Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

STRUKTUR PERKEMBANGANGAN HEWAN 1


SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA
DAN HEWAN VERTEBRATA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SPH 1
yang dibina oleh Ibu Umie Lestari

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Gufron Alifi (160342606296)
2. Ratri Arum Apsari (160342606243)
3. Rima Girinita Sari (160342606230)

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2017
BAB 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh
serta membuang CO2 dari dalam tubuh. Kita sering mendengar istilah respirasi
eksternal dan internal. Pada dasarnya, pengertian respirasi eksternal sama dengan
bernafas, sedangkan respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses penggunaan
oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2.
Penyelenggaraan respirasi harus didukung oleh alat pernafasan yang sesuai, yaitu alat
yang dapat digunakan oleh hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan
lingkungannya. Alat yang dimaksud dapat berupa alat pernafasan khusus ataupun tidak.
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya digunakan dalam proses
fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan
ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi anaerob. Akan tetapi, proses
tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat
menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah respirasi aerob. Dalam proses anaerob,
sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam
proses aerob, molekul yang sama akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP. Oleh
karena itu, hampir semua hewan sangat sangat bergantung pada proses respirasi
(pembentukan ATP) secara aerob. Respirasi sel (internal) akan menghasilkan zat sisa
berupa CO2 dan air,yang harus segera dikeluarkan dari sel. (Isnaeni, 2006:191-192)
1.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dan fungsi umum sistem respirasi?
2. Bagaimana sistem respirasi pada kelas vertebrata (Pisces,, Amphibia, Reptilia,
Aves, dan Mammalia) dan manusia?

1.2 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian dan fungsi umum sistem respirasi.
2. Menjelaskan sistem respirasi pada kelas vertebrata (Pisces, Amphibia, Reptilia,
Aves, dan Mammalia) dan manusi
BAB II

2. Pembahasan

2.1 Pengertian dan Fungsi umum Respirasi

Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan


karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh.
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau
respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara difusi.
Hewan-hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara
langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar. Untuk itu,
organ-organ tertentu yang tergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk
melakukan pertukaran gas-gas pernafasan bagi keperluan seluruh tubuh hewan.
Pernafasan atau respirasi dapat dibedakan dalam dua tahap. Tahap pemasukan
oksigen ke dalam dan pengeluaran karbon dioksida ke luar tubuh melalui organ-organ
pernafasan disebut respirasi eksternal. Pengangkutan gas-gas pernafasan dari
organ-organ pernafasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya, dilakukan oleh sistem
sirkulasi. Tahap berikutnya adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan
CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal.
Untuk dapat terjadinya difusi gas-gas pernafasan antara lingkungan dengan
pembuluh darah yang terdapat di bawah permukaan respiratoris, harus dipenuhi
syarat-syarat antara lain: permukaan tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup
luas dan cukup tipis, selalu basah dan permeable terhadap gas-gas pernafasan, dan
terdapat perbedaan konsentrasi gas-gas pernafasan antara di medium dan di dalam
darah.
Organ pernafasan pokok pada vertebrata pascaembrio adalah ingsang dan
paru-paru, walaupun ada juga beberapa struktur lain yang berperan dalam pernafasan,
misalnya kulit dan gelembung renang.
2.2. Sistem Respirasi pada kelas vertebrata dan manusia.
1. Sistem Respirasi pada Pisces.
Insang vertebrata dirancang untuk bernafas air. Di lingkungan perairan, konsentrasi
oksigen yang terlarut rendah yaitu kurang lebih 5ml/L(air pada suhu 20C). Air bersifat
lebih rapat dari udara, sehingga oksigen berdifusi dalam air secara lebih lambat. Organ
respirasi yang paling sesuai untuk kehidupan vertebrata akuatik adalah insang.
Beberapa jenis ikan misalnya belut,selain bernafas dengan insang juga memanfaatkan
pernafasan kulit. Kurang lebih 60% kebutuhan oksigen belut dipenuhi melalui
pernaafasan kulit. Pada beberapa jenis ikan, gelembung renang, dan paru-paru
merupakan struktur yang turut berperan dalam proses respirasi insang.
Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari
sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.

Pada ikan berangka tulang (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operkulum), sedangkan pada ikan berangka tulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang.

a. Sistem Pernapasan pada ikan berangka tulang


Ikan berangka tulang umumnya mempunyai empat pasang insang pada
masing-masing sisi faring, terlindung oleh operkulum. Masing-masing insang terdiri
dari sebuah lengkung insang(arkus brankhialis) yang terrsusun atas tulang atau rawan.
Pada sisi dalam lengkung insang terdapat rigi-rigi insang (gill rekers) yang berfungsi
untuk menyaring air pernafasan. Pada sisi lateral lengkung insang melekat setangkup
filamen insang yang terbentuk seperti sisir. Masing-masing filamen mengandung
lamela-lamela transversal yang mengandung epitel pipih yang banyak kapiler darah
yang merupakan cabang dari arteri brankhialis(arteri brankhialis afferen dan arteri
brankhialis efferen). Arah aliran darah dalam filamen insang berlawanan dengan arah
aliran air yang melintasi insang.

Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan mas. Insang ikan mas tersimpan
dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang (operkulum).
Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan
berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang
melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas
jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak
pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah
pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.

Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi.
Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh.
Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju
insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan
berulang-ulang.

Gambar: Ingsang pada ikan berangka tulang. (A) ingsang dalam ruangan ingsang,
operculum di hilangkan. (B) bagian ingsang, meperlihatkan rigi-rigi ingsang dan
filamen ingsang, dengan arah aliran darah; gelap, pembuluh afferen; tentang
pembuluh afferen. (C) bagian dari satu filamen dengan lamela-lamela transversal
yang mengandung kapiler-kapiler darah (sumber: Storer, 1979).

1.Fase inspirasi ikan

Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel
pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,sebaliknya celah belakang
insang tertutup. Akibatnya tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada
tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga
mulut

2. Fase ekspirasi ikan

Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang
kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut
mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada
tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air
dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh
kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada
fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang,
dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.

b. Sistem Pernapasan pada ikan berangka tulang rawan


Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang (operkulum)
misalnya pada ikan hiu. Masuk dan keluarnya udara dari rongga mulut, disebabkan
oleh perubahan tekanan pada rongga mulut yang ditimbulkan oleh perubahan volume
rongga mulut akibat gerakan naik turun rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke
bawah, volume rongga mulut bertambah, sehingga tekanannya lebih kecil dari
tekanan air di sekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke rongga mulut melalui celah
mulut yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi. Bila dasar mulut bergerak ke
atas, volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah mulut tertutup, sehingga
air mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah proses ekspirasi CO2. Pada
saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
Gelembung renang dan paru-paru ikan

Gelembung renang (pneumatosis) pada ikan adalah suatu kantong berselaput


tipis yang terletak diantara rongga perut dan kolumna vertebralis. Struktur ini terjadi
dari penonjolan dinding dorsal faring. Gelembung renang berisi campuran gas
oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida yang masuk keluar melalui saluran
penghubung dengan asofagus(duktus pneumatikus). Gelembung renang yang
mempunyai saluran penghubung dengan esofagus disebut fisotomi, sedangkan yang
tidak mempunyai saluran penghubung disebut fiksolisti.

Fungsi utama gelembung renang adalah sebagai alat hidrolisis, yaitu untuk dapat
naik-turun di dalam air. Selain itu struktur sel ini juga berfungsi untuk menghasilkan
suara serta untuk menerima suara dan tekanan. Gelembung renang itu sendiri bukan
organ pernafasan. Tetapi pada beberapa jenis ikan, terutama yang dapat hidup di
tempat-tempat dengan sedikit air, gelembung renang dapat berfungsi sebagai organ
pernafasan, karena dalam kondisi kekurangan oksigen insang tidak dapat berfungsi
dengan baik.

Ikan paru-paru (Dipnoi), mempunyai paru-paru yang sebenarnya. Berbeda


dengan gelembung renang, paru-paru tersebut merupakan penonjolan dinding ventral
faring. Paru-paru Dipnoi merupakan paru-paru yang paling primitif. Paru-paru ini
berfungsi sebagai pelengkap pernafasan insang, bahkan dalam waktu yang panjang di
luar air (pada saat kekeringan), paru-paru tersebut merupakan organ pernafasan yang
utama. Struktur paru-paru Dipnoi masih sangat sederhana, dindingnya licin, berotot
lurik dan mengandung anyaman pembuluh darah, mempunyai saluran penghubung
dengan faring untuk keluar-masuk udara pernafasan.

Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia. Selain


mempunyai insang, ikan paru paru mempunyai satu atau sepasang gelembung udara
seperti paru-paru yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan, yaitu pulmosis.
Pulmosis banyak dikelilingi pembuluh darah dan dihubungkan dengan kerongkongan
oleh duktus pneumatikus. Saluran ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara
dari mulut ke gelembung dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi
udara ke kapiler darah.
Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Ikan ini mampu bertahan hidup
walaupun airnya kering dan insangnya tidak berfungsi, karena ia bernapas
menggunakan gelembung udara.

2. Sistem pernapasan pada Amphibi


Pada ampibhi, kulit adalah organ pernapasan utama, dan pada beberapa spesies,
kulit adalah organ pernapasan khusus. Kulit yang lembab dan lapisan keratin relatif
tipis, sehingga mudah difusi gas antara lingkungan dan pasokan yang kaya kapiler
dalam integumen.
Dalam amfibi air, celah faring sering bertahan dengan insang internal. insang
eksternal berbulu ada juga terutama di kalangan amfibi berudu. Kebanyakan, tetapi
tidak semua, amfibi memiliki paru-paru untuk menghirup udara.

