Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan yang penyebabnya


adalah pemanasan global. Pemanasan global adalah dampak dari terakumulasinya
gas CO2 di atmosfer sehingga menimbulkan efek Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu
peningkatan suhu udara bumi secara global (Lestari 2011). Efek Gas Rumah Kaca
itu sendiri diantaranya yaitu, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous
oksida (N2O) yang bersifat menahan radiasi inframerah yang dipancarkan oleh
bumi di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan
(Gintings 2003).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai luas hutan terbesar
di dunia setelah Brazil dan Kongo. Laju deforestasi di Indonesia menurut
Departemen Kehutanan (2007) mencapai 1,08 juta hektar per tahun. Deforestasi
dan degradasi merupakan salah satu penyebab dari meningkatnya GRK karena
menurut Brown (1997) hampir 50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas
unsur karbon.
Meningkatnya emisi dan berkurangnya penyerapan menyebabkan tingkat
GRK di atmosfer kini menjadi lebih tinggi dibandingkan yang pernah terjadi.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa antara
tahun 1750 dan tahun 2005 konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer
meningkat sekitar 280 ppm (part per million) menjadi 379 ppm per tahun dan
meningkat terus dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun (UNDP 2007). Dampak
perubahan iklim menurut United Nation Development Programme (2007), antara
lain :
a) Perubahan musim dan curah hujan
b) Kejadian cuaca yang lebih ekstrim
c) Kenaikan muka air laut
d) Kenaikan suhu air laut
e) Kenaikan suhu udara
2

Perubahan iklim berdampak pada sumberdaya alam dan kehidupan


masyarakat utamanya mereka yang penghidupannya bergantung pada sumberdaya
alam (Sylviani & Niken 2010). Hasil penelitian Sylviani dan Niken (2010)
mendapatkan fenomena perubahan musim yang perlahan maupun yang ekstrim
memberikan dampak langsung pada masyarakat yang tinggal di pedalaman maupun
di pesisir serta perubahan iklim yang menjadikan tekanan masyarakat terhadap
hutan meningkat sehingga menimbulkan potensi konflik antara masyarakat dan
institusi pengelola kawasan/wilayah.

Perubahan musim dan curah hujan berdampak buruk pada sistem


pengelolaan sumberdaya alam sebagai sumber kehidupan. Dampak dari pergeseran
musim yakni semakin singkatnya musim hujan namun dengan curah hujan yang
lebih besar sehingga pola tanam juga akan mengalami pergeseran. Selain itu
kerusakan pertanian terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yang
berdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin. Fluktuasi suhu dan
kelembaban udara yang semakin meningkat mengurangi produktivitas pertanian.
Menurunnya hasil pertanian akan menurunkan pendapatan masyarakat yang
berdampak pada berkurangnya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat (Festiani
2011).

1.2 Rumusan Masalah

Perubahan iklim yang terjadi secara global berdampak pada perubahan


curah hujan, perubahan musim dan peningkatan suhu udara. Secara lokal terjadinya
perubahan iklim memberikan dampak kepada masyarakat terutama masyarakat
sekitar hutan yang hidupnya bergantung pada kelestarian sumberdaya alam yang
dipengaruhi oleh iklim lokal. Yayasan Pelangi Indonesia (2009)
mengklasifikasikan tanda-tanda perubahan iklim yang terjadi secara perlahan dan
yang terjadi secara ekstrim, serta dampak yang ditimbulkannya diklasifikasikan ke
dalam dampak langsung dan dampak turunan.

Dampak perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur


iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu
naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama
3

kelembaban dan dinamika atmosfer, berubahnya pola curah hujan dan


meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino 3
dan La-Nina, dan naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub
utara (Las 2007).

Berbagai penelitian dan pemodelan terhadap produksi pertanian dan


perubahan iklim menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif
terhadap produksi pertanian (Kurniawati 2011). Adanya perubahan iklim yang
terjadi maka dapat menyebabkan aktivitas pertanian menjadi terganggu (Handoko
et al. 2008). Menurut Kurniawati (2011) sektor pertanian merupakan sektor yang
memberikan kontribusi yang cukup besar dan menjadi sektor penting terutama bagi
masyarakat miskin.

