebih sederhana.
4. Pemanfaatan peralatan lebih baik, mengurangi waktu menganggur.
5. Mengurangi waktu dalam proses.
6. Mengurangi persediaan dalam proses.
7. Pemanfaatan tenaga kerja lebih efisien.
8. Mengurangi kerusakan produk.
9. Kecelakaan minimal.
10. Mengurangi jarak jalan kaki.
11. Mengurangi kemacetan lalu lintas di gang.
12. Sebagai dasar untuk tata letak yang efisien.
13. Lebih mudah untuk supervisi.
14. Pengendalian produksi lebih sederhana.
15. Meminimumkan gerakan balik.
16. Memperlancar aliran produksi.
17. Proses penjadwalan lebih baik.
18. Mengurangi kondisi sibuk.
19. Urutan pekerjaan logis.
20. Tata letak lebih baik.

2.2.2 Pola-pola Aliran


Langkah awal dalam merancang faslitas manufaktur adalah menentukan pola aliran secara
umum. Pola aliran ini menggambarkan material masuk sampai pada produk jadi. Beberapa
pola aliran umum serta fungsi dan kegunaannya adalah:
1. Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi yang pendek dan sederhana.
2. Pola aliran bentuk L. Pola ini hampir sama dengan pola garis lurus, hanya saja pola
ini digunakan untuk mengakomodasi jika pola aliran garis lurus tidak bisa digunakan dan
biaya bangunan terlalu mahal jika menggunakan pola aliran garis lurus.
3. Pola aliran bentuk U. Pola ini digunakan jika aliran masuk material dan aliran
keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.
4. Pola aliran bentuk O. Pola ini digunakan jika keluar masuknya material dan produk
pada satu tempat/satu pintu. Kondisi ini memudahkan dalam pengawasan keluar
masuknya barang.
5. Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi panjang dan lebih panjang dari
ruangan yang ditempati. Karena panjangnya proses, maka aliran di zig zag.
2.2.3 Macam-Macam Tipe Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik produksi dapat disusun berdasarkan beberapa alternatif sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang dihadapi. Tata letak fasilitas produksi tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut : (Sritomo, 2000)
1. Tata Letak Fasilitas Sesuai Dengan Aliran Produk (Product Lay Out)
Tata letak jenis ini dikonsentrasikan pada saat memproduksi suatu macam produk standar.
Tata letak yang berdasarkan aliran produk akan menghatur mesin dan fasilitas lainnya
menurut prinsip machine after machine, tidak peduli macam mesin yang digunakan.
Dengan memakai tata letak tipe ini segala fasilitas untuk proses manufaktur atau juga
perakitan akan diletakkan berdasarkan garis aliran (Flow Line) dari proses produksi
tersebut.
Tata letak berdasarkan aliran produk ini merupakan tipe layout yang paling popular untuk
pabrik yang bekerja/berproduksi secara massal (mass production).
Contoh tata letak jenis ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Saw Lathe Mill Drill


Warehouse

Saw Mill Drill Paint


Assembly
Stores

Grind Mill Drill Paint


Weld Grind Lathe Drill

Gambar 2.2. Tata letak berdasarkan aliran produk


Sumber : Richard L. Francis, 1992
2. Tata Letak Berdasarkan Aliran Proses (Process Lay Out)
Tata letak berdasarkan aliran proses seringkali disebut pula dengan fuctional layout, yaitu
metode pengaturan dan penempatan dari mesin dan segala fasilitas produksi dengan
tipe/macam yang sama dalam sebuah departemen. Semua fasilitas atau mesin yang
memiliki ciri-ciri operasi atau fungsi kerja yang sama diletakkan dalam sebuah
departemen. Tata letak jenis ini umumnya diaplikasikan pada industri yang bekerja
dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan terutama sekali untuk jenis produk
yang tidak disetandarkan. Tata letak jenis ini jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan
tipe aliran produk.
Tata letak jenis ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini :

Saw Lathe Mill


Assembly

W arehouse
Stores

Grind Lathe Mill

Weld Drill Drill Paint

Gambar 2.3. Tata letak berdasarkan aliran proses


Sumber : Richard L. Francis, 1992

3. Tata Letak Dengan Lokasi Tetap


Tata letak panrik yang berdasarkan pada posisi tetap, material atau komponen produk
utamanya akan tetap tinggal pada posisi/lokasi sedangkan fasilitas produksinya seperti
peralatan, mesin, manusia, serta komponen-komponen lainnya akan bergerak menuju
lokasi material atau komponen produk utama tersebut. Pada posisi perakitan maka lay out
tipe ini sering dijumpai karena disini tools dan peralatan kerja lainnya akan cukup mudah
dipindahkan. Tipe lay out jenis posisi tetap ini tidaklah begitu penting bila dibandingkan
dengan tipe-tipe layout lainnya.
Tata letak jenis ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini :
Weld Lathe Drill
Warehouse
Stores

Workplece

Saw Mill Paint

Gambar 2.4. Tata letak berdasarkan lokasi material tetap


Sumber : Richard L. Francis, 1992
4. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technologi Lay Out)
Tata letak jenis ini didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang akan
dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok-kelompok berdasarkan langkah-
langkah bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai, pemrosesan dan sebagainya. Disini
pengelompokan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir. Pada tipe ini, mesin-
mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokan dan ditempatkan dalam
sebuah manufacturing cell.