Alat pernapasan pada amphibi yaitu:


1. Insang
Insang pada berudu terletak di belakang kepala berudu dan terdiri dari 3 pasang.
Insang pada berudu akan bergetar dan oksigen yang larut dalam air akan terserap dan
selanjutnya akan masuk ke kapiler darah yang banyak jumlahnya dalam insang melalui
proses difusi. Setelah berumur 12 hari insang dalam pada berudu amphibi akan berubah
menjadi insang luar yang tertutup oleh lapisan kulit.Fungsi insang pada berudu hampir
sama dengan fungsi insang pada sistem pernafasan pada ikan.
2. Kulit
Pernapasan pada am[hibi juga berlangsung melalui kulitnya. Kulit amphibi
tipis(setebal 5-8 sel) dan lembab serta banyak mengandung kelenjar mukosa sehingga
selalu basah, dan kaya dengan kapiler darah yang merupakan lanjutan dari arteria
kutanea, memungkinkan Amphibia untuk melakukan pernafasan kulit. Pernafasan
kulit terjadi baik di darat maupun di dalam air.
Mekanisme pernapasan melalui kulit dimulai saat oksigen masuk ke dalam tubuh
melalui kulit dan selanjutnya akan dibawa melalui pembuluh vena pada kulit paru-paru
yang yang disebut vena pulmo kutanea. Selanjutnya oksigen dari vena pulmo kutanea
akan menuju jantung dan dialirkan keseluruh tubuh untuk proses metabolisme. Proses
ekspirasi terjadi saat karbon dioksida dipompa oleh jantung ke dalam paru-paru dan
permukaan kulit dan selanjutnya karbon dioksida akan dikeluarkan melalui arteri kulit
paru-paru (arteri pulmo kutanea) lewat proses difusi.

3. Paru-paru
Paru-paru hewan amphibi memuliki fungsi yang sama dengan fungsi paru-paru
manusia namun memiliki bagian-bangian yang berbeda dengan bagian-bagian
paru-paru manusia. Paru-paru amphibi masih dapat dibilang sederhana dan terdiri dari
sepasang kantung tipis menyerupai balon dan elastis. Paru-paru amphibi berwarna
kemerahan karena banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Paru-paru terhubung
dengan rongga mulut hewan amphibi melalui saluran bronkus yang pendek yang
meiliki celah atau lubang pada rongga mulut yang disebut glotis. Pada glotis inilah juga
terdapat larynx atau kotak suara. Fungsi bronkus pada hewan amphibi tidak jauh
berbeda dengan fungsi bronkus manusia dan sistem paru-parunya sama dengan sistem
pernapasan pada mamalia.

Mekanisme pernafasan katak juga tidak jauh berbeda dengan sistem pernapasan
manusia. Amphibi dapat mengambil oksigen diudara melalui lubang nostril pada
hidungnya dan selanjutnya dibawa ke paru-paru. Namun, berbeda dengan manusia,
katak tidak memiliki diafragma sehingga rongga dadanya tidak bisa membesar dan
mengecil.
Mekanisme pernapasan hewan amphibi juga diatur oleh beberapa jenis otot yaitu otot
rahang bawah (musculus submandibularis), otot sternohyodeus (musculus
sternohyoideus), otot geniohyoideus (musculus geniohyoideus), dan otot perut. Berikut
adalah mekanisme fase inspirasi dan ekspirasi pada hewan amphibi dan biasanya fase
tersebut terjadi saat rongga mulut menutup.
4. Fase Inspirasi
Otot sternohioideus berkontraksi > rongga mulut membesar > Oksigen masuk
melalui koane (celah hidung) > koane menutup > otot submandibularis dan otot
geniohioideus berkontraksi > rongga mulut mengecil > O2 terdorong ke paru-paru
melalui celah-celah > pertukaran gas di paru-paru (Oksigen diikat oleh darah di
kapiler dinding paru-paru, karbondioksida dilepaskan ke lingkungan).

5. Fase Ekspirasi
Terjadi pertukaran gas di paru-paru > otot submandibularis berelaksasi > otot perut
dan sternohioideus berkontraksi > paru-paru mengecil > udara tertekan keluar dan
masuk ke rongga mulut > koane membuka > celah tekak menutup > otot
submandibularis dan geniohioideus berkontraksi > rongga mulur mengecil >
karbondioksida terdorong keluar melalui koane.
3. Sistem Pernapasan Reptil.
Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari amphibia. Dinding laring
dibentuk oleh tulang rawan aritenoidea dan tulang rawan krikoidea. Trakhea dan
bronkus lebih panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Tempat
percabangan trakhea menjadi bronkus disebut bifurkatio trakhea. Bronkus masuk ke
dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi.

Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berbentuk fusiform, berjumlah


sepasang. Struktur dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian
anterior lebih banyak berpetak daripada bagian posterior.
Alat pernapasan reptilia meliputi hidung, batang tenggorok, dan paru-paru.
Pertukaran oksigen dengan karbon dioksida terjadi dalam paru-paru. Udara masuk ke
lubang hidung melewati batang tenggorok dan masuk ke dalam paru-paru. Di dalam
paru-paru terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Berikut adalah mekanisme pernapasan reptil:

Fase Inspirasi Otot tulang rusuk berkontraksi > rongga dada membesar >
paru-paru mengembang > O2 masuk melalui lubang hidung > rongga mulut
> anak tekak > trakea yang panjang > bronkiolus dalam paru-paru > O2
diangkut darah menuju seluruh tubuh.
Fase Ekspirasi Otot tulang rusuk berelaksasi > rongga dada mengecil >
paru-paru mengecil > CO2 dari jaringan tubuh menuju jantung melalui darah
> paru-paru > bronkiolus > trakea yang panjang > anak tekak > rongga
mulut > lubang hidung.

