Anda di halaman 1dari 3

POTENSIAL ASMOTIK

I. DASAR TEORI
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan khususnya
dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada tumbuhan tinggi
merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu senyawa selulosa yang berwujud
mikrofibril atau benang halus. Matriks pada dinding sel ini tersusun dari beberapa senyawa
yaitu hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein dan lemak.
Pada sel, dinding yang tegarlah yang menyebabakan naiknya tekanan. Struktur antara
dinding sel dan membrane sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih
cepat daripada unsur terlarur; dinding sel primer biasanya sangat permeabel terhadap
keduanya. Memang membrane sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi
dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai
dinding, sehingga bila timbul tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang
terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam
menegakkan bagian tumbuhan yang tidak berkayu.
Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel
sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada fleksibilitas, ketebalan,
susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti, 1999).
Seluruh aktivitas sel tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini.
Dinding sel selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar
masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Sel tumbuhan merupakan
bagian terkecil dari sistem hidup dan di dalam sistem ini sel-sel saling bergantung. Perilaku
sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel itu sendiri tetapi juga sel-sel di sekitarnya dan
tumbuhan itu sendiri serta lingkungan luar. Berbagai macam zat seperti makanan, zat mineral,
air dan gas bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau partikel.
Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang meliputi
air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel yang bersinggungan
langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di akar, batang dan daun yang
kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan melalui ruang-ruang dalam sel (Tjitrosomo,
1987).
Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk ke dalam sel tumbuhan melalui
proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-
zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Proses difusi berlangsung dari daerah yang
memilki konsentrasi partikel tinggi ke daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi
memiliki peranan penting dalam sel-sel tumbuhan yang hidup.
Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh dalam
bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-unsur dan bahan-
bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan bergerak dari sel ke sel dengan
jalan difusi (Tjitrosomo, 1987).
Difusi berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi. Selain perbedaan
konsentrasi, perbedaan sifat juga dapat menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990).
Sedangkan osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang
konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui membran
semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya mengizinkan lalunya
air dan menghambat lalunya zat terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air
atau potensial air yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi
(Sasmitamihardja, 1990).
Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan tekanan
nyata di bagian sisem tertentu; dan potensial osmotik (disebut juga potensial linarut) terjadi
karena adanya unsur terlarut. Lambang yang tepat untuk potensial tekanan adalah huruf
Yunani psi p, tapi P dapat juga digunakan. Lambang untuk potensial osmotik atau potensial
linarut adalah s. Perkembangan tekanan osmosis itu bukanlah milik larutan semata, tetapi
milik seluruh sistem yang terdiri dari larutan, selaput (membran), dan bahan terlarut. Sifat
larutan yang diukur dengan tekanan osmosis itu disebut potensial osmosis (PO) dan alat
untuk mengukur besarnya tekanan osmosis disebut osmometer.
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel lebih
rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada
kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh
ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan
kembali dengan memasukkannya ke dalam air murni (Tjitrosomo, 1987).
Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air secara
difusi, tetapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan massa air yang terjadi karena
adanya gradien tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul akibat pergerakan secara difusi.
Pada metode volume jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dengan
ragam konsentrasi yang diketahui (biasanya sukrosa, sorbitol, manitol,dan lain lain). Pelarut
terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang tidak mudah melintasi membran atau
yang tidak merusak jaringan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan larutan yang tidak
mengubah volume jaringan, artinya tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Ini
menandakan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak semula berada dalam kesetimbangan.
Potensial air jaringan sudah dan masih sama dengan potensial air larutan. Pada tekanan
atmosfer, saat P = 0, maka = s. Nilai s untuk larutan, yang diketahui konsentrasinya
(Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995)

II. CARA KERJA

Pertama kita buat sayatan tipis pada epidermis bawah daun selanjutnya buat
preparat dan hitung jumlah sel yang utuh lalu ambil sample tersebut kemudian
celupkan pada larutan gula selama kurang lebih 15 menit setelah itu hitung kembali
sel yang utuh.

III. DAFTAR PUSTAKA


Salisbury, Frank B dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit: ITB. Bandung.
Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel. Malang: FMIPA
UM.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah H.S. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Bandung: FMIPA-ITB.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai