Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STATUS PASIEN
I. Identifikasi
Nama : An. KR
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 2 Tahun
Alamat : Gunung Ibul, Prabumulih
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku : Palembang
Bangsa : Indonesia
No. Rekam medis/registrasi : 12.49.50
II. Anamnesis
(Alloanamnesis pada tanggal 10 September 2017 pukul 16.40 WIB)
Keluhan utama
Kemasukan benda asing pada hidung sebelah kanan
Keluhan tambahan
-
Riwayat perjalanan penyakit
1 jam yang lalu pasien menangis dan mengelus-ngelus
hidungnya. Pasien bersin-bersin dan keluar cairan bening dari hidung
kanan pasien, bau (-), mimisan (-), hidung kanan tersumbat (+), sesak
nafas (-), demam (-), batuk (-). Keluhan nyeri telinga dan tenggorokan
disangkal. Paman pasien melihat adanya benda asing berwarna hijau di
hidung kanan pasien. Pasien dibawa ke IGD RSUD Prabumulih.
1
Hipertensi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Kelamin : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Tuberkulosis : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Sakit gigi : disangkal
Nyeri menelan berulang : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Tidak ada
2
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5C
Berat badan : 12 kg
Tinggi badan : 80 cm
IMT : Normoweight
2) Pemeriksaan Khusus
Kepala : Konjungtiva palpebra OS dan OD tidak
anemis, sklera tidak ikterik.
Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-)
Thoraks : Simetris, tidak tampak kelainan pada
dinding dada.
Cor: BJ I dan II (+) normal, batas jantung
normal, murmur tidak ada,gallop tidak
ada.
Pulmo: sonor dikedua lapangan paru,
vesikuler (+) normal, ronkhi (-),
wheezing (-).
Abdomen : Simetris, datar, nyeri tekan (-), timpani,
bising usus (+) normal
Ekstremitas : Bentuk normal
Kulit : Tidak tampak kelainan
3
b. Status Lokalis
Telinga
Fistula - -
Jaringan granulasi - -
RegioZigomatikus
Kista Brankial Klep - -
- -
Fistula
- -
Lobulus Aksesorius
Aurikula
- -
Mikrotia
- -
Efusi perikondrium
- -
Keloid
- -
Nyeri tarik aurikula
- -
Nyeri tekan tragus
Meatus AkustikusEksternus
Lapang/sempit
Lapang Lapang
Oedema
- -
Hiperemis
- -
Pembengkakan - -
Erosi - -
Krusta - -
Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
Perdarahan - -
Bekuandarah - -
4
Cerumen plug - -
Epithelial plug - -
Jaringangranulasi - -
Debris - -
Benda asing - -
Sagging - -
- -
Exostosis
- -
II.Membran Timpani
Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Putih Putih
Bentuk (oval/bulat) Bulat Bulat
Pembuluhdarah Normal Normal
Retraksi - -
Bulging - -
- -
Bulla
- -
Ruptur
- -
Perforasi
- -
(sentral/perifer/marginal/attic)
- -
(kecil/besar/ subtotal/ total)
- -
Pulsasi
- -
Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ pus)
Tidak terlihat Tidak terlihat
Tulangpendengaran
- -
Kolesteatoma
- -
Polip
- -
Jaringangranulasi
5
Gambar Membran Timpani
Hidung
I. TesFungsiHidung Kanan Kiri
Tes aliran udara Terhambat Cukup
Tes penciuman Tidak Tidak
Teh dilakukan dilakukan
Kopi
Tembakau
II. Hidung Luar
Dorsum nasi Normal Normal
Akar hidung Normal Normal
Puncak hidung Normal Normal
Sisi hidung Normal Normal
Alanasi Normal Normal
Deformitas - -
Hematoma - -
Pembengkakan - -
Krepitasi - -
Hiperemis - -
Erosi kulit - -
6
Vulnus - -
Ulkus - -
Tumor - -
Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak tersumbat) Tidak Tidak
tersumbat tersumbat
III. Hidung Dalam
1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi
Sikatrik - -
Stenosis - -
Atresia - -
Furunkel - -
Krusta - -
7
d. Konka Inferior Tidak dapat
Mukosa dinilai Eutropi
(erutopi/ hipertropi/atropi) Basah
(basah/kering) licin
(licin/taklicin) Merah muda
Warna (merahmuda/hiperemis/pucat/livide)
Tumor
e. Konka media Tidak dapat Tidak dapat
(erutopi/ hipertropi/atropi)
(basah/kering)
(licin/taklicin)
Warna (merahmuda/hiperemis/pucat/livide)
Tumor
f. Konka superior Tidak dapat Tidak dapat
dinilai dinilai
Mukosa
(erutopi/ hipertropi/atropi)
(basah/kering)
(licin/taklicin)
Warna (merahmuda/hiperemis/pucat/livide)
Tumor
Tidak dapat Tidak dapat
g. Meatus Medius
dinilai dinilai
Lapang/ sempit
Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)
Polip
Tumor
h. Meatus inferior
Tidak dapat Lapang
Lapang/ sempit
dinilai -
Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)
-
Polip
-
8
Tumor -
i. Septum Nasi
Mukosa Tidak dapat Eutropi
(erutopi/ hipertropi/atropi) dinilai Basah
(basah/kering) Licin
(licin/taklicin)
Warna (merahmuda/hiperemis/pucat/livide) Merah muda
Tumor -
Deviasi -
(ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
Krista -
-
Spina
-
Abses
-
Hematoma
-
Perforasi
-
Erosi septum anterior
9
GambarDinding Lateral HidungDalam
GambarHidungDalamPotongan Frontal
10
Torus tobarius (licin/taklicin)
Muara tuba
(tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)
11
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
2. Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
3. Bukal Normal Normal
(hiperemis/udem)
(vesikel/ulkus/mukokel)
4. Palatum durum Normal Normal
(utuh/terbelah/fistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
5. Kelenjarludah Normal Normal
(pembengkakan/litiasis)
(striktur/ranula)
6. Gigi geligi Normal Normal
(mikrodontia/makrodontia)
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II.Faring Kanan Kiri
1. Palatummolle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
2. Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Tengah Tengah
3. Pilar anterior Normal Normal
(hiperemis/udem/perlengketan)(pembengkakan/u
lkus) Normal Normal
4. Pilar posterior
(hiperemis/udem/perlengketan)(pembengkakan/u Tenang Tenang
lkus)
5. Dindingbelakang faring Normal Normal
(hiperemis/udem)(granuler/ulkus)(secret/membra
n) T1 T1
12
6. Lateral band (menebal/tidak) Rata Rata
7. Tonsil Palatina Kenyal Kenyal
(derajatpembesaran) Lekat Lekat
(permukaan rata/tidak) Tidak lebar Tidak lebar
(konsistensi kenyal/tidak) - -
(lekat/tidak) - -
(kripta lebar/tidak) - -
(dentritus/membran)
(hiperemis/udem)
(ulkus/tumor)
Gambarronggamulutdan faring
Rumusgigi-geligi
13
III.Laring Kanan Kiri
Laringoskopi tidak langsung (indirect)
Dasar lidah (tumor/kista) - -
Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi) Eutropi Eutropi
Valekula (benda asing/tumor) - -
Pita suara
(hiperemis/udem/menebal)
Normal Normal
(nodus/polip/tumor)
(geraksimetris/asimetris)
Normal Normal
Pita suarapalsu (hiperemis/udem)
Lapang Lapang
Rima glottis (lapang/sempit)
Normal Normal
Trakea
Laringoskopi langsung (direct) Tidak dilakukan
14
Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)
V. Diagnosis Banding
-
VII. Tatalaksana
- Extraksi corpus alienum
- Kontrol ulang jika ada keluhan
VIII. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
16
Gambar 1. Anatomi Hidung1
17
Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior
yang berupa celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus
paranasal gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media
dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah
prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger
nasi dan ressus frontal. Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh
infundibulum karena sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan
dulu ke celah sempit infundibulum sebelum masuk ke rongga hidung. Sedangkan
pada sinus frontal sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang
disebut sebagai serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret
dapat langsung menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara
prosesus unsinatus dan konka media.2
Suplai darah cavum nasi berasal dari sistem karotis yaitu arteri karotis
eksterna dan karotis interna. Arteri korotis interna bercabang menjadi arteri
etmoid anterior dan posterior. Arteri karotis eksterna memberikan suplai darah
terbanyak pada cavum nasi melalui arteri sphenopalatina yang merupakan cabang
terminal arteri maksilaris yang berjalan melalui foramen sphenopalatina,
memperdarahi septum tiga perempat posterior dan dinding lateral
hidung.Sedangkan arteri palatina desenden memberikan cabang arteri palatina
mayor yang berjalan melalui kanalis incisivus palatum durum dan menyuplai
bagian inferoanterior septum nasi. Sistem karotis interna melalui arteri oftalmika
18
mempercabangkan arteri ethmoid anterior dan posterior yang memperdarahi
septum dan dinding lateral superior.1,2
19
bila masuk ke saluran nafas bawah. Pada usia dibawah 1 tahun, aspirasi benda
asing merupakan penyebab utama kematian.3
20
Benda hidup, yang paling sering ditemukan adalah larva lalat, lintah, dan
cacing.Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya bezziana.Chrysomya
bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo
diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang
berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada
toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait di
bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange.Lintah(Hirudinaria
javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filumannelida.
Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat
hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah
merupakan hewan pengisap darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua
ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada saat
mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat
anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah
kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air.
Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan
bersifat hemaprodit.5
21
3.2.5 Patofisiologi Corpus Alienum Hidung
Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak terutama kisaran
umur 2-4 tahun. Anak-anak cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan
dan dapat dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh
anak lain.4 Benda yang dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang
lembut. Benda tersebut masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium
sesuatu. Anak sering menaruh benda ke dalam hidung karena perasaan bosan,
ingin tahu atau meniru anak lain.5
Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung,
sebagian besar ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi
lainnya ada di depan dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian
anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing
yang berada di rongga hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup
dapat menimbulkan berbagai kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.5
Gambar 6. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate,
MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate)5
22
itu, benda asing hidung dapat menyebabkan masalah yang nyata dan jangan
dianggap remeh.4
Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan
bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda
mati yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung
dengan kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis.
Tertahannya sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat
menyebabkan sekret berbau busuk.5
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila
terbenam di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium
fosfat dan karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang
proses ini dapat terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut
nidus. Rhinolith endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi
pasa usia dibawah 4 tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari
benda asing yang diselimuti oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun.
Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis
ireguler namun dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di
rongga hidung.6
Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah
dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung
berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan
lithium. Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada
lokalisasi dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk
perforasi septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung.5
23
sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak benda asing berwarna
coklat tua, lunak, dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring.6
3.2.8 Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain adalah baterai. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat juga menggunakan
24
forsep alligator, cunam Nortman atau wire loop. Bila benda asing berbentuk bulat,
maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.7,8
Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5F atau
6F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang terperangkap,
kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan akan keluar ke
nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan dilakukan, terlebih
dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain
topikal atau spray sebagai analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung
kearah nasofaring karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke
dalam laring sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas.7,8
Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes minyak
parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat diteteskan tembakau.
Pada miasis hidung, dianjurkan pemberian reagen tertentu misalnya kloroform,
premium yang dapat melemahkan larva, kemudian larva tersebut diambil satu per
satu. Tindakan operatif dengan melakukan nekrotomi merupakan tindakan
alternatif lain yang dilakukan dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih
dahulu.Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing di hidung yang telah menimbulkan infeksi pada hidung maupun
sinus.7,8
3.2.9 Komplikasi
Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus
alienum di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan obstruksi pada
drainase sinus dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan sinusitis dan otitis
media akut. Rinolith dapat timbul bila benda asing bertahan selama bertahun-
tahun. Infeksi struktur jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi, seperti
selulitis periorbital, meningitis, epiglositis, difteri, dan tetanus.8
25
BAB II
ANALISIS KASUS
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Elsie K, Vincent I, Nolan J. Epistaksis, Vaskular Anatomy, Origins and
EndovaskularTreatment, 1999. In
:http://www.ajonline.org/cgi/contents.html
2. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. In: Soepardi EA,
Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok
kepala leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
3. Ballenger J. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher. Edisi
13. Jilid II.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
4. Junizaf, MH. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and
Throat. University of Virginia School of Medicine, Charlottesville,
virginia. Am Fam Phisician 2007, oct 15; 76 (8).
6. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 2007.
7. Adams GL. BOEIS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok.
Edisi 6. Jakarta: EGC: 1997.
8. Fischer JI. Nasal Foreign Bodies. 2013. In http:
http://emedicine.medscape.com/article/763767
27