Alur faring dan celah faring sesekali muncul selama perkembangan embrio
awal reptil, tetapi mereka tidak pernah menjadi berfungsi setelah lahir. Dalam
beberapa kelompok, tambahan respirasi kulit itu penting, tetapi untuk sebagian besar
bagian, sepasang paru memenuhi kebutuhan pernapasan mereka.
Paru-paru ular dan kadal biasanya mencakup ruang udara sentral tunggal yang
menjadi faveoli terbuka. Tali otot polos mengelilingi pembukaan pada setiap faveolus.
Dinding tipis dari masing-masing membawa tempat kapiler dan dapat dibagi oleh
septa internal yang lebih kecil. Kadang-kadang faveoli berkurang di bagian posterior
dari paru-paru. Dalam kadal, penyu, dan buaya, ruang udara pusat tunggal itu sendiri
dibagi menjadi banyak ruang internal yang menerima udara dari trakea. Ruang
internal berventilasi dengan gerakan pernafasan, sedangkan pertukaran gas antara
faveoli dan ruang ini tampaknya terjadi secara difusi.

Pengisian paru-paru di semua reptil melalui mekanisme pompa aspirasi,


meskipun bagian anatomi yang berperan mungkin berbeda. Pompa aspirasi bertindak
dari dinding paru-paru untuk mengubah bentuk dan menginduksi aliran udara di atau
ke luar. Tulang rusuk mengubah bentuk dinding tubuh sekitar paru-paru, dan otot
interkostal yang bergerak diantara tulang rusuk dan memindahkan mereka. Dalam
kadal, misalnya, sekumpulan otot interkostal aktif memindahkan rusuk ke depan dan
ke luar selama inhalasi. Hasilnya yaitu untuk memperbesar rongga sekitar paru-paru,
menurunkan dan menekan kedalamnya, dan menarik udara ke paru-paru. Selama
pernafasan aktif, sekumpulan yang berbeda dari kontraksi otot intercostal untuk
melipat tulang rusuk ke belakang dan ke dalam, sehingga menekan paru-paru dan
mengeluarkan udara. Terkadang pada pernafasan pasif. Dalam hal ini, kontraksi
ototnya sedikit, dan gravitasi bertindak pada tulang rusuk, yang menyebabkan tekanan
pada rongga paru-paru. Diantara napas,
glotis tertutup untuk mencegah lepasnya udara secara perlahan.
Pada ular yang panjang, paru-paru sempit yang semakin panjang menurut dari
panjang tubuh. Pada ular primitif, seperti pada reptil lainnya, paru-paru dipasangkan,
tetapi dalam banyak ular kini, paru-paru kiri berkurang dan kebanyakan hilang
seluruhnya. Dalam kebanyakan ular,
faveoli menonjol di bagian anterior, tetapi mereka menurun secara bertahap dan
menjadi posterior, membentuk dua bagian paru-paru, bagian pernafasan anterior
(faveoli) dan bagian posterior sakular (avaskular) (gambar 11.27a-c).

Rusuk dan otot terkait menjalankan seluruh panjang thorax sehingga menekan
secara regional dan pengembangan dinding tubuh mengembang atau mengempis
paru-paru. Pembukaan dan penutupan glotis disinkronkan dengan gerakan-gerakan ini.
Pertukaran gas terjadi di bagian pernafasan dari paru-paru. Bagian sakular dari
paru-paru bertindak sebagai menolak ketika tubuh anterior ditempati oleh fungsi yang
berbeda dan tidak ada persedia untuk menekan atau
mengembangkan paru-paru. Misalnya, ketika ular menelan mangsa, tubuh menjadi
buncit yang merupakan makanan yang melewati perlahan melalui esofagus,
sedangkan ventilasi paru-paru harus terus berlanjut. Meskipun trakea diperkuat
dengan cincin berbentuk setengah lingkaran dari tulang rawan, tetap terbuka, tubuh
anterior tidak dapat bertindak sebagai pompa aspirasi. Sebaliknya, posterior tubuh
belakang mangsa mengembang dan mengalami kontraksi, menyebabkan paru-paru
sakular untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru.
Dalam Caiman dan buaya lainnya, hati membantu dalam aspirasi pompa
dengan bertindak seperti "piston" sebagai ventilasi paru-paru. Selama inhalasi, tulang
rusuk memutar ke depan dan ke luar, memperluas rongga sekitar paru-paru. Selain itu,
hati, yang terletak tepat di belakang paru-paru, ditarik posterior dari aksi otot
diafragma . Otot ini berasal dari otot perut internal. Otot tersebut memperpanjang ke
depan dari panggul dan gastralia ke septum posthepatik , lembaran tipis yang
terhubung ke sisi posterior hati. Kontraksi otot diafragma menarik hati untuk kembali,
meningkatkan volume rongga paru-paru dan menurunkan tekanan dalam paru-paru.
Pernafasan membalikkan gerakan-gerakan ini. Tulang rusuk melipat kembali ke posisi
awal, dan hati bergerak maju melawan paru-paru sebagai akibat dari kontraksi otot
perut. Karena tekanan pada dinding paru-paru meningkat, udara dipaksa keluar
(gambar 11.28).