Fenomena perubahan iklim memberikan dampak terhadap ekosistem hutan


dan kehidupan manusia, terutama yang berdomisili di negara berkembang yang
kurang mampu secara kondisi sosial ekonominya dan penghidupannya tergantung
pada hutan. Terkait dengan masyarakat, perubahan iklim yang berpengaruh pada
ketersediaan air berdampak pada sumber nafkah, ketahanan pangan, juga kesehatan
(Adger et al. 2009). Perubahan iklim langsung maupun tidak langsung berpengaruh
pada kehidupan masyarakat meski banyak diantara masyarakat tidak memahami
perubahan iklim, mereka yang penghidupannya dari hasil pertanian dan bergantung
pada sumberdaya alam (hutan) merasakan dampaknya (Departemen Kehutanan
2010).

Dampak buruk perubahan iklim memaksa masyarakat untuk beradaptasi


sesuai dengan pemahaman mengenai perubahan iklim. Adaptasi merupakan
tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial sebagai respon terhadap perubahan
dan variabilitas iklim. Adaptasi dapat mengurangi kerentanan dan resiko. Dengan
mengurangi kerentanannya, maka adaptasi terhadap perubahan iklim diharapkan
mengurangi dampak kepada komponen alam dan sosial (Herawaty dan Santoso
2007).

Adaptasi perubahan iklim dipahami sebagai penyesuaian hutan dan


masyarakat terhadap efek langsung dan tidak langsung dari perubahan iklim dengan
cara yang cukup merugikan atau memanfaatkan peluang yang menguntungkan
4

(Peter 2009). Klasifikasi dampak perubahan iklim akan membedakan penanganan


terhadap dampak yang sedang dan akan terjadi. Hasil penelitian Sylvani dan Niken
(2010) menunjukkan masyarakat dengan dan tanpa bantuan pemerintah mempunyai
kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Menurut Aziz dan
Napitupulu (2010) adaptasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
adaptasi spontan/reaktif dan adaptasi terencana/proaktif.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman masyarakat


terhadap perubahan iklim, jenis dampak dari perubahan iklim dan adaptasi yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan terhadap perubahan iklim berdasarkan
fenomena perubahan iklim yang dirasakan masyarakat sekitar hutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


mengenai kemampuan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim sehingga
dapat dijadikan pertimbangan menyusun langkah-langkah antisipasi mengahadapi
perubahan iklim.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cuaca dan Iklim

Menurut Sutjahjo dan Gatut (2007), cuaca adalah rata-rata kondisi atmosfer
di suatu tempat tertentu dengan waktu yang relatif singkat. Iklim adalah keadaan
rata-rata cuaca dari suatu wilayah yang luas dan diperhitungkan dalam jangka
waktu yang lama. Cuaca dan iklim mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

a) Temperatur atau suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara
disuatu tempat pada waktu tertentu.
b) Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air yang terdapat di
udara.
c) Curah hujan adalah titik-titik air hasil pengembunan uap air di udara yang
jatuh ke bumi.
d) Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara
maksimum ke daerah yang bertekanan minimum.
e) Tekanan udara adalah udara yang mempunyai massa atau tenaga yang
menekan bumi.
f) Penyinaran matahari adalah penerimaan energi matahari oleh permukaan
bumi dalam bentuk sinar-sinar gelombang pendek yang menerobos
atmosfer.