Tata letak jenis ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Lathe Mill

Paint
Saw

Warehouse
Assembly
Stores

Weld

Lathe Paint

Grind Mill

Gambar 2.5. Group technologi lay out


Sumber : Richard L. Francis, 1992

Dengan adanya pengaturan pengelompokan produk sesuai dengan proses pembuatannya


maka akan diperoleh pendayagunaan mesin yang maksimal. Lintasan aliran kerja menjadi
lebih lancar dan jarak perpindahan material diharapkan lebih pendek bila dibandingkan tata
letak berdasarkan fungsi atau macam proses. Berdasarkan pengaturan tata letak fasilitas
produksi selama ini, maka suasana kerja kelompok akan bisa dibuat sehingga keuntungan-
keuntungan dari aplikasi job enlargement juga akan diperoleh. Pada dasarnya pengaturan tata
letak tipe kelompok produk merupakan kombinasi dari product layout dan process layout.
Umumnya cenderung menggunakan mesin-mesin general purpose.
2.3 Keuntungan dan kerugian dari setiap tipe tata fasilitas
1. Tata Letak Proses (process layout)
Kelebihan dan kelemahan Tata Letak Proses terlihat dalam tabel berikut :

2. Tata Letak Produk (product layout)


Kelebihan dan kelemahan Tata Letak Proses terlihat dalam tabel berikut :
3. Tata Letak Posisi Tetap (fixed positon lay out)
Kelebihan dan kelemahan Tata Letak Tetap terlihat dalam tabel berikut :
2.4 Ukuran Jarak
Untuk menghitung jarak antar departemen ada beberapa macam sistem yang dipergunakan
untuk melakukan pengukuran jarak suatu lokasi terhadap lokasi lain, antara euclidean, square
euclidean, rectilinear, asile distance, adjacency dan sebagainya.

2.4.1 Jarak Euclidean


Jarak euclidean merupakan jarak yang diukur lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat
fasilitas lainnya. Sistem pengukuran dengan jarak euclidean sering digunakan karena lebih
mudah dimengerti dan mudah digunakan. Contoh aplikasi dari jarak euclidean misalnya pada
beberapa model conveyor, dan juga jaringan transportasi dan distribusi.

Untuk menentukan jarak euclidean fasilitas satu dengan fasilitas lainnya menggunakan
formula sebagai berikut.
dij = [(xi xj)2 + (yi yj)2]1/2 .............................. (2.1)
Di mana: Xi = koordinat x pada pusat fasilitas i
Yi = koordinat y pada pusat fasilitas i
dij = jarak antara pusat fasilitas i dan j
Perhitungan jarak euclidean antara i dan j seperti pada gambar 2.5 adalah sebagai berikut:
dij = [(1 4)2 + (3 1)2]1/2 = 3,6

2.4.2. Jarak Rectilinear


Jarak rectilinear sering juga disebut dengan Jarak Manhattan, merupakan jarak yang diukur
mengikuti jalur tegak lurus. Disebut dengan Jarak Manhattan, mengingatkan jalan-jalan di
kota Manhattan yang membentuk garis-garis paralel dan saling tegak lurus antara satu jalan
dengan jalan lainnya. Pengukuran dengan jarak rectilinear sering digunakan karena mudah
perhitungannya, mudah dimengerti dan untuk beberapa masalah lebih sesuai, misalkan untuk
menentukan jarak antar kota, jarak antar fasilitas di mana peralatan pemindahan bahan hanya
dapat bergerak secara lurus.

Dalam pengkuran jarak rectilinear digunakan notasi sebagai berikut:


dij = |xi xj| + |yi + yj| ................................. (2.2)

Ukuran jarak rectilinear digambarkan berikut ini.

