PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak
dideritaoleh kalangan lanjut usia, terutama wanita. Hal ini dikarenakan pada
umur 50tahun keatas wanita mengalami masa menopause. Pada masa tersebut,
hormone estrogen yang berfungsi melindungi tulang dalam tubuh berkurang
jumlahnya sehingga mengakibatkan osteoporosis. Terjadinya osteoporosis
dikarenakan keadaan tulang yang kekurangan kalsium sehingga kepadatan
tulang berkurang dan menjadi keropos dan akhirnya mudah patah. Banyak
faktor yang menyebabkan orang tersebut terkena osteoporosis, diantaranya
usia diatas 50 tahun, keturunan, kebiasaan merokok, pengaruh obat-obatan
tertentu, dll (Ulfah Nurrahmani, 2012).
Osteoporosis termasuk penyakit silence desease yang tanda tandanya
kadang tidak diketahui penderita sehingga banyak pasien didiagnosa terkena
osteoporosis setelah mengalami patah tulang. Jika sudah demikian, maka
proses pemulihan tulang menjadi sulit, karena kondisi tulang sudah rapuh.
Jika tidak ditangani dengan benar, dapat memperparah kondisi penderita.
Karena itu,osteoporosis perlu diwaspadai. Pengecekan dini secara berkala
kondisi tulangpada saat usia dewasa hingga lansia dapat menjadi solusi untuk
menjaga kondisitulang agar tetap sehat dan kuat.Peralatan medis yang
digunakan untuk mengukur kepadatan tulang yaitu dual energy X-ray
absorptiometry (DXA). Dari alat tersebut dapat diketahui tingkat kepadatan
tulang pasien. Namun pemeriksaan kepadatan tulang menggunakan DXA ini
mempunyai banyak kendala, yaitu karena biayanya mahal, tidak semua rumah
sakit mempunyai alat ini, dan penggunaan DXA memerlukan tenaga ahli yang
mempunyai lisensi atau sertifikat dari American Registry of Radiologic
Technologists (ARRT) atau Nuclear Medicine Technology Certification
Board (NMTCB). Hal itulah yang menjadi penyebab tidak semua kalangan
dapat melakukan pemeriksaan kepadatan tulangnya. Maka dari itu, banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengatasi haltersebut. Salah satunya
menggunakan citra radiograf gigi untuk mendeteksi osteoporosis. Alasannya,
pada saat tubuh memerlukan kalsium, tulang rahangbawah merupakan tulang
yang akan diambil terlebih dahulu kalsiumnya. Hal ini mengakibatkan tulang
rahang bawah mengalami kerapuhan terlebih dahulu dibandingkan tulang
bagian lain (Horner dan Devlin, 1998 dari penelitian EnnyItje Sela, dkk
2014).
Sehingga dari alasan tersebut, dapat digunakan sebagai acuan untuk
dilakukannya identifikasi osteoporosis melalui citra gigi. Salah satu teknik
yang digunakan untuk mengidentifikasi osteoporosis ini dapat dilakukan
dengan teknik data mining. Teknik pengolahan data pada data mining
menyediakan sejumlah algoritma yang dapat digunakan untuk menggali
informasi tersembunyi dari dataset citra gigi. Salah satu metode data mining
yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode K-Means. Metode ini
merupakan metode klastering non hierarki yang mempartisi data menjadi
beberapa kelompok berdasarkan karakteristik yang sama. Dalam penelitian
ini, metode K-Means digunakan untuk mengidentifikasi osteoporosis dengan
cara mengelompokan dataset citra gigi berdasarkan kemiripan karakteristik
data tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Apa pengertian osteoporosis?
3. Apa faktor yang mempengaruhi adanya penyakit osteoporosis?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit osteoporosis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mencegah osteoporosis pada keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan pengetahuan tentang gizi pada keluarga yang
terkena osteoporosis.
b. Untuk meningkatkan status gizi keluarga yang terkena osteoporosis.
D. Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang masalah
pentingyadilakukan identifikasi osteoporosis, rumusan masalah dan ruang
lingkup dalam mengidentifikasi osteoporosis, tujuan dalam penelitian
identifikasi osteoporosis,dan sitematika penulisan dari hasil penelitian
identifikasi osteoporosis, dan sistematika penulisan pada penelitian
identifikasi osteoporosis.
Bab 2 tinjauan teoritis terdiri dari konsep keperawatan keluarga :
pengertian, tipe keluarga, tahap perkembangan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, tugas keluarga, keluarga sebagai system
Konsep Dasa Medik: definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, Etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksaan
medik, komplikasi.