Secara keseluruhan, penambahan gerakan otot diafragma untuk respirasi


meningkatkan volume
udara ada di paru-paru dan, sehingga membantu memperpanjang waktu menyelam.

Ventilasi di kura-kura merupakan masalah khusus pada bentuknya. Kulit di


sekitar paru-paru mencegah berubahnya bentuk dan menghalangi aspirasi pompa
respirasi menggunakan tulang rusuk. Pada kulit lembut penyu, gerakan aparat hyoid
menarik air masuk dan keluar dari faring. Oksigen diserapdi faring untuk
mempertahankan sementara penyu ketika terendam. Di
gertakan kura-kura, plastron berkurang, memungkinkan deformasi dari dinding tubuh
yang berkontribusi terhadap ventilasi paru-paru. Lebih umum, pergerakan masuk dan
keluar dari anggota tubuh mengubah tekanan pada paru-paru, dan helaian khusus otot
dalam kulit mengubah tekanan paru-paru (gambar 11.29a).

Paru-paru penyu dan organ lainnya berada dalam rongga tunggal tetap, sehingga
setiap perubahan volume mengubah tekanan pada paru-paru. Sebuah ekstremitas
diperpanjang dari atau ditarik ke kulit mempengaruhi tekanan di rongga ini dan
membantu pompa aspirasi (gambar 11.29b).

Selain itu, posterior rongga viskeral ditutup oleh membran yang membatasi, jaringan
ikat dimana otot transversus abdominis dan otot obliquus abdominis berdempetan.
Kontraksi atau relaksasi otot mengubah volume rongga dalam kulit dan memberikan
kontribusi untuk inhalasi atau pernafasan udara (gambar 11.29c).
Otot diafragma, meskipun tidak terdapat di kura-kura, namun terdapat di sebagian
besar penyu lainnya. Diafragma bersama-sama dengan transversus abdominis
menekan rongga visceral
untuk bertindak sebagai otot pernafasan. Glotis terbuka dan abdominis obliquus
mengembangkan rongga visceral untuk bertindak sebagai otot inhalasi.

4. Sistem Pernafasan pada aves

A. Pengertian

Bangsa burung mempunyai sistem pernafasan yang unik, yaitu bernafas dengan
paru-paru yang dilengkapi dengan sistem kantong udara. Sepasang paru-parunya
relatif kecil, hanya dapat mengembang sedikit, dan dibungkus oleh selaput yang
disebut pleura dan terletak di rongga dada yang di lindungi oleh tulang rusuk.

Sistem kantong udara pada aves memiliki 4 pasang perluasan yang menyebar
sampai perut, leher dan sayap. Kantung-kantung udara ini terdapat pada pangkal leher
(saccus cervicalis), rongga dada (saccus thoracalis anterior dan posterior), antara
tulang selangka atau korakoid (saccus interclavicularis), ketiak (saccus axillaris), dan
di antara lipatan usus atau rongga perut (saccus abdominalis). Kantung udara
berhubungan dengan paru-paru, berselaput tipis, tetapi tidak terjadi difusi udara
pernapasan. Adanya kantung udara mengakibatkan, pernapasan pada burung menjadi
efisien.

Kantung udara memiliki beberapa fungsi berikut.

1. Membantu pernapasan, terutama pada waktu terbang, karena menyimpan oksigen


cadangan.

2. Membantu mempertahankan suhu badan dengan mencegah hilangnya panas badan


secara berlebihan.

3. Membantu memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring.

4. Mengatur berat jenis (meringankan) tubuh pada saat burung terbang.

Di dalam rongga dada terdapat jantung. Rongga dada dipisahkan dengan rongga
perut oleh diafragma. Selama inspirasi (masuknya udara), otot-otot toraks akan
mengalami relaksasi dan abdomen memperluas rongga toraks dan abdomen. Pada saat
ekspirasi (mengeluarkan udara) otot-otot akan kontraksi.

B. Sistem pernafasan aves

Sistem pernapasan aves dimulai dari :

Hidung laring trakea bronkus bronkiolus alveolus.

1. Hidung

Merupakan tempat awal proses respirasi aves. Pada aves terdapat dua hidung,
yaitu :

1. Hidung luar

Berfungsi untuk tempat masuknya udara.

2. Hiding dalam
Berfungsi sebagai tempat menuju faring.

2. Faring

Setelah udara masuk melalui hidung luar, maka udara akan menuju ke faring
melalui lubang hidung dalam.

3. Laring

Setelah melewati laring, udara akan melewati glotis, yaitu suatu ruangan sempit
yang dibatasi oleh laring. Laring merupakan penghubung antara rongga mulut dengan
trakea.

4. Trakea

Trakea merupakan suatu pipa yang tersusun dari cincin-cincin tulang rawan.

5. Bronkus

Bronkus bercabang menjadi 2, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiriyang


merupakan cabang terakhir dari trakea. Tempat percabangan pada bronkus primer
disebut bifurkatio trakhea. Dari bronkus primer tumbuh 4 bronkus sekunder atau
ventrobronkhi yang memasuki paru-paru di bagian ventral agak ke anterior, kemudian
ke bagian ventromedial paru-paru.

3. Mekanisme pernapasan pada burung


1. Pada saat istirahat

A. Fase inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan volume rongga dada


membesar tekanan mengecil udara akan masuk melalui saluran pernapasan.

Pada saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam
darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke kantong-kantong udara.

B. Fase ekspirasi : tulang rusuk kembali ke semula rongga dada mengecil


tekanan membesar. Pada saat ini, udara dalam alveolus dan udara dalam
kantong-kantong udara bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati
alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus., dan darah melepas CO2. dengan
demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat terjadi secara inspirasi dan ekspirasi.

2. Pada saat terbang

Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab
itu, pada saat burung terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong
hawa. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa
antar tulang korakoid (bahu) dan pundi hawa bawah ketiak.

A. Fase inspirasi : pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang korakoid
(bahu) terjepit, sedangkan pundi hawa bawah ketiak mengembang, akibatnya udara
masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadi lah fase inspirasi. Saat
melewati paru-paru akan terjadi pertukaan gas CO2 dan O2.

B. Fase ekspirasi : sebaliknya, pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak
terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga udara
mengalir keluar dari kantong hawa melalui paru-paru, sehingga terjadilah fase
ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas CO2 dan O2.

Dengan cara inilah fase inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat
terbang. Jadi pertukaran gas pada burung pada saat terbang juga berlangsung saat
inspirasi dan ekspirasi.

5. Sistem Respirasi pada Mamalia.

Mamalia
Sistem pernafasan Mammalia terdiri dari bagian saluran udara dan bagian
pernafasan.Bagian saluran udara sendiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus. Serta bagian pernafasan (tempat terjadinya pengambilan O2 oleh
darah dan pelepasan CO2 oleh darah) yaitu pada bagian alveolus.

Organ-organ pernafasan utama Mammalia adalah paru-paru. Paru-paru mamalia


berongga-rongga dan umumnya terbagi menjadi lobus-lobus.

Dalam proses memasukkan oksigen mengalami dua fase, yaitu fase saat
memasukkan oksigen atau disebut inspirasi dan fase mengeluarkan karbondioksida
atau disebut ekspirasi. memasukkan oksigen atau inspirasi adalah proses aktif yang
terjadi disebabkan adanya kontraksi pada otot inspiratori. Otot inspiratori adalah otot
diantara tulang-tulang iga dan tlang-tulang yang ada pada bagian diafragma. Kontraksi
inilah yang menyebabkan peningkatan volume rongga pada dada.

Dalam proses ini maka paru-paru menjadi mengembang dan memunculkan


tekanan negatif didalamnya. Dengan demikian maka udara disekitar memasukki
paru-paru. Sedangkan pada proses ekspirasi atau proses mengeluarkan karbondioksida,
maka proses lebih pasif. Hal ini disebabkan proses elspirasi hanya mengalami relaksasi
otot inspiratori saja, dan terjadi pengerutan pada dinding alveoli.

Pompa aspirasi sebagai ventilasi paru-paru mamalia. Perubahan bentuk tulang


seperti gerakan dari kontribuksi ketegangan otot dari diafragma untuk mekanisme
pemompaan. Diafragma terdiri dari crural, kosta, dan bagian sternal, semua yang
berkumpul pada tendon pusat. Berbeda dengan otot diafragma buaya, yang terletak
posterior dari hati, diafragma mamalia terletak anterior dari hati, dan bekerja langsung
pada rongga pleura di mana paru-paru berada.
Otot interkostal bergerak diantara tulang rusuk. Abdominis transversus, serratus, dan
abdominis rektus yang disisipkan pada tulang rusuk dan bagian dari luar tulang rusuk
semua membantu ventilasi paru-paru mamalia. (gambar 11.31c, d)
Ventilasi

Ventilasi mamalia bersifat dua arah serta melibatkan tulang rusuk dan
diafragma. Ketika menghirup, otot interkostal eksternal berkontraksi untuk memutar
tulang rusuk yang berdekatan dan sternum medial ke depan. Karena tulang rusuk yang
membungkuk , rotasi ini termasuk luar serta mengarah ke depan masing-masing
mengelilingi tulang rusuk. Hasilnya adalah untuk memperluas ruang pada tulang
rusuk yang membungkus di sekitar paru-paru. Kontraksi diafragma berbentuk kubah
menyebabkannya menjadi lurus, selanjutnya memperbesar rongga dada. Paru-paru
elastis mengembang untuk memenuhi rongga dada , dan udara ditarik.
Selama pernafasan aktif, otot-otot interkostal internal yang miring ke arah
yang berlawanan dari pengenduran intercostals eksternal dan menarik tulang rusuk
kembali. Relaksasi diafragma menyebabkan ia mundur dan melanjutkan lengkungan
bentuk kubah. Penarikan kembali tulang rusuk dan relaksasi diafragma mengurangi
volume dada, memaksa udara dari paru-paru. Energi elastis yang tersimpan dalam
paru-paru dan gerakan gravitasi yang melipat atau meruntuhkan rongga tulang rusuk
dan dapat membantu pernafasan.

Meskipun para ilmuwan setuju pada otot-otot yang mengontrol pernapasan


mamalia, fungsi yang tepat mereka telah terbukti sulit dipahami, sebagian karena pola
gerakan kompleks tulang rusuk secara tiba-tiba dan sebagian karena rongga tulang
rusuk dan diafragma yang tidak sama terlibat dalam ventilasi setiap saat. Misalnya,
saat bernafas tenang, hanya otot inhalatory yang dapat menunjukkan aktivitas. Pada
saat seperti itu, otot-otot pernafasan tidak berkontraksi, dan tekanan dari rongga
tulang rusuk dari gaya elastis dan gravitasi. Seperti pada manusia sendiri, bahkan
dimungkinkan untuk ventilasi paru-paru yang bergerak hanya diafragma dan bukan
tulang rusuk. Ketika mendukung ventilasi yang kuat selama latihan, tulang rusuk,
diafragma, dan sebagian besar otot yang terlibat.

Diafragma mamalia ada posterior yang tiba-tiba ke paru-paru dan memisahkan


rongga dada yang berisi paru-paru dari rongga perut mengandung organ utama
lainnya. Ketika hewan beristirahat, diafragma muscularized adalah komponen utama
dalam ventilasi paru mamalia. Namun, selama gerak pada mamalia berkaki empat,
tulang rusuk dapat menerima gaya reaksi tanah melalui lengan depan yang sedikit
mengubah bentuknya. Selanjutnya, organ perut, agak bebas untuk bergerak dalam
rongga tubuh, geser depan dan belakang selaras dengan irama yang dikenakan pada
tubuh dengan pola ekstremitas osilasi. Organ perut bertindak sebagai semacam
"piston," pertama menekan anterior pada rongga dada dan kemudian meluncur
posterior, melepaskan tekanan pada paru-paru. Mamalia berjalan mengambil
keuntungan dari gerakan perpindahan yang sesuai dengan visera, mengeluarkan udara
ketika organ dalam menekan dada dan bernafas ketika mereka menjauh. Dengan
demikian, pada mamalia kursorial, pola pernapasan dan alat gerak kiprah sering
digabungkan.

Pertukaran gas
Sebagaimana telah kita lihat dalam reptil, faveoli sepanjang dinding interior paru-paru
membentuk permukaan pertukaran pernafasan. Udara ditarik ke pusat inti dari
paru-paru dan berdifusi ke luar ke faveoli tersebut. Namun, pada mamalia, situs
pertukaran pernafasan dicapai melalui rute yang berbeda. Lorong pernapasan
(termasuk trakea, bronkus, bronkiolus) berulang kali membagi, memproduksi cabang
yang lebih kecil dan lebih kecil sampai mereka akhirnya berhenti dalam kompartemen
buta-berakhir, alveoli, yang mencirikan bronkiolus dan kantung udara (gambar
11.34a-c).
Trakea, bronkus, dan bronkiolus terminal yang mengangkut gas dari dan ke alveoli
disebut pohon pernafasan pengakuan dari pola percabangan mereka. Tidak ada
pertukaran gas terjadi di sepanjang lorong budidaya pohon pernafasan hingga udara
mencapai bronkiolus dan alveoli. Pada mamalia, daerah alveolar total luas, mungkin
lebih dari sepuluh kali dari amfibi massa yang sama. Seperti area pertukaran besar
sangat penting dalam mamalia untuk mempertahankan tingkat tinggi penyerapan
oksigen yang dibutuhkan oleh endotherm aktif. Bagian hidung tidak hanya merupakan
bagian dari sistem konduksi ini, tetapi berfungsi untuk menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk.

1. Sistem pernafasan pada manusia

A. Pengertian
Sistem respirasi atau pernapasan pada manusia adalah merupakan pertukaran gas,
yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida
(CO2) yang di hasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui
paru-paru. Fungsi sistem respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan
membuang CO2.

B. Sistem pernapasan manusia

Sistem respirasi atau pernapasan manusia di mulai dari hidung faring


laring trakea bronkus bronkiolus alveolus.

1. Hidung.

Merupakan struktur berongga yang disebut dengan rongga hidung (civum nasalis)
yang berfungsi sebagai awal masuknya udara. Pada hidung terdapat rambut pendek
dan tebal yang berfungsi untuk menyaring udara dan menangkap kotoran yang masuk
bersama udara.

2. Faring.

Merupakan tempat persimpangan antara saluran pernapasan pada bagian depan


(anterior) dan saluran pencernaan bagian belakang (posterior).