Gambar 2.6 Jarak rectilinear

Dari gambar 2.6 jarak antara i dan j adalah sebagai berikut.


dij = |1 4| + |3 1| = 5

2.4.3. Square Euclidean


Sebagaimana namanya, square euclidean merupakan ukuran jarak dengan mengkuadratkan
bobot terbesar suatu jarak antara dua fasilitas yang berdekatan. Relatif untuk beberapa
persoalan terutama menyangkut persoalan lokasi fasilitas diselesaikan dengan penerapan
square euclidean. Formula yang digunakan dalam square euclidean:
dij = [(xi xj)2 + (yi yj)2] ............................. (2.3)

2.4.4. Aisle

Ukuran jarak aisle sangat berbeda dengan ukuran jarak seperti dikemukakan di muka.
Aisle distance akan mengukur jarak sepanjang lintasan yang dilalui alat pengangkut
pemindah bahan. Dari gambar 2.7 (a) ukuran jarak aisle antara departemen K dan M
merupakan jumlah dari a, b dan d. Sedang gambar 2.7 (b) jarak aisle departemen 1
dengan departemen 3 merupakan jumlah dari a, c, f dan h. Aisle distance pertama kali
diaplikasikan pada masalah tata letak dari proses manufaktur.

Gambar 2.7 Jarak untuk aisle


2.4.5. Adjacency
Adjacency merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-departemen
yang terdapat dalam suatu perusahaan. Dalam perancangan tata letak dengan metode SLP,
sering digunakan ukuran adjacency yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kedekatan
antara departemen satu dengan departemen lainnya.

Kelemahan ukuran jarak adjacency adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil
jika terdapat dua pasang fasilitas di mana satu dengan lainnya tidak berdekatan.
Sebagai contoh (gambar 2.8) jarak antara departemen K dan departemen N yang tidak
saling berdekatan berjarak 40 m, dan jarak antara departemen M dan departemen N
yang berjarak 75 m, hal ini bukan berarti antara departemen K dan departemen N
mempunyai tingkat kedekatan yang lebih tinggi. Dalam hal ini kedua-duanya baik dkn
(tingkat kedekatan departemen K dan N) dan dmn (tingkat kedekatan departemen M
dan N) dalam adjacency akan sama-sama diberi nilai 0. Sebaliknya meskipun
departemen M dan departemen N masing-masing jika diukur dengan jarak rectilinear
maupun jarak euclidean sama dengan departemen L, bukan berarti mempunyai nilai
adjacency yang sama. Bisa saja antara departemen M dan departemen L mempunyai
jarak adjacency yang lebih dibandingkan jarak adjacency antara departemen N dan
departemen L. Misalkan antara departemen M dan L nilai adjacency sebesar 3, sedang
antara departemen N dan L nilai adjacency sebesar 1.
Gambar 2.8 Adjacency distance

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tata letak (layout) adalah susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada
didalam bangunan maupun yang ada diluar. Tata letak mencakup desain dari bagian-bagian,
pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi
bahan jadi. Perencanaan tata letak merupakan satu tahap dalam perencanaan fasilitas yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisiesn dan efektif sehingga
dapat tercapainya suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis.

3.2 Saran
Dalam menentukan tata letak, sebaiknya memperhatikan langkah langkah berikut :
Definisikan tujuan tata letak, dalam hal ini bisa berupa produk apa yang akan dibuat dan
berapa banyak.
Memonitor jalannya pabrik dan mengevaluasi tata letak yang dioperasikan.
Melakukan Optimasi Tata Letak - Optimasi tata letak diantara yang paling banyak
diperhatikan ada dua yakni ; minimasi ongkos penanganan material pada tata letak proses
(job shop) dan maksimasi efektifitas operator dengan penyeimbangan lintas (line balancing)
pada tata letak lintas produksi.
Memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan tujuan tata letak.
Spesifikasikan aktifitas premier yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan diatas,
seperti aktifitas produksi ; yang meliputi identifikasi proses produksi, mesin mesin yang
terlibat, jumlah mesin dan tenaga kerja pelaksana, kapasitas produksi, kebutuhan gudang
bahan baku dan barang jadi, dan aspek perawatan mesin serta penanganan material.
Spesifikasikan aktifitas sekunder yang mendukung aktifitas premier, seperti parkir, kantor,
ibadah/masjid, kantin, klinik , pengolah limbah/sampah, sarana olahraga, satuan pengamanan,
dan jalan jalan kendaraan dilingkungan pabrik serta taman taman.

3.3 Kata penutup


Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka

Altona Ary HS, Achmad. 2011. Perancangan Ulang Tata letak Fasilitas Produksi Pada
Workshop Orthotik Prosthetik Rumah Sakit X. [Skripsi]. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Apple, J. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung : Penerbit ITB
Muther R. 1955. Practical Plant Layout. New York : McGraw-Hill Book Company.
Tompkins J. 1990. Facilities Planning. Canada : PWS Publishing.
Wignjosoebroto S. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.Surabaya :
Penerbit Guna Widya.
http://fachturengineering.blogspot.com/2012/11/tata-letak-proses.html
http://evanspervey.blogspot.com/2011/02/perancangan-tata-letak-pabrik.html

Anda mungkin juga menyukai