Asuhan keperawatan keluarga.
Bab 3 Pembahasan tentang kasus.
Bab 4 Format pengkajian pada keluarga.
Bab 5 Pembahasan kasus .
Bab 6 Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan jawaban dari
perumusan masalah yang sudah dinyatakan dalam mengidentifikasi
osteoporosis, dan saran yang berisikan simpulan yang perlu dilanjutkan atau
direalisasikandalam mengidentifikasi osteoporosis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Tipe Keluarga
Menurut, (Suprajitno, 2012)
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokan
menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti ( nuclear Family ) adalah keluarga yang hanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi
atau keduanya
b. Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti tambahan
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (
kakek-nenek, paman-bibi )
Selain kedua diatas berkembang menjadi :
a. Keluarga bentukan kembali ( dyadic family ) adalah keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya.
b. Orang tua tunggal ( single parent family ) adalah keluarga yang terdiri
dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan ( the unmarried teenage mother ).
d. Orang dewasa ( laki-laki atau perempuan ) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah ( the single adult living alone ).
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya ( the non-marital
heteroseksual cobabiting family )
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (
gay and lesbian family )
3. Tahap Perkembangan
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan,
kelurga pun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus di selesaikan pada tahapnya. Menurut
Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan
tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang
dimiliki keluarga. Gambaran tugas perkembangan keluarga dapat dlihat
sesuai tahap perkembangannya. (Suprajitno, 2012)
4. Struktur Keluarga
Menurut, (Suprajitno, 2012)
Struktur keluarga keluarga dapat digambarkan keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyrakat sekitarnya. Ada empat elemen struktur
keluarga :
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya didalam lingkungan masyrakat dan
peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini oleh
keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (
orang tua ), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota
keluarga lain ( pada keluarga besar ) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
5. Fungsi keluarga
Menurut, (Suprajitno, 2012)
Fungsi keluarga :
a. Fungsi afektif ( the affective function ) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi ( socialization and social
placement function ) adalah fungsi menggembangkan dan melatih
anak untuk berkehidupan social sebelum meningalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi ( the reproductive function ) adalah fungsi untuk
mepertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi ( the economic function ), yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan ( the health care function
), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
dikembangkan tugas keluarga dibidang kesehatan.
Namun, dengan perubahannya pola hidup agraris menjadi industrialisasi,
fungsi keluarga dikembangkan menjadi :
a. Fungsi ekonomi
Yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang
mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memfaatkan
sumber daya keluarga.
b. Fungsi mendapatkan status sosial
Yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan strata sosialnya
oleh keluarga lain yang berada disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan
Yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar
terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya
Yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu mencipta kehidupan
sosial yang mirip dengan luar rumah.
e. Fungsi pemenuhan kesehatan
Yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang
primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit
yang mungkin dialami keluarga.
f. Fungsi relegius
Yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran keagamaan.
g. Fungsi rekreasi
Yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketenangan akibat berada di luar rumah.
h. Fungsi reproduksi
Bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga merupakan
tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (
menyeluruh ), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas
pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.
i. Fungsi afeksi
Yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah.
Lingkungan
Masukan
Proses Luaran
Umpan Balik
2. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi
sesuai proses penuan, sedangkan osteoporosis sekunder di definisikan
sebagai kehilangan massa tulang akibat hal-hal tertentu. Sampai saat
ini osteoporosis primer masih menduduki tempat utama karena lebih
banyak ditemukan dibandingkan dengan osteoporosis sekunder. Proses
ketuaan pada wanita monoupose dan usia lanjut merupakan contoh
dari osteoporosis primer.
b. Osteoporosis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan
patologis tertentu termasuk kelainan endokrin, efek samping obat-
obatan, immobilisasi, pada osteoporosis sekunder, terjadi penurunan
densitas tulang yang cukup berat untuk menimbulkan traumtik akibat
faktor ekstinsik seperti kelebihan steroid, arthritis rheumatoid,
kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsobrsi, mastositosis
sistemik, hiperparatiroidisisme, hipertiroidsisme, varian status
hipogonade.
Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=anatomi+osteoporosis&dcr=0&source
=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjwssD_7I_XAhVHwI8KHWZU
DMIQ_AUICigB&biw=1207&bih=570#imgrc=6EM37o11126EtM:
Hari/tanggal:jumat, 27/10/2017. Pukul:11:20
5. Patofisiologi
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis
umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut
mengalami fraktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi
paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah
berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan
kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukkan adanya perubahan
bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi, hal ini mengakibatkan berat
badan pasien menurun dan terdapat lekung vertebra abnormal (kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoralis sering merupakan predisposisi
terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang
sering terjadi pada pasien usia lanjut.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunan dan menunjukan
penipisan korteks serta trabekula, pada kasus ringan, diagnosis sulit
ditegakkan karena adanya variasi ketebalan trabekular pada individu
normal yang berbeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun
histologist jika osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, serta
yang ditentukan secara analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan
adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai kalsium, fosfat, dan
alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun anatara factor
genetic dan factor lingkungan.
Faktor genetic meliputi: Usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh,
tidak pernah melahirkan.
Faktor lingkungan meliputi: Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin,
dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa, dan pemakaian obat-
obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap
kalsium bersama sel terhadap kalsium dari darah ketulang, peningkatan
pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang
maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya
menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan
tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang yang disebut
osteoporosis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat
korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa
korteks dan hilangnya trabekula transfersat merupakan kelaianan yang
sring ditemukan. Lemahnya korpus vertebra yang menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam
ruang intervertebral yang menyebabkan deformitas bikonkaf.
b. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostic dan terapi follow up.
Mineral vertebra di atas 110mg/Cm biasanya tidak menimbulkan
fraktur vertebra aau penonjolan, sedangkan mineral vertebra di bawah
65mg/cm ada pada semua klien yang mengalami fraktur.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan nyata.
2) kadar HPT (pada masamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct
(Terapi Eksrogen Merangsang Pembentukan Ct)
3) kadar 1,25-(OH) D3 absorbsi Ca menurun.
4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang
sepanjang hidup, dengan peningkatan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Terjadi dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau
makanan lain yang tinggi kalsium missal: keju swiss, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya. Setiap hari. Untuk meyakinkan
asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium
(kalsium karbonat).
b. Pada menopause, terapi pengantian hormone (HRT = Hormone
replacemenet therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat
diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah
terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah
mengalami pengakatan ovarium atau telah telah menjalani menopause
premature dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;
pengantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen
menurunkan resorpsi tulang tidak meninggkatkan massa tulang.
Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen
tidak akan menggurangi kecepatan kehilangan tulang dengan pasti.
Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit peningkatan
insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien
harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya
termasuk masukan papanicolaou dan biopsy endometrial (bila ada
indikasi), sekali atau dua kali setahun.
c. Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etidronat.
Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan
secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping (missal
gangguan Ganstrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya
ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium flourida memperbaiki
aktifitas Osteoblastik dan pembentukan tulang; namun, kualitas tulang
yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang
menghalangi resorpsi tulang osteoklasrik, sedang daalam penelitian
untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.
9. Komplikasi
Menurut, (Ode, 2012)
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas,
rapuh dan mudah patah, Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa
terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah
kolum femoris dan daerah trokhanter dan fraktur collespada pergelangan
tangan.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Penjajakan 1
a. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga
2) Alamat
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Suku
6) Agama
7) Status Sosial Ekonomi Keluarga
8) Aktivitas Rekreasi Keluarga
b. Riwayat Dan Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahapan Perkembangan Keluarga Saat Ini
2) Tahapan Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan norma budaya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama : Tn. RR
b. TTL/umur : Pontianak, 5 mei 1963
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Khatolik
e. Status perkawinan : Duda
f. TB/BB : 168/57
g. Penampilan : Rapi, bersih
h. Alamat : Jalan.dr. Frop Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
i. Orang yg dekat dihubungi : Riki
j. Hub.dgn lansia : Anak
k. Alamat : Jalan.dr. Frop Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
2. Riwayat Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga
No Nama L/P Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan
1. rudi riyanto L Lansia SD Dagang
2. Riki L Anak SD Swasta
3. Wulan P Menantu SMP Dagang
4. Faris L Cucu SMA Pelajar
5. Luna P Cucu SMP Pelajar
b. Genogram
Ketereangan:
Pi J J K.M + WC
b. Karakteristik lingkungan
Lingkungan rumah Tn.RR mayoritas sebagai Pedagang tiap pagi
berangkat kerja dengan jalan kaki membawa gerobak, dan juga
wiraswasta, Tn.RR sangat akrab dengan tetangga sekitar.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.RR belum pernah berpindah tempat, apabila ada anggota
keluarga yang sakit biasanya diantar menggunakan transportasi sepeda
motor atau angkutan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.RR sering dikunjungi oleh anaknya. Dan kesempatan ini
digunakan oleh keluarga untuk saling bercerita dan bersenda gurau.