3. Laring.
Laring atau tekak terdapat di bagian belakang faring (posterior). organ ini terdiri
atas 9 susunan tulang rawan (kartilago) yang berbentuk kotak. Laring merupakan
bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.

4. Trakea.

Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari basis larynx (rawan
krikoid) ke tempat dimana trakea bercabang menjadi 2 bronkus pimer. Trakea di
batasi oleh mukosa respirasi. Dalam lamina propria terdapat 16-20 rawan hialin
berbentuk seperti huruf C yang berperan mempertahankan lumen trakea agar tetap
terbuka. Ligamentum fibroelastin dan berkas-berkas otot polos melekat pada
perikondrium dan menghubungkan ujung-ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C
tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen yang berlebihan, sementara itu
otot memungkinkan rawan semakin berdekatan. Kontraksi otot disertai dengan
penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi,
akibat penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang
membantu membersihkan jalan udara.

5. Bronkus
Trakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk kedalam paru-paru,
yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Setelah masuk paru-paru, bronkus primer
berjalan kebawah dan keluar, membentuk tiga bronkus pada paru-paru kanan dan 2
bronkus pada paru-paru kiri.

6. Bronkiolus.
Merupakan percabangan bronkus yang mengandung otot polos. Bronkiolus tidak
memiliki tulang dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot
polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam
epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris
bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis, yaitu sel bersilia yang
memiliki granul sketori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat
juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai komoreseptor

7. Alveolus

Dikelilingi oleh kapiler-kapiler darah yang dibatasi oleh membran alveol-kapiler


tempat terjadinya pertukaran O2 dan CO2 atau pernapasan eksternal. Alveolus
merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan 2 alveolus yang berdekatan,
septum tersebut terdiri dari 2 lapisan epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas,
serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.

3. Mekanisme pernapasan manusia

Mekanisme sistem pernapasan manusia dalam mengambil nafas ke dalam tubuh


dan membuang napas ke udara di lakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu
pernapasan dada dan perut.

A. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Otot
antartulang rusak berkontraksi atau mengkerut, tulang rusuk terangat keatas, rongga
dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil, sehingga udara
masuk kedalam badan. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Fase inspirasi.

Fase ini merupakan berkontraksinya otot antartulang rusuk, sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar, sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam tubuh.

2. Fase ekspresi.

Fase ini merupakan fase relaksasinya otot antartulang rusuk ke posisi semula
yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk, sehingga rongga dada menjadi kecil.
Akibatnya, didalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga
udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar dari tubuh.

B. Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Otot
diafragma pada perut mengalami kontraksi, diafragma datar, volume rongga dada
menjadi besaryang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga udara
masuk ke paru-paru. Mekanismenya dapat dibedakan sama halnya dengan pernapasan
dada, yaitu :

1. Fase inspirasi.

Fase ini berupa kontraksinya otot diafragma, sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar,
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk kedalam tubuh.

2. Fase ekspirasi.

Fase ini merupakan fase dimana otot diafragma berelaksasi yang diikuti oleh
turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya, tekanan
didalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan di luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar dari tubuh.

Sistem respirasi pada manusia di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Respirasi dalam (internal).

Pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara yang terjadi di alveolus.

2. Repirasi luar (ekternal).

Pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke seluruh tubuh.


BAB III

3. Penutup

3.1 Simpulan.

a) Hewan-hewan vertebrata melakukan pertukaran gas-gas pernafasan bagi


keperluan seluruh tubuh hewan. Pernafasan atau respirasi dapat dibedakan dalam dua
tahap. Tahap pemasukan oksigen ke dalam dan pengeluaran karbon dioksida ke luar
tubuh melalui organ-organ pernafasan disebut respirasi eksternal. Sedangkan tahap
berikutnya adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel
dalam jaringan, disebut respirasi internal.
b) Organ sistem repirasi pada hewan:
Hewan Akuatik menggunakan kulit dan insang.
Hewan terrestrial menggunakan paru-paru difusi, paru-paru buku, paru-paru
alveolar dan trakea.
1.2 Saran-saran
a) Bisa menambah banyak literatur untuk mendukung judul materi pada makalah.
b) Mencari sumber di internet harus mengetahui penulisnya secara jelas dan
bersifat bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
c) Lebih memahami materi dengan baik.

Daftar Pustaka

Tenzer, Amy., Lestari, Umie., Gofur, Abdul., Rahayu, S.E., Masjhudi., Handayani, N.,
Wulandari, N., Maslikah, S.I., 2014. Struktur Perkembangan Hewan Bagian I.
Malang: UM Press.
Brotowidjoyo, M. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga
Vertebrates__Comparative_Anatomy__Function__Evolution___2008_publication
Junquiera, L.C. dan Carneiro, J. 1980. Histologi Dasar Terjemahan oleh Aji Dharma.
1982. Jakarta: P.T. EGC
Goenarso, Darmadi. 2005. Fisiologi Hewan. UT.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Kastawi, Yusuf. Zoologi Avertebrata. Malang: FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai