Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ORIENTASI UMUM
PT. Pertamina (Persero) adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang
bergerak dibidang penambangan minyak dan gas bumi (MIGAS) di Indonesia.
Pertamina berkomitmen mendorong proses transformasi internal dan pengembangan
yang berkelanjutan guna mencapai standar internasional dalam pelaksanaan
operasional dan manajemen lingkungan yang lebih baik, serta peningkatan kinerja
perusahaan sebagai sasaran bersama.
Upaya pencarian (eksplorasi) sumber minyak bumi di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh Jhon Reenik (Belanda) pada tahun 1871 di kaki Gunung Ceremai,
sedangkan eksploitasi minyak bumi pertama kali dilakukan di Telaga Tunggal pada
tahun 1885, sumur ini merupakan sumur pertama dikawasan Hindia-Belanda yang
berproduksi secara komersial. Seiring dengan semakin banyaknya sumber minyak mentah
yang sudah ditemukan, pada akhir abad ke-18 mulai didirikan beberapa perusahaan-
perusahaan minyak asing, seperti Shell, Stanvac, Royal Dutch Company, dll yang
melakukan pengeboran di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945,
usaha untuk mengambil alih kekuasaan sektor industry minyak dan gas bumi
mulai dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
UU No.44/1961, dibentuklah tiga perusahaan negara (PN) di sektor minyak dan gas
bumi, yaitu :
a. PN PERTAMIN berdasarkan PP No.3/1961
b. PN PERMINA berdasarkan PP No.198/1961
c. PN PERMIGAN berdasarkan PP No.199/1961
PERTAMIN. Pada tahun 1968 didirikan PN PERTAMINA yang merupakan gabungan dari
PN PERMINA dan PERTAMIN dan pada tanggal 17 September 2003 PN PERTAMINA berubah
nama menjadi PT. PERTAMINA (Persero).
Berdasarkan UU No.8 tahun 1971, PT. Pertamina memiliki tugas utama sebagai
berikut :
1. Melaksanakan pengusahaan migas, guna memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat dan negara.
2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam negeri
yang pelaksanaannya telah diatur oleh peraturan pemerintah (KEPPRES No.
11 Tahun 1990). Dalam melaksanakan tugas tersebut, PT. Pertamina memiliki
empat kegiatan utama, yaitu :
a. Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini meliputi pencarian lokasi yang memiliki potensi ketersediaan
minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya, serta proses produksi menjadi
bahan baku unit pengolahan.
b. Pengolahan
Kegiatan ini meliputi proses distilasi, pemurnian, dan reaksi kimia tertentu
untuk mengolah crude menjadi produk yang diinginkan seperti premium,
solar, kerosin, LPG, dll.
c. Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan pembekalan meliputi impor crude sebagai bahan baku unit
pengolahan melalui sistem perpipaan sedangkan kegiatan pendistribusian
meliputi pengapalan.
d. Penunjang
Contohnya rumah sakit dan penginapan.
Tahun 2001 diterbitkan UU Migas No 22 tahun 2001 yang akhirnya mengantar
Pertamina menjadi PT. Pertamina (Persero). Selanjutnya pada tahun 2003 Pertamina
berubah status menjadi PT. Pertamina (Persero). Perubahan mendasar ada pada
peran regulator menjadi player.
Dahulu PT. Pertamina (PERSERO) memiliki tujuh unit pengolahan, akan tetapi
Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan yang berkapasitas 5 Million Barrel Stream
Day (MBSD) berhenti beroperasi pada tahun 2007 karena permasalahan pasokan
umpan, dan pada tahun 2012 adanya alat baru yaitu Project UU 32 mengenai
pengolahan limbah.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak yang ada dalam negeri,
PT. Pertamina hingga saat ini masih mengoperasikan enam refinery unit (RU) dari
tujuh refinery unit (RU) yang tersebar di Indonesia. RU I yang berada di Pangkalan
Brandan sudah ditutup dan enam refinery unit yang masih beroperasi.
Capacity Thou
Refinery Unit (RU) Unit Province
BPD
PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong merupakan satu dari refinery unit
yang dimiliki oleh PT. Pertamina. Daerah operasi PT. Pertamina RU III ini meliputi
kilang Plaju dan Sungai Gerong serta terminal Pulau Sambu dan Tanjung Uban.