Hubungan keluarga Tn.RR dengan tetangga tampak baik dan harmonis
Tn.RR kurang aktif dalam kegiatan di tempat tinggalnya.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota yang
lain memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar untuk
berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Jarak antara rumah
Tn.RR dengan tempat pelayanan kesehatan 3 KM.
5. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka,
dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.RR saling menghargai satu sama lain, saling membantu
dalam mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, bapak selalu
mendiskusikan dengan keluarganya, adik dan sanak saudara keluarga
Tn.RR saling mengunjungi atau bersilaturahmi, terutama jika ada salah
satu anggota keluarga yang sakit.
c. Struktur peran
1) Peran formal :
a) Tn.RR : sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,
membesarkan anak-anaknya mencapai sosialisasi dan
kemandirian.
b) Tn.R: anak Pertama Tn.Z, sudah menikah, berperan dalam
mencari nafkah, suami dan ikut bertangguang jawab pada
keluarga.
c) Ny.W : istri dari Tn.R dan menantu dalam keluarga Tn.RR,
berperan dalam mempertahankan komunikasi, memfasilitasi
kontak, pertukaran pada benda dan jasa serta memonitor
hubungan dengan keluarga besarnya.
d) Tn.F: anak Tn.R dan belum menikah, berperan sebagai anak
usia dewasa yang ikut mempertahankan kekuatan struktur
keluarga.
e) Nn.L anak Tn.R dan belum menikah masih sekolah sebagai
anak usia dewasa yang mempertahankan kekuatan struktur
keluarga
2) Peran informal :
a) Tn.RR : berperan sebagai motivator bagi keluarga.
b) Tn.R : anak pertama Tn.RR yang berperan dalam kompromi
dalam keperluan keluarga.
c) Ny.W : istri dan pengikut dari suaminya, Tn.R
d) Tn.F : Anak sulung yang aktif, berani dan pengikut setia dalam
keluarga.
e) Nn.L: Anak bungsu yang pemalu, pengikut setia dalam
keluarga
6. Nilai atau Norma Keluarga :
Keluarga Tn.RR menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan sesuai
dengan ajaran agama islam dan mengharapkan semua anaknya menjadi
anak yang taat dalam menjalankan agama. Dalam keluarga masih kurang
memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti Tn. RR yang suka
merokok dan budaya cuci tangan sebelum makan masih kurang, serta
keluarga Tn.RR masih belum memperhatikan kebutuhan gizi anggota
keluarganya.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota
keluarga Tn.RR sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka
saling membantu, atau jika kesulitan dana maka anggota keluarga lain
saling membantu sesuai dengan kemampuannya.
b. Fungsi Sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Tn.RR baik, begitupun dengan
tetangga baik tapi jarang ikut dalam kegiatan kegiatan
kemasyarakatan karena siibuk dengan pekerjaan dan jarangnya
kegiatan kemasyarakatan di kampung tersebut
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn.RR menyadari bahwa kesehatan itu penting, tetapi kurang
mengetahui konsep sehat dan sakit dalam keluarga. Keluarga tidak
melakukan check up kesehatan secara rutin, masih ada pola perilaku
konsumsi makanan yang tidak sehat dan melakukan gaya hidup tidak
sehat
8. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek dan Panjang serta Kekuatan Keluarga
Keluarga RR menyatakan bahwa dia sering khawatir terhadap
penyakitnya dan juga biaya sekolah cucunya yang semakin mahal
b. Kemampuan Keluarga Berespons Terhadap Situasi/Stresor
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama
Tn.RR termasuk masalah yang bersumber dari menantu Tn.RR yang
tinggal serumah.
c. Strategi Koping yang digunakan
Jika ada masalah dengan anak-anaknya, Tn.RR selalu mencari
informasi yang lengkap, terbuka, Tn.RR tegas dan bijaksana dalam
menyelesaikan masalah
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Tn. RR Tn. O Ny. w An. F Nn. L
Fisik
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
besih, mulai besih, ada bersih, bersih, bersih,
beruban dan ketombe hitam hitam hitam
rontok
Tanda Vital N : 75 N : 78 N : 80 N : 85 N : 80
RR : 23 RR : 20 RR : 20 RR : 22 RR : 20
S : 36 S : 37 S : 37 S : 37,2 S : 36,4
TD : 140/80 TD : TD : TD : TD :
130/90 130/80 110/70 120/80
BB dan TB BB : 57 Kg BB : 70 BB : 50 BB : 56 BB : 45
TB : 168 cm Kg Kg Kg Kg
TB : 170 TB : 160 TB : 165 TB : 155
cm cm cm cm
Mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
anemis anemis anemis anemis, anemis
agak
sembab.
Hidung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bersekret bersekret bersekret bersekret bersekret
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
menelan menelan menelan menelan menelan
tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
dan kelenjar dan dan dan dan
limfe tidak kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
membesar limfe limfe limfe limfe
tidak tidak tidak tidak
membesar membesar membesar membesar
Dada Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
jantung dan jantung jantung jantung jantung
paru normal dan paru dan paru dan paru dan paru
normal normal normal normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kembung kembung kembung kembung kembung
Genital Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Kaki Agak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bengkak, keluhan keluhan keluhan keluhan
nyeri. Lelah,
kesemutan,
kraam, nyeri
pada sendi,
serta
terdapat
varises
Punggung Terasa sakit, Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri,apalagi keluhan keluhan keluhan keluhan
saat
melakukan
aktivitas,
mudah
capek dan
pegal
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama : Tn. RR
b. TTL/umur : Pontianak, 5 mei 1963
c. Pendidikan terakhir : SD
d. Agama : Khatolik
e. Status perkawinan : Duda
f. TB/BB : 168/57
g. Penampilan : Rapi, bersih
h. Alamat : Jalan.dr. Frop Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
i. Orang yg dekat dihubungi : Tn.R
j. Hub.dgn lansia : Anak
k. Alamat : Jalan.dr. Frop Hamka ,RT 07 RW 05
Pontianak
2. Riwayat Keluarga
a. Susunan Anggota Keluarga
No Nama L/P Hubungan Keluarga Pendidikan Pekerjaan
1. rudi riyanto L Lansia SD Dagang
2. Riki L Anak SD Swasta
3. Wulan P Menantu SMP Dagang
4. Faris L Cucu SMA Pelajar
5. Luna P Cucu SMP Pelajar
b. Genogram
Ketereangan:
Pi J J K.M + WC
b. Karakteristik lingkungan
Lingkungan rumah Tn.RR mayoritas sebagai Pedagang tiap pagi
berangkat kerja dengan jalan kaki membawa gerobak, dan juga
wiraswasta, Tn.RR sangat akrab dengan tetangga sekitar.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.RR belum pernah berpindah tempat, apabila ada anggota
keluarga yang sakit biasanya diantar menggunakan transportasi sepeda
motor atau angkutan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.RR sering dikunjungi oleh anaknya. Dan kesempatan ini
digunakan oleh keluarga untuk saling bercerita dan bersenda gurau.
Hubungan keluarga Tn.RR dengan tetangga tampak baik dan harmonis
Tn.RR kurang aktif dalam kegiatan di tempat tinggalnya.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota yang
lain memberikan dorongan atau mengingatkan serta mengantar untuk
berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Jarak antara rumah
Tn.RR dengan tempat pelayanan kesehatan 3 KM.
5. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka,
dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.RR saling menghargai satu sama lain, saling membantu
dalam mengatasi masalah keluarga. Apabila ada masalah, bapak selalu
mendiskusikan dengan keluarganya, adik dan sanak saudara keluarga
Tn.RR saling mengunjungi atau bersilaturahmi, terutama jika ada salah
satu anggota keluarga yang sakit.
c. Struktur peran
1) Peran formal :
a) Tn.RR : sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,
membesarkan anak-anaknya mencapai sosialisasi dan
kemandirian.
b) Tn.R: anak Pertama Tn.Z, sudah menikah, berperan dalam
mencari nafkah, suami dan ikut bertangguang jawab pada
keluarga.
c) Ny.W : istri dari Tn.R dan menantu dalam keluarga Tn.RR,
berperan dalam mempertahankan komunikasi, memfasilitasi
kontak, pertukaran pada benda dan jasa serta memonitor
hubungan dengan keluarga besarnya.
d) Tn.F: anak Tn.R dan belum menikah, berperan sebagai anak
usia dewasa yang ikut mempertahankan kekuatan struktur
keluarga.
e) Nn.L anak Tn.R dan belum menikah masih sekolah sebagai
anak usia dewasa yang mempertahankan kekuatan struktur
keluarga
2) Peran informal :
a) Tn.RR : berperan sebagai motivator bagi keluarga.
b) Tn.R : anak pertama Tn.RR yang berperan dalam kompromi
dalam keperluan keluarga.
c) Ny.W : istri dan pengikut dari suaminya, Tn.R
d) Tn.F : Anak sulung yang aktif, berani dan pengikut setia
dalam keluarga.
e) Nn.L: Anak bungsu yang pemalu, pengikut setia dalam
keluarga
6. Nilai atau Norma Keluarga :
Keluarga Tn.RR menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan sesuai
dengan ajaran agama islam dan mengharapkan semua anaknya menjadi
anak yang taat dalam menjalankan agama. Dalam keluarga masih kurang
memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti Tn. RR yang suka
merokok dan budaya cuci tangan sebelum makan masih kurang, serta
keluarga Tn.RR masih belum memperhatikan kebutuhan gizi anggota
keluarganya.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota
keluarga Tn.RR sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka
saling membantu, atau jika kesulitan dana maka anggota keluarga lain
saling membantu sesuai dengan kemampuannya.
b. Fungsi Sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Tn.RR baik, begitupun dengan
tetangga baik tapi jarang ikut dalam kegiatan kegiatan
kemasyarakatan karena siibuk dengan pekerjaan dan jarangnya
kegiatan kemasyarakatan di kampung tersebut.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Tn.RR menyadari bahwa kesehatan itu penting, tetapi kurang
mengetahui konsep sehat dan sakit dalam keluarga. Keluarga tidak
melakukan check up kesehatan secara rutin, masih ada pola perilaku
konsumsi makanan yang tidak sehat dan melakukan gaya hidup tidak
sehat.
d. Stress dan Koping Keluarga
e. Stressor Jangka Pendek dan Panjang serta Kekuatan Keluarga
Keluarga RR menyatakan bahwa dia sering khawatir terhadap
penyakitnya dan juga biaya sekolah cucunya yang semakin mahal
f. Kemampuan Keluarga Berespons Terhadap Situasi/Stresor
Jika ada masalah dalam keluarga biasanya didiskusikan bersama
Tn.RR termasuk masalah yang bersumber dari menantu Tn.RR yang
tinggal serumah.
g. Strategi Koping yang digunakan
Jika ada masalah dengan anak-anaknya, Tn.RR selalu mencari
informasi yang lengkap, terbuka, Tn.RR tegas dan bijaksana dalam
menyelesaikan masalah
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Tn. RR Tn. O Ny. w An. F Nn. L
Fisik
Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
besih, mulai besih, ada bersih, bersih, bersih,
beruban dan ketombe hitam hitam hitam
rontok
Tanda Vital N : 75 N : 78 N : 80 N : 85 N : 80
RR : 23 RR : 20 RR : 20 RR : 22 RR : 20
S : 36 S : 37 S : 37 S : 37,2 S : 36,4
TD : 140/80 TD : TD : TD : TD :
130/90 130/80 110/70 120/80
BB dan TB BB : 57 Kg BB : 70 BB : 50 BB : 56 BB : 45
TB : 168 cm Kg Kg Kg Kg
TB : 170 TB : 160 TB : 165 TB : 155
cm cm cm cm
Mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
anemis anemis anemis anemis, anemis
agak
sembab.
Hidung Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bersekret bersekret bersekret bersekret bersekret
Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
lembab, lembab, lembab, lembab, lembab,
menelan menelan menelan menelan menelan
tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit tidak sulit
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
dan kelenjar dan dan dan dan
limfe tidak kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
membesar limfe limfe limfe limfe
tidak tidak tidak tidak
membesar membesar membesar membesar
Dada Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi
jantung dan jantung jantung jantung jantung
paru normal dan paru dan paru dan paru dan paru
normal normal normal normal
Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kembung kembung kembung kembung kembung
Genital Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Kaki Agak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bengkak, keluhan keluhan keluhan keluhan
nyeri. Lelah,
kesemutan,
kraam, nyeri
pada sendi,
serta
terdapat
varises
Punggung Terasa sakit, Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
nyeri,apalagi keluhan keluhan keluhan keluhan
saat
melakukan
aktivitas,
mudah
capek dan
pegal
-Tn.RR mengatakan
mengatakan bahwa varises
adalah pembuluh darah vena
yang membengkak
Objektif:
- Tn.RR tampak meringis saat
nyeri dikaki muncul
- Terdapat varises disekitar
betis kaki sebelah kanan.