2.2 Musim

Musim adalah periode tahun yang dibedakan oleh suatu kondisi iklim
khusus meliputi musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Letak
geografis Indonesia menyebabkan wilayah Indonesia memiliki iklim muson yang
berpengaruh terhadap perubahan musim di Indonesia sehingga perubahan musim
di Indonesia terjadi dari musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau adalah
6

musim dengan curah hujan <50 mm/dasarian dan diikuti oleh dasarian berikutnya,
sedangkan musim hujan adalah kondisi sebaliknya dengan curah hujan >50
mm/dasarian dan diikuti oleh dasarian berikutnya. Pergantian musim antara musim
hujan dan kemarau terjadi apabila curah hujan dalam tiga dasarian melampaui atau
kurang dari 50 mm diikuti oleh dua dasarian berikutnya (Nasrullah 2011).
2.3 Perubahan Iklim dan Dampaknya

Definisi perubahan iklim menurut Intergoverment Panel on Climate


Change (IPCC) mengacu pada perubahan dalam status iklim yang diidentifikasikan
dengan perubahan rata-rata dan/atau variabilitas faktor-faktor yang berkaitan
dengan iklim dan tetap berlaku untuk satu periode yang luas atau lebih panjang.

2.3.1 Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi


sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer. Iklim bumi
dipengaruhi oleh suhu global rata-rata dan peka terhadap perubahan suhu. Suhu
bumi ditentukan oleh keseimbangan antara energi yang datang dari matahari dan
energi yang diemisikan dari permukaan bumi ke luar angkasa. Radiasi inframerah
dari permukaan bumi sebagian diserap oleh beberapa gas rumah kaca (khususnya
CO2 dan uap air) di atmosfer dan sebagian diemisikan ke permukaan untuk
memanasi permukaan bumi dan atmosfer bawah (Syahbana 2011).

Menurut Koesmaryono (1999), perubahan iklim dan pemanasan global


diduga akan meningkatkan kekerapan dan intensitas peristiwa El-Nino Southern
Oscillation (ENSO). Peristiwa ini sering dikaitkan dengan penghangatan atau
pendinginan suhu muka laut yang menyimpang dari normal yang berakibat pada
cuaca atau sering disebut dengan El-Nino dan La-Nina. Kejadian kekeringan
akibat El-Nino telah menyebabkan meningkatnya luas daerah tanam yang terkena
kekeringan sampai 8 10 kali lipat dan sebaliknya La-Nina menyebabkan
meningkatnya luas tanaman yang terkena banjir sempai 4 5 kali lipat dari kondisi
normal.
7

2.3.2 Perubahan Iklim di Indonesia

Indonesia menurut Boer et al. (2003), berdasarkan data hujan historis yang
dibagi dua periode, yaitu tahun 1931 1960 dan 1961 1990, diperoleh
kecenderungan bahwa curah hujan dimusim penghujan wilayah Selatan Indonesia
dan sebagian kawasan Indonesia Timur akan semakin basah dan musim kemarau
akan semakin kering. Sedangkan pada Indonesia bagian Utara, curah hujan pada
musim penghujan akan semakin berkurang dan musim kemarau akan semakin
bertambah.

Data historis trend curah hujan di Indonesia (data NOAA 2005) yang
dikutip Susandi (2012) menunjukkan dari tahun 1950 hingga tahun 2000 di
Indonesia terus terjadi peningkatan curah hujan. Menurut Tjahyono (1997) dalam
laporan akhir Kementerian Lingkungan Hidup (2001), menyebutkan bahwa
pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang dipengaruhi oleh sistem monsoon, lemah
pada daerah sistem equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan sistem lokal.
Menurut Koesmaryono (1999) dalam Syahbana (2011), gejala kebalikan dari
ElNino adalah La-Nina, yaitu mendinginnya permukaan laut Pasifik Timur
sehingga pusat konvergensi udara pasifik tropis akan berada di wilayah Indonesia
dimana udara panas cenderung membentuk awan dan hujan serta memungkinkan
terjadinya banjir. Frekuensi kejadian La-Nina dalam kurun waktu 100 tahun
terakhir sekitar separuh jumlah kejadian El-Nino dan 16 kali peristiwa La-Nina,
sekitar 87% terjadi berdampingan dengan El-Nino, serta umumnya La-Nina
mendahului El-Nino.