Kilang minyak Plaju dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1903, kilang
ini mengolah minyak mentah dari Prabumulih dan Jambi. Pada tahun 1957, kilang ini
diambil oleh PT. Shell Indonesia dan pada tahun 1965 pemerintah Indonesia
mengambil alih kilang Plaju dari PT. Shell Indonesia. Kilang mempunyai kapasitas
produksi 100 Million Barrel Calender Day (MBCD). Kilang Sungai Gerong
dibangun oleh Stanvac pada tahun 1926. Kilang yang berkapasitas produk 70 MBCD
ini kemudian dibeli PT. Pertamina pada tahun 1970, sekarang kapasitasnya tinggal 25
MBCD sesuai dengan unit yang ada.
Pada tahun 1973, kedua kilang mengalami proses integrasi. Kedua kilang ini
disebut dengan Kilang Musi yang ada dalam pengawasan PT. Pertamina RU III dan
bertanggung jawab dalam pengadaan BBM untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung.
Sebagian besar peralatan di Kilang Plaju menggunakan teknologi lama sehingga
sudah tidak efisien lagi. Normalnya umur pabrik ini adalah 20 tahun dan sampai
sekarang ini, pabrik tersebut masih beroperasi melebihi umurnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut direncanakanlah pembuatan kilang minyak
baru yang disebut Proyek Kilang Musi (PKM). Sesuai dengan kebijakan pemerintah
yang tertuang dalam Inpres Nomor 12 dan 13 tahun 1983 tentang penjadwalan
kembali PKM, maka pelaksanaan PKM dilakukan secara bertahap. PKM tahap
pertama dijalankan pada tahun 1982 dengan menitikberatkan pada konservasi energi
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi unit-unit proses.
Hal ini diwujudkan dengan melakukan revamping dan pembangunan unit baru.
Upaya yang telah dilakukan pada PKM tahap I adalah sebagai berikut:
1. Revamping dapur dan beberapa peralatan Crude Distillation (CD) Plaju untuk
menurunkan pemakaian bahan bakar.
2. Revamping pada Riser-Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU) dan Unit
Light End Sungai Gerong.
3. Pembangunan unit distilasi bertekanan hampa New Vacuum Distilation Unit
(NVDU) di Sungai Gerong dengan kapasitas produksi 48 MBCD Long
Residue.
4. Mengganti koil pemanas tangki.
1982 Pembangunan High Vacuum Unit Sungai Gerong dan revamping Crude
Distillation Unit
1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi
150.000 ton/th
1986 Kilang Purified Terephtalic Acid (PTA) mulai berproduksi dengan
kapasitas 150.000 ton/th
1987 Proyek pengembangan konservasi energi/Energy Conservation
Improvemant
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
1990 Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/th
1994 PKM II: Pembangunan unit Polypropylene baru dengan kapasitas 45.200
ton/th, revamping RFCCU Sungai Gerong dan unit alkilasi, redesign
siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II Plaju,
pemasangan GTGCdan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz,
dan pembangunan WTU dan SARU
2002 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi
2003 Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju
dengan Sungai Gerong diresmikan
2007 Kilang TA/PTA berhenti beroperasi
Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang
PT. Pertamina RU III Plaju dan Sungai Gerong berlokasi di Palembang, Sumsel.
Di lingkungan RU III Plaju-Sungai Gerong selain terdapat kilang-kilang proses
beserta sarana penunjangnya, juga terdapat sarana perkantoran, perumahan, rumah
sakit, sarana ibadah (masjid dan gereja), sarana olahraga, sarana pendidikan, serta
penunjang lainnya.
PT. Pertamina RU III memiliki 2 buah kilang, yaitu :
a. Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah selatan
dan Sungai Komering di sebelah barat
b. Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai Musi
dan Sungai Komering.
Total luas wilayah PT. Pertamina seluas 921,02 Ha yang terletak pada 7 tempat
lokasi meliputi area pekantoran dan kilang Plaju (229,6 Ha), area kilang Sungai
Gerong (153,9 Ha), Pusdiklat Fire and Safety, Rumah Dinas Perusahaan (RDP) dan
Lapangan Golf Bagus kuning (51,4 Ha), Rumah Dinas Perusahaan (RDP) Kenten
(21,1 Ha), Lapangan Golf kenten (80,6), serta rumah dinas pegawai Plaju, Sungai
Gerong dan 3 ilir seluas 349,37 Ha.