Total skor
b. Keterbatasan Aktivitas kepada Tn.RR di keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
Osteoporosis
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah Tn.RR sering
- Tidak/kurang sehat mengalami nyeri
- Ancaman kesehatan pada
- Keadaan sejahtera punggung,mudah
3 merasakan capek dan
1. 2 1 3 pegal,sakit pada
1 tangan tulang
kanan(bahu) sebelah
kiri, nyeri pada tulang
sehingga aktivitas
Tn.RR terganggu
Kemungkinan masalah dapat diubah Keluarga mempunyai
- Mudah harapan tinggi untuk
- Sebagian kesembuhan Tn.RR
- Tidak dapat dengan pekerjaan dan
segi ekonomi
keluarga Tn.RR
2 sendiri, sangat sulit
2 2 1
1 untuk mengatasi
0 masalah saat ini,
namun dari Tn.RR
sendiri mempunyai
kemauan keras untuk
merubah masalah
yang ada
Potensial masalah untuk dicegah Berhubungan dengan
- Tinggi faktor penyebab
- Cukup terjadinya penyakit,
- Rendah 1faktor usia
merupakan salah satu
3 penyebab terjadinya
3 1 2
2 osteoporosis,
1 keluarga tidak
mengetahui cara
perawatan bpk RR
yang mengalami
osteoporosis
Menonjolnya masalah Keluarga
- Masalah berat harus segera ditangani menganggap penyakit
- Ada masalah, tetapi tidak perlu segera yang dialami Tn.RR
ditangani ini merupakan hal
2
4 - Masalah tidak dirasakan 1 2 yang harus segera di
1
tangani, karena
0
dapat mengganggu
aktivitas sehari hari
Total skor
Nilai Total
1. 1 + 1 + 2/3 + 0 = 4/3 ( untuk DP. 1)
2. 1 + 1 + 2/3 + 1 = 5/3 ( untuk DP. 2 )
( DP 2 Prioritas masalah )
3. Setelah
3 x 60 Verbal/ Memperagak 3.a. 1 Diskusikan dengan
menit psikom an cara keluarga tatang cara
pertemu otor perawatan perawatan osteoporosis
an, pada 3.a. 2 Motivasi keluarga
osteoporosis
kelurga untuk menyebutkan
(agar tidak
Tn.RR terjadi cara perwatan
Mampu kekakuan osteoporosis
merawat pada 3.a. 3 Berikan pujian pada
anggota persendian) keluarga.
keluarga yaitu dengan
ROM
dengan
(Range Of
osteopor Motion):
osis:
1.
a.Menye menggerakk
butkan an bagian
cara lengan
perawata (bahu)
n secara
osteopor bergantian
osis dan
berlawanan
arah ( kanan
7 kali dan
kiri 7 kali )
2.
menggerakk
an lipatan
lengan ke
atas dan ke
bawah
secara
bergantian,
meregangka
n jari jari
tangan
kearah
dalam dan
keluar (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
3. mengger
akkan
bagian lutut
dari atas ke
bawah
secara
bergantian (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
4. Memutar
kan
pergelangan
kaki secara
bergantian (
kanan 7 kali
dan kiri 7
kali )
5. Menyara
nkan pasien
bila masalah
berlanjut
periksakan
diri ke
Puskesmas
atau Rumah
Sakit
4. Setelah Menyebutkan
2 x 45 Verbal/ cara 4.a. 4 Jelaskan faktor
menit Kogniti memodifikasi lingkungan yang dapat
pertemu f lingkungan: mempengaruhi
kehidupan dalam
an, Lingkungan
keluarga besar.
keluarga yang bersih
4.a. 5 Motivasi keluarga
Tn.RR Lantai untuk memahami,
mampu rumah tidak mengevaluasi dan
licin, mengaplikasikan dari
memodif
pencahayaan faktor lingkungan yang
ikasi terang
lingkung dijelaskan
Suasanan 4.a. 6 Berikan reinforcement
an dapat nyaman positif atas jawaban
mencega Tidak keluarga
h terdapat
osteopor kondisi yang
osis a. dapat
menyebabka
a. Menyeb
n pasien
utkan
terjatuh
cara
memodi
fikasi
lingkun
gan
b. Menunj Psikom Dalam 4.b. 1 Observasi sumber
ukkan otor kunjungan lingkungan keluarga
cara lanjutan terkait osteoporosis
mening 4.b. 2 Diskusikan dengan
melakukan
katan keluarga hal positif
dan modifikasi yang sudah dilakukan
memeli terhadap sumber keluarga
haraan 4.b. 3 Berikan reinforcement
lingkun lingkungan yang positif atas usaha yang
gan menjadi penguat dilakukan keluarga
keluarga penyelesaian
yg dpt
masalah
menduk
ung osteoporosis
penyele
saian
masalah
osteopor
osis
3. Setelah Keluarga dapat
1 x 45 Verbal/ menyebutkan 5.a. 1 Dorong keluarga
menit Kogniti fasilitas yang untukmenyebutkan
pertem jenis fasilitas kesehatan
f dapat
uan, yang dikunjungi
keluarg dikunjungi: 5.a. 2 Motivasi keluarga
a Tn. klinik, dokter untuk menyebutkan
RR praktek, jenis fasilitas kesehatan
mampu puskesmas dan yang dikunjungi
mengg rumah sakit. 5.a. 3 Berikan reinforcement
unakan positif atas hasil
fasilita kemampuan keluarga
s menyebutkan fasilitas
kesehat kesehatan yang
an dikunjungi.
yang manfaat pelayanan
ada kesehatan.
a. menye
butkan
jenis
fasilita
s
kesehat
an
yang
dikunju
ngi
2. a. Nyeri akut Setelah 4 Setelah 4 x Varises adalah 2.a.1 Dengan menggunakan
pada Tn.RR x 45 menit, Verbal/ vena normal lembar balik, mendiskusikan
dikeluarga pertemuan keluarga Kogniti yang mengalami mengenai definisi varises
TN.R
, keluarga Tn.RR f dilatasi akibat
berhubungan 2.a.2 Tanyakan kembali
dengan Tn.RR dapat pengaruh tentang definisi varises
ketidakmampu mengenal mencapai 5 peningkatanan
an keluarga tentang tugas tekanan vena. 2.a.3 Beri motivasi untuk
mengenal varises kesehatan menyebutkan kembali
masalah keluarga definisi varises.
Osteoporosis terkait
dengan
varises:
1 .Setelah
2 x 45
menit
pertemua
n,
keluarga
Tn.RR
dapat
mengena
l
masalah
varises:
a. Menyeb
utkan
pengerti
an
varises
Verbal/ Menyebutkan 3 2.b.1 Diskusikan dgn
Kogniti dari 7 tanda dan keluarga tentang tanda dan
b. Menyeb f gejala varises: gejala
utkan
tanda 2.b.2 Motivasi keluarga untuk
dan kram otot, menyebutkan kembali tanda
gejala sampai dan gejala
varises
kelelahan 2.b.3 Berikan reinforcement
otot tungkai positif atas usaha keluarga.
bawah.
Edema tumit
dan rasa
berat tungkai
dapat pula
terjadi,
sering terjadi
kram di
malam hari.
Terjadi
peningkatan
kepekaan
terhadap
cedera dan
infeksi.
2.
2. Setelah Menyebutkan 2.a.1Jelaskan pada keluarga
3 x 45 Afeksi/ akibat varises akibat lanjut dari masalah
menit Sikap kaki bengkak, varises
pertemu
kram dan
an, 2.a.2 Motivasi keluarga
keluarga panas. Keputusa supaya dapat memahami
Tn.RR n untuk akibat lanjut dari masalah
dapat mencegah varises
mengam varises agar
bil tidak bertambah
keputusa parah
n untuk
menyele
saikan
masalah
terkait
varises:
a.Menye
butka
n
akibat
lanjut
tidak
diatasi
varise
s
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan dengan
keluarga tentang pencegahan
Osteoporosis: Berolahraga
dengan teratur, minum susu,
dan makan-makan banyak
kalsium. - Keluarga Tn.RR
3.1.2 Memotivasi keluarga untuk mengatkan akan
menyebutkan kembali mencoba merubah pola
pencegahan Osteoporosis. aktivatas Tn.RR dan
makan-makanan yang
banyak mengandung
kalsium
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi
disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang
mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah
patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
musculoskeletal). Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan
tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan
mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dan perawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan berperaan dalam upaya pendidikan dengan memberikan
penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala
osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama
dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal
ini akan memberi nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda, NIC, NOC.
jogjakarta: Mediaction .
Ode, S. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Nuha Medika.
Sarpini, d. R. (2015). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bogor: IN MEDIA.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. jakarta: Kedokteran EGC.