2.3.3 Dampak Perubahan Iklim

Studi yang dilakukan oleh Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa


secara temporal akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan
dan penurunan curah hujan pada musim kemarau di beberapa wilayah. Ini yang
dirasakan oleh banyak petani di sebagian besar wilayah yang di survey dalam
rangka verifikasi lapang, dan hal tersebut berpotensi menjadi bencana banjir serta
bencana kekeringan yang dapat mengganggu produksi pangan strategis.
8

Perubahan iklim berdampak pada berbagai sektor dan sangat kompleks


karena mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Bila tidak mulai ditangani
dengan serius, kondisi ini dapat menjadi bencana dan berdampak sangat luas.
Dampak tersebut dapat meliputi aspek ekonomi, sosial budaya hingga politik.
Dampak perubahan iklim menyangkut hajat kehidupan dasar masyarakat untuk
hidup yang meliputi ketersediaan pangan dan keamanan untuk tinggal. Di sektor
kelautan perubahan iklim mengakibatkan kenaikan suhu permukaan air laut;
peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim; perubahan pola curah hujan
dan limpasan air tawar yang dipicu oleh fenomena El-Nino dan La-Nina;
perubahan pola sirkulasi laut dan kenaikan muka air laut (Sucofindo, 2009). Hasil
penelitian World Wide Fund (WWF) mendapatkan adanya peningkatan suhu
sebesar 0,3C sejak tahun 1990 dan peningkatan suhu ini diperkirakan akan terus
berlanjut. Penelitian Aldrian dan Alfian (2008) dalam Sylvani dan Niken (2010)
menunjukkan adanya peningkatan suhu permukaan laut antara 0,0148C
0,0268C di Makassar, Lifamatola, Halmahera, Lombok, Ombai dan Timor.
Naiknya suhu muka laut berdampak antara lain pada perubahan siklus hidrologi
yang berakibat berubahnya pola curah hujan dan aliran air tawar. Di sektor
kesehatan, perubahan iklim global berpengaruh terhadap perubahan resiko
penyakit yang utamanya ditularkan oleh vektor nyamuk. Peningkatan suhu
mempercepat pertumbuhan larva dan nyamuk sehingga meningkatkan resiko
penularan malaria dan demam berdarah. Selain suhu, peningkatan curah hujan
menyebabkan genangan air yang merupakan habitat potensial bagi
berkembangnya larva nyamuk. Hasil penelitian mendapatkan makin banyaknya
daerah di Indonesia yang rawan malaria dan demam berdarah (PT. Sucofindo,
2009).

2.4 Persepsi Terhadap Perubahan Iklim

Persepsi dalam arti sempit merupakan suatu penglihatan bagaimana


seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas yaitu pandangan atau
pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengerti sesuatu (Leavitt 1978).
Menurut Muchtar (1998) dalam Yuwono (2006), persepsi adalah proses
penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu objek atau peristiwa yang
9

diinformasikan sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan


menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya
dan lingkungan dimana ia berada dan dapat menentukan tindakannya.

Menurut Schiffman and Kanuk (1987) dalam Festiani (2011) setiap individu
mempunyai pandangan yang spesifik dalam melihat suatu realita. Empat orang
yang secara bersama-sama melihat suatu kejadian yang sama, dapat menuliskan
empat macam laporan yang ditulis secara jujur tetapi isinya berbeda-beda satu sama
lain. Hal ini terjadi karena bagi setiap orang realita adalah suatu fenomena yang
bersifat individual tergantung dari kebutuhan, keinginan, nilai yang dipegang dan
pengalaman dari individu tersebut. Jadi, bagi individu, realita bukanlah merupakan
realita objektif. Cara memandang suatu kenyataan yang berbeda-beda antara
individu yang satu dengan lainnya disebut persepsi.

Penduduk lokal Phinaya di wilayah Pegunungan Andes, Peru, dalam studi


Adger et al. (2009) mengemukakan berbagai persepsi mengenai perubahan iklim.
Fenomena alam yang disebakan oleh ketidakstabilan atmosfer ini dianggap sebagai
suatu proses lingkungan yang menyebabkan mencairnya lapisan es di wilayah
tersebut. Proses ini beberapa kali disebut oleh masyarakat setempat sebagai
tukurapunqa vida yang berarti akhir dari kehidupan. Makna kalimat tersebut
lebih dipresentasikan kepada kepunahan Alpaca (spesies domba di wilayah Andes)
dan kedatangan angin besar yang akan menyapu seluruh vegetasi.

2.5 Strategi Adaptasi


Strategi adaptasi menurut Las (2007) adalah pengembangan berbagai upaya
adaptif dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap
sumberdaya infrastruktur dan lain-lain melalui :
a) Reinventarisasi dan redeliniasi potensi karakterisasi sumberdaya lahan dan
air.
b) Penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi
sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air.
Penyesuaian sistem usaha tani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis
tanaman dan vareitas, dan sistem pengolahan tanah.
10

Adaptasi disusun oleh berbagai tindakan dalam masyarakat yang dilakukan


oleh individu, kelompok, dan pemerintah. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan. Hal tersebut
dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan pribadi, atau tersusun dalam
aksi pemerintah dan publik untuk melindungi penduduknya (Adger et al. 2003).
IPCC sebagai lembaga antar-pemerintah yang membahas sisi ilmiah perubahan
iklim mendifinisikan adaptasi sebagai penyesuaian sistem manusia atau alam dalam
menanggapi rangsang iklim yang sebenarnya atau yang diperkirakan atau efeknya,
yang meringankan/merugikan atau mengeksploitasi peluang yang menguntungkan.
Adaptasi secara umum dibedakan menjadi adaptasi reaktif dan adaptasi proaktif
(FAO 2007). Upaya adaptasi reaktif merupakan upaya yang lebih dikenal
dibandingkan dengan adaptasi proaktif.
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

Terjadinya perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung memberikan


dampak negatif pada masyarakat. dampak perubahan iklim tersebut diantara perubahan
musim dan curah hujan, kejadian cuaca yang lebih ekstrim, kenaikan muka air laut, dan
kenaikan suhu global. Akibat yang ditimbulkan dari perubahan iklim berpengaruh
kepada masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam seperti
bertani, berkebun, dan mencari ikan. Fenomena perubahan iklim memaksa masyarakat
yang bergantung pada sumberdaya alam untuk melakukan suatu tindakan adaptasi
untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim.

Adaptasi yang dilakukan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah


satu faktor untuk beradaptasi diantaranya pemahaman masyarakat terhadap perubahan
iklim. Selain itu, dampak yang ditimbulkan perubahan iklim juga mempengaruhi
tingkatan adaptasi yang akan diambil. Berdasarkan tanda-tanda terjadinya, perubahan
iklim dapat dibagi menjadi dua yaitu, perubahan iklim secara perlahan dan perubahan
iklim secara ekstrim. Kedua tanda-tanda telah terjadinya perubahan iklim tersebut akan
memberikan dampak langsung dan dampak turunan. Dampak langsung adalah dampak
yang langsung terjadi terhadap lingkungan dan dapat dilihat serta dirasakan. Sedangkan
dampak turunan adalah akibat dari dampak terhadap lingkungan yang terjadi beberapa
waktu kemudian dan dapat dirasakan langsung baik bagi rumah tangga maupun
kelompok. Klasifikasi tersebut akan membedakan penangan terhadap dampak yang
terjadi.

Masyarakat sekitar hutan sebagai suatu kelompok yang bergantung


penghidupannya dari sumberdaya alam. Oleh karena itu, terjadinya perubahan iklim
berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Berdasarkan dampak
yang terjadi maka akan diketahui jenis adaptasi yang dilakukan masyarakat sekitar
hutan berdasarkan klasifikasi dampak. Sehingga terlihat kendala masyarakat untuk
beradaptasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penanganan terhadap
perubahan iklim. Alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan sebagai
berikut :

Perubahan Iklim

Persepsi terhadap
perubahan iklim

Perlahan Ekstrim

Dampak Langsung Dampak Turunan

Adaptasi Masyarakat

Adaptasi Reaktif Adaptasi Proaktif

Gambar 1 Kerangka Pemikiran


3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat dan observasi
lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh
melalui berbagai sumber diantaranya, data kondisi umum penelitian dan data yang
berkaitan dengan perubahan iklim.

Data primer yang dikumpulkan meliputi data identitas responden, perubahan


musim di lokasi penelitian, perubahan suhu di lokasi penelitian, dampak perubahan
musim dan adaptasi terhadap perubahan musim. Sedangkan data sekunder meliputi
data kondisi umum lokasi penelitian dan data demografi lokasi penelitian.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Teknik penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling terhadap


responden yang berkaitan dengan perubahan iklim. Purposive Sampling adalah metode
pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan struktur
penelitian, dimana pengambilan sampel dengan mengambil sampel orang-orang yang
dipilih oleh penulis menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu (Djarwanto
1998).
Pemilihan desa penelitian berdasarkan ketinggian lokasi desa dari permukaan
laut yang berada di dataran tinggi dan dataran rendah serta kemudahan akses menuju
lokasi penelitian. Responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang mata
pencaharian berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam. Selain itu dilakukan
wawancara kepada lembaga yang ada dan aparat desa setempat perihal dampak
perubahan iklim dan adaptasi yang dilakukan. Responden berasal dari Desa Toro
sebanyak 30 orang dan Desa Omu sebanyak 30 orang. Pengumpulan data juga
dilakukan melalui studi pustaka untuk menunjang penelitian. Lebih lanjut metode
pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1 Metode Pengumpulan Data
No Metoda Sumber data/Responden Lokasi
1. Studi Pustaka Buku, Internet, Penelitian dll. Kampus
2. Pencatatan Instansi Pemerintah Propinsi,
Kabupaten, Desa
3. Pengamatan Teknik beradaptasi, alternatif mata Desa
lapangan pencaharian, bangunan pereduksi
dampak, kondisi lingkungan hutan,
dll
4. Wawancara Responden masyarakat sekitar hutan Desa

Metode Analisis Data


Menganalisis data merupakan proses lanjutan setelah dilakukannya pengumpulan
data. Menganalisis data ditujukan agar data yang telah dikumpulkan dapat lebih berarti
serta dapat memberikan informasi. Adanya hasil analisis data ini dapat memberikan
jawaban atas perumusan masalah yang terdapat dalam perumusan ini. Pengolahan data
dilakukan secara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dengan terlebih dahulu
melakukan identifikasi dampak perubahan iklim terhadap lingkungan sumberdaya dan
masyarakat serta strategi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap perubahan iklim
(Tabel 2).
Tabel 2 Metode Analisis Data
Jenis data Metode Pengolahan dan Analisis
Jenis-jenis dampak a. Indentifikasi jenis-jenis dampak terhadap kondisi
perubahan musim terhadap SDH, SDM dan kondisi lingkungan pemukiman
lingkungan hutan dan dan fasilitas umum
masyarakat
b. Analisis deskriptif
Jenis adaptasi dan Identifikasi bentuk adaptasi
hambatan masyarakat a. Klasifikasi bentuk-bentuk adaptasi sesuai jenis
dalam melakukan adaptasi b. sumber dana
terhadap perubahan iklim c. Analisis deskriptif
Sumber: Sylvani dan Sakuntaladewi (2010)
Secara garis besar penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan
menganalisa dampak perubahan iklim dan adaptasi yang dilakukan masyarakat
terhadap perubahan iklim yang dirasakan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual
dan akurat. Penelitian deskriptif bersifat komparatif dengan membandingkan
persamaan dan perbedaan fenomena tertentu (Sugiyono 2006).

Anda mungkin juga